95 Tahun MSF di Kalimantan dan 25 Tahun Seminari Johaninum di Banjarbaru: BERANI MELAWAN ARUS ZAMAN
oleh: RP. Ambrosius, MSF
Pater Berani “melawan Arus”: Lawan Arus dengan model pendidikan yang lain: kerja tangan
Tanggal 28 September 1895 Pater Jean Berthier MS mendirikan Kongregasi MSF di kota Grave Belanda. Pada akhir tahun 1895 ada sekitar 20 orang muda yang mencoba bergabung di Grave tetapi tidak ada yang bertahan. Mereka selalu datang dan pergi lagi. Pada tahun berikutnya terjadi hal yang sama. Banyak yang datang tetapi tidak ada yang cukup bertahan. Keadaan seperti ini berlangsung selama kurang lebih 15 tahun.
Baru ada tanggal 4 Oktober 1899 (terjadi peristiwa yang menjadi catatan besar dalam sejarah Kongregasi Keluarga Kudus. Pada hari itu ada 8 orang siswa menyelesaikan studi klasiknya dan diterima untuk melanjutkan sebagai novis. Dari kedelapan anggota muda yang menjalani masa novisiat akhirnya hanya ada empat orang yang diterima dan mengikrarkan kaul pertamanya pada tanggal 4 Oktober 1900. Maka sesudah 15 tahun berdiri, kongregasinya baru mempunyai 4 anggota yang berkaul. Lima tahun kemudian, tepatnya tanggal 20 Agustus 1905, mereka ditahbisan menjadi imam MSF yang pertama. Pater Jean Berthier MS menunggu 20 tahun untuk mendapatkan imam pertama dalam tarekat yang didirikannya.
Para Misionaris Perdana: Berani melawan Arus: Memulai sebuah karya misi dari kampung kecil, bukan mengikuti Arus kekuasaan di kota, ikut bersama penguasa dan pengusaha di kota.
Setelah 31 tahun sejak didirikan, Kongregasi MSF akhirnya memutuskan untuk mengirim juga para misionarisnya untuk Misi Gereja Katolik di Borneo. Minggu lalu, tepatnya tanggal 27 Februari 2021, kita mengenang 95 tahun Misi Kongregasi MSF di Kalimantan, dengan tibanya tiga misionaris MSF di desa Laham (Pater Groot MSF, Bruder Egidius MSF dan Pater van der Linden MSF).
Hari ini kita mengenang kehadiran tiga misionaris MSF yang berani Arus memulai karya Gereja di Bumi Borneo 95 tahun yang lalu. Kita mengawali perayaan Ekaristi ini dengan melihat secara dangat singkat perkembangan Misi Gereja di Bumi Kalimantan ini. Karya misi yang dimulai dari sebuah kampung kecil Laham di Kalimantan Timur, dalam kurun waktu 95 tahun, telah berkembang menjadi empat keuskupan: Banjarmasin, Samarinda, Palangka Raya dan Tanjung Selor.
Paulus: Berani Melawan Arus Pemikiran tentang Salib Sebagai Hukuman (Batu Sandungan dan Kekonyolan).
Pertanyaannya adalah, dari mana kekuatan yang membuat para misionaris itu berani menembus hutan belantara, mengarung riam, melintasi jalan berlumpur berhari-hari lamanya untuk melaksanaan misi Gereja di Bumi Borneo ini? Jawabanya kita temukan dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus: Saudara-saudara, orang Yahudi menuntut tanda dan orang Yunani mencari hikmat. Tetapi kami memberitakan Kristus uang tersalib. Suatu sandungan bari orang Yahudi, dan kebodohan bagi orang bukan Yahudi. Tetapi bagi mereka yang dipanggil, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah.
Dalam Injil hari ini kita melihat sikap kritis Tuhan Yesus yang berani melawan arus dgn mengusir para pedagang yang merasa biasa dan tidak apa-apa berdagang di halaman bait Allah, mencari keuntungan dengan mempersulit orang yang ingin mempersembahkan korban di bait Allah. Yesus mau mengembalikan fungsi bait Allah sebagai rumah doa dan bukan rumah dagang. Yesus berani menyingkirkan para pedagang yang bersekonkol dengan penguasa, kendati dia tahu konsekuensi dari tindakanNya ini.
Melawan Arus Dosa dengan Doa dan Pertobatan. Tahun ini MSF Kalimantan mensyukuri tiga peristiwa penting: pertama 175 tahun penampakan Bunda Maria di La Salette (19 September 1846-2021). Kedua: 95 Tahun (27 Februari 1926-202121) karya Misi MSF di Kalimantan / Indonesia. Ketiga: 25 Tahun Berdirinya Seminari MSF “Johaninum” di Banjarbaru (4 Agustus 1996-2021). Bunda Maria menyeruhkan Pertobatan di Gunung La Salette 175 tahun yang silam, diteruskan oleh Pater Berthier dlam Kongregasi Maria La Salette, dan kemudian mewariskan seruan yang sama kepada para Anggota Kongregasi MSF yang didirikannya. 95 Tahun yang lalu, para misionaris mulai mengarungi dan melawan arus riam dalam arti yang sesungguhnya/harafiah dan melawan arus cara hidup lama dna mengajak untuk hidup kristiani: pelayanan sacramental, pernikahan, kesetiaan, pengorbanan, dll.
Melawan arus bukan selamanya sebuah tindakan yang negatif tetapi bagaimana kita berusaha untuk melawan arus zaman yang kadang membuai kita pada kenikmatan duniawi dan membuat kita nyaman dalam kesengsaraan sesama. Sebagai Misionaris Keluarga Kudus kita harus berani “melawan arus” demi kebahagiaan Keluarga-keluarga Kristiani. Mari kobarkan kembali api misioner.
Banjarbaru, 04 Agustus 2021