Tahun Penuh Kenangan dan Harapan (Annus Memorabilis et Sperabilis) 

oleh: Mgr. Petrus Boddeng Timang

“Bertambah hikmat-Nya, makin dikasihi Allah dan manusia”

(Luk 2: 40,52)

 

Kepada yang saya kasihi dan banggakan,

  • Umat Allah se-Keuskupan Banjarmasin
  • Para Imam
  • Suster
  • Bruder
  • Frater

di manapun Anda berada,

 

Salam sejahtera bagi Anda sekalian,

  1. Hiruk-pikuk Perayaan Natal 2021 sudah mulai mereda, tahun 2022 sesaat lagi memasuki putaran hidup kita. Pesan Natal Bersama PGI/KWI Tahun 2021 yang bertajuk “Cintakasih Kristus yang menggerakkan persaudaraan” (bdk. 1 Ptr 1:22) masih terus bergema dalam kegiatan harian murid-murid Yesus di hari-hari mendatang. Bahkan seluruh hidup kita sepanjang tahun dan kapan pun diresapi Sabda Tuhan sebab “lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik Sabda itu batal” (bdk. Luk 16:17). Peristiwa Natal, perjumpaan dengan kanak-kanak Yesus, seperti dialami pelaku-pelakunya, Bunda Maria, Bapa Yosef, gembala-gembala (Luk 2:25-38), “nabi” Simeon, “nabiah” Hana (Luk 2:25-38) bukanlah kejadian sesaat yang dengan mudah dilupakan begitu saja.

Pengalaman itu mengubah jalan dan cara hidup mereka selanjutnya. Hidup mereka diliputi sukacita tak terkira, dari mulut mereka meluncur pujian-pujian dan syukur tanpa henti (Luk 2:29-32.38). Lebih dari itu mereka menjadi saksi tentang Kanak-Kanak itu “kepada semua orang yang menantikan pelepasan” dari segala beban kehidupan (bdk. Luk 2:38). Demikianlah bagi murid-murid yang terjamah dengan kehadiran Allah dalam diri Kanak-Kanak itu, pesan dan kesan Natal itu tetap harus diwartakan kepada setiap orang, sepanjang masa, seperti ditegaskan Rasul Petrus dan Yohanes di depan Mahkamah Agama Yahudi, “Tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar” (Kis 4:20).

Pandemi Covid-19 masih terus berlanjut. Namun patut disyukuri bahwa perayaan-perayaan Natal di banyak keuskupan termasuk di Keuskupan Banjarmasin berlangsung lebih semarak tahun ini dari pada tahun 2020. Kapasitas tempat duduk di gereja yang terisi juga relatip lebih tinggi. Semangat umat untuk merayakan malam dan hari Natal di gereja, tinggi dan penuh sukacita. Semuanya patut disyukuri dan menjadi sumber puji-pujian kepada Allah Pencipta dan Penyelenggara kehidupan.

Dalam lingkup Gereja Katolik Indonesia pada tahun 2020 diselenggarakan satu kali tahbisan Uskup yaitu Uskup Keuskupan Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat pada tanggal 19 Maret 2020 sehari sesudah Pemerintah secara resmi mengumumkan bahwa di Indonesia sudah terdeteksi warga yang terpapar Covid-19. Pada tahun 2021 ini ada tiga pelantikan kepala Keuskupan yang baru. Mgr. Fransiskus T.S. Sinaga ditahbiskan sebagai Uskup Keuskupan Sibolga yang baru pada awal bulan Juni. Jumlah Uskup yang hadir termasuk Uskup tertahbis hanya lima orang karena pada waktu itu protokol kesehatan masih diterapkan dengan sangat ketat. Di Padang pada tanggal 7 Oktober 2021 ditahbiskan Uskup Keuskupan Padang yang baru, Mgr. Vitus Rubyanto Solichin, SX. Hadir tujuh belas Uskup yang datang dari Sabang sampai Merauke, termasuk Duta Besar Vatikan untuk Republik Indonesia, Uskup Agung Mgr. Piero Pioppo sebagai penahbis utama. Sesudahnya di Palembang dilantik Uskup Agung Keuskupan Agung Palembang yang baru, Mgr. Yohanes Harun Yuwono disaksikan lima belas orang Uskup. Mereka itu antara lain Mgr. Kornelius Sipayung, OFM Cap, Uskup Agung Keuskupan Agung Medan di ujung barat sampai Mgr. P.C Mandagi, MSC, Uskup Keuskupan Agung Merauke di ujung timur Indonesia. Kehadiran Uskup sebanyak itu dalam suatu acara kegerejaan menunjukkan bahwa penanganan Covid-19 oleh Pemerintah memberikan hasil positif dan sebagai akibatnya kebebasan warga untuk bepergian semakin besar pula.

  1. Tahun 2021 M sesaat lagi akan meninggalkan panggung sejarah kehidupan manusia digantikan tahun 2022 M. Tahun 2021 dengan segala kenangan yang membekas dalam memori setiap insan, tahun 2022 datang membawa berbagai janji dan menyalakan ribuan asa. Harus diakui, menjelang akhir 2021 secara sekilas tak terlalu banyak berita baik untuk membangkitkan harapan menyambut tahun 2022. Ada penurunan jumlah warga terinfeksi dan nyawanya direnggut kerena virus SARS-CoV-2. Namun ada kekuatiran baru tentang kemungkinan korban meningkat kembali akibat munculnya varian baru Omicron yang menyebar sangat-sangat cepat secara global dan telah sampai pula ke Indonesia. Pengetatan diberlakukan kembali oleh Pemerintah terhadap mereka yang bepergian khususnya dari luar negeri. Banyak dari antara mereka menunggu berjam-jam di Bandara Soekarno/Hatta untuk dimasukkan ke lokasi karantina di Wisma Atlit Kemayoran Jakarta. Ada pula yang diarahkan ke karantina hotel dengan biaya mencekik leher.
Baca Juga:  Kerja adalah Ibadah?

Awal dan akhir tahun 2021 ditandai dengan bencana alam di berbagai tempat di Tanah Air. Di Kalimantan Selatan ini banjir bandang, genangan air rob dari laut dan sungai menggenangi pemukiman warga di kota dan pedesaan selama berhari-hari. Jalan rusak atau putus, jembatan diterjang air di berbagai tempat. Di tempat lain ada letusan gunung berapi, gempa bumi, angin puting beliung, tornado, hujan es (!), semuanya mengakibatkan kerusakan parah bagi penduduk dan lahan di sekitarnya. Ribuan warga harus mengungsi bahkan perlu direlokasi pemukimannya. Masih perlu ditambahkan pada pengalaman tidak menyenangkan itu masalah gangguan kesehatan pada umumnya, situasi politik, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan parahnya kerusakan lingkungan. Sebagian besar penyebabnya adalah ulah tak bertanggung jawab segelintir warga.

Lepas dari itu semua, kesan umum pada akhir-akhir ini adalah kehidupan berangsur “normal”. Protokol kesehatan yang ditetapkan Pemerintah dalam rangka mengatasi pandemi Covid-19 “pakai masker, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, jaga jarak, jauhi kerumunan, bekerja dari rumah”, sepertinya dipatuhi secara semakin longgar. Jalan-jalan di perkotaan macet di mana-mana, pasar dan mall-mall makin dipadati pengunjung. Kehidupan warga berjalan seakan-akan biasa saja.

Pada umumnya masyarakat Indonesia memiliki kemampuan tinggi dalam menghadapi tantangan dan kesulitan dalam kehidupan. Menurut survei “ Global Index of Happiness and Hope” 2019 dari Gallup Internasional, Indeks Harapan Indonesia mencapai skor bersih 86. Dengan skor itu Indonesia menduduki posisi puncak kedua dari 50 negara yang disurvei Gallup. Dalam survei “Hope and Happiness Index” akhir 2020, Gallup Internasional mencatat penurunan Indeks Harapan Indonesia menjadi skor bersih 66 dan Indeks Kebahagiaan 60. Sekitar 77 persen warga Indonesia optimistis dan 6 persen pesimistis menyongsong masa depan; hanya 48 persen percaya bahwa Indonesia dapat mencapai kemakmuran ekonomi. Meski merosot, Indeks Harapan Indonesia masih termasuk ranking atas dibandingkan dengan skor Indeks Harapan Amerika Serikat 43 dan Inggris 39 (Harian KOMPAS, Kamis 30 Desember 2021, halaman 1.15).

  1. Dari sudut pandang iman kristiani, diyakini bahwa “kekal” itu salah satu sifat hakiki Allah. Allah tidak mengenal waktu, baginya setiap hari, waktu dan zaman adalah “hari ini” (Mzm 95:7-11; Ibr 3:7-11), “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibr. 13:8). Dalam arti itu gonjang-ganjing di dunia ini, gonta-ganti “cuaca” dalam bidang politik, sehebat apa pun perubahan yang terjadi di sekitar kita, iman kristiani tetap teguh.
Baca Juga:  Waspada dalam Pengharapan pada Tahun Gereja Inklusif 2022

Karena itu marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya. Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan datang. Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah” (Ibr. 13: 13-16).

Hidup kristiani selalu bertumpu pada kenyataan saat ini, “hari ini”, berangkat dari pengalaman masa lalu menuju masa depan yang semakin gemilang sampai akhirnya mencapai kesempurnaannya dalam Kristus. Dialah yang akan datang kembali sebagai Raja di Raja, Hakim Agung yang tunggal untuk mengadili semua orang. “Dari situ Ia akan datang mengadili orang yang hidup dan yang mati” (Syahadat Para Rasul). Kenyataan hidup yang paling mendalam dan tak terselami itu setiap kali diserukan oleh pemimpin dalam Perayaan Ekaristi. Sesudah mengucapkan kata-kata konsekrasi, ia mengajak umat untuk menyatakan misteri iman kristiani (anamnese) “Wafat-Mu Tuhan kami wartakan, kebangkitan-Mu kami muliakan, hingga Engkau datang”.

Setiap peristiwa dan pengalaman masa lalu betapa pun berat dan pahitnya adalah kesempatan yang patut dikenang sebagai saat perjumpaan dengan Allah melalui berbagai perjumpaan dengan sesama dalam menghadapi berbagai tantangan dan rintangan. Apa pun yang terjadi, Allah yang kita sembah adalah Allah “Yang Pengasih dan Penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya” (Yoel 2:13). Dalam diri Yesus, Allah itu adalah Imanuel, Allah beserta kita (Mat 1:23).

Fokus pastoral Keuskupan Banjarmasin selama tahun 2021 ini adalah Gereja Berdialog. Sebagai umat Allah kita adalah bagian dari masyarakat Kalimantan Selatan. Kita menyadari bahwa bumi yang kita huni ini adalah “rumah hunian bersama” dengan semua orang dari berbagai suku, bahasa, budaya dan agama. Memasuki tahun 2022 fokus pastoral adalah Gereja Inklusif. Kita diajak untuk berjalan bersama (Sinode) dengan semua orang seraya berbagi kasih Allah yang tanpa batas. Melalui berbagai keterlibatan dalam masyarakat, kita mengajak semua orang yang berkemauan baik untuk merenangi samudera kasih Allah yang tanpa sekat dan tanpa tepi. Caranya ialah dengan melibatkan diri bersama semua komponen masyarakat dan pemerintah untuk ikut serta mengalami dan menanggapi “kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang” kini dan di sini (Konsili Vatikan II, Kontitusi Pastoral Tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, Gaudium et Spes, no.1).

Baca Juga:  Tulus Berbuat Kasih Tanpa Takut Dikritik

Hidup bersama dan bersesama, berdamai dan bersaudara dengan semua orang itulah wujud kekinian dari “langit yang baru dan bumi yang baru” (Why 21: 1). Dengan penuh harapan kita memasuki tahun 2022 ini, Tahun Gereja Inklusif. Mengacu pada spiritualitas Natal yang dikembangkan Yesus, Maria dan Yosef serta dihayati dengan penuh kesungguhan dalam bimbingan Roh Kudus, Maria (dan Yosef) menyimpan dalam hati dan merenungkan segala sesuatu yang terjadi, sementara Yesus “makin bertambah hikmat-Nya dan makin dikasihi Allah dan manusia” (Luk 2:40.52).

Selamat mengenangkan penuh syukur segala berkat Tuhan selama tahun 2021, Tahun Gereja Berdialog, menatap penuh harapan 2022 Tahun Gereja Inklusif. Yesus adalah Imanuel, Allah beserta kita karena Allah itu kasih, Deus Caritas Est.

 

 

Diberikan di Banjarmasin,

26 Desember 2021,

Pada Pesta Keluarga, Yesus, Maria, Yosef.

 

 

Petrus Boddeng Timang

Uskup Keuskupan Banjarmasin