Baptisan di Hulu Sampanahan: Buah Pendampingan Murid Sekolah
Kamis, 10 Juni 2021 peristiwa unik dan penuh rahmat terjadi di sebuah desa di lereng pegunungan Meratus, tepatnya di desa Hulu Sampanahan. Hari itu di sebuah ruangan kelas, meja guru disulap menjadi meja altar misa dan sebanyak 19 anak-anak yang mengenakan seragam sekolah dibaptis oleh RD. Yunus, seorang imam yang berkarya di stasi Mandam. Peristiwa yang baru pertama kali terjadi di Hulu Sampanahan itu juga dihadiri oleh Diakon Yohanes Tjuandi dan Sr. Mariance ALMA (tenaga pastoral di stasi Mandam), Urbanus Nurdin (pengajar sekolah di Hulu Sampanahan) serta beberapa masyarakat setempat.
Hulu Sampanahan merupakan bagian dari wilayah pelayanan pastoral stasi Mandam, Paroki Santo Vincentius a Paulo, Batulicin. Perjalanan dari pusat stasi Mandam ke desa Hulu Sampanahan hanya dapat dilakukan dengan kendaraan roda dua yang ditempuh dalam waktu dua jam ketika musim kering. Namun ketika musim hujan, perjalanan bisa memakan waktu sampai tiga jam karena kondisi jalan yang kurang bagus.
Urbanus Nurdin: Mengawali Sapaan Gereja
Peristiwa baptisan 19 anak desa Hulu Sampanahan tersebut merupakan buah dari kepedulian dan pendampingan Urbanus Nurdin sejak tiga tahun yang lalu. Urbanus merupakan tenaga guru honorer daerah. Awalnya pria lajang yang berasal dari Manggarai, Flores ini mengajar di sebuah sekolah di Mandam.
Kepada Ventimiglia, Urbanus mengisahkan awal keberadaannya di Hulu Sampanahan. “Suatu hari, saya mendengar cerita dari teman bahwa di Hulu Sampanahan sudah ada bangunan sekolah tapi belum ada guru. Cerita tersebut membuat saya tertarik serta mendorong saya untuk melakukan survey langsung ke sana untuk mengumpulkan informasi dari masyarakat Hulu sampanahan. Ternyata benar, bahwa di sana ada bangunan sekolah tapi belum ada guru. Sementara itu anak-anak memiliki keinginan untuk bersekolah,” ujarnya.
Setelah survey tersebut, Urbanus mengajukan permintaan ke pemerintah daerah untuk mengajar di desa Hulu Sampanahan. Permintaan itu dikabulkan dan ia mengajar di SD Sampanahan. Ia menjadi guru kelas 1 hingga kelas 4.
Sebagai guru kelas, salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan adalah pelajaran agama. Maka kemudian Urbanus membicarakan dengan orangtua murid bahwa pelajaran agama yang bisa dia ajarkan adalah pelajaran agama Katolik. Orangtua pun setuju anak-anaknya diberikan pelajaran agama Katolik.
Selama tiga tahun lebih belajar agama Katolik dan anak-anak sering ikut merayakan perayaan Natal di Mandam. Beberapa kali, Pastor dan tim dari Paroki Batulicin, Pastor di Stasi Mandam, Suster, Frater mengadakan kunjungan ke Hulu Sampanahan. Akhirnya Pastor menilai bahwa pengetahuan agama anak-anak yang diajar oleh Urbanus cukup memenuhi syarat untuk dibaptis. (smr)