oleh: Romo Antonius Budi Wihandono, Pr

SPIRITUALITAS PAROKI MARIA RATU PECINTA DAMAI DAN BINTANG EVANGELISASI

Rm. Antonius Budi Wihandono, Pr (Pastor Paroki Santa Maria Ratu Pecinta Damai, Mandam)

PENGANTAR 

Pengikut Kristus di dunia ini ada kurang lebih 2,5 milyar orang. Dari jumlah itu orang Katolik Roma ada 1,3 milyar, sedangkan lainnya adalah Katolik Ortodoks Rusia, Ortodoks Yunani, Ortodoks Syria, Koptik, Anglikan dan sekitar 33.600 aliran Protestanisme. Beruntunglah Gereja Katolik ada dalam satu kawanan dan satu gembala dan memiliki banyak kekayaan iman, termasuk devosi. Salah satu kekayaan iman Katolik dan merupakan devosi penting dalam Gereja Katolik adalah devosi kepada Bunda Maria. Beruntunglah bahwa Gereja Katolik memiliki devosi kepada Bunda Maria.

Berawal dari keyakinan yang kuat bahwa Bunda Maria memiliki suatu peran yang sangat penting dalam sejarah keselamatan, maka Gereja Katolik memiliki devosi kepada Bunda Maria. Berbeda dengan saudara kita Protestan yang takut-takut untuk menghormati Maria dan menyebut nama Maria, bahkan sedikit berpikir ke arah negatif ketika melihat orang Katolik berdevosi kepada Maria dengan menggunakan sarana patung. Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci dan Magisterium Gereja, menempatkan Maria sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sejarah keselamatan. Maria memiliki kedudukan istimewa dalam Gereja Katolik sebagaimana kita memberikan tempat yang istimewa kepada Ibu kita jauh melebihi diri sendiri.

Pada kesempatan ini kita akan mengupas beberapa hal penting berkenaan dengan Bunda Maria.

  1. Pertama-tama, kita akan mencermati Maria dalam tradisi Yahudi.
  2. Kedua, kita akan membaca dengan teliti Maria dalam Kitab Suci.
  3. Ketiga, kita akan mencermati Maria dalam Magisterium Gereja, terutama dalam Dokumen Konsili Vatikan II.
  4. Keempat, kita akan membahas mengenai relevansi Devosi Maria dalam kehidupan iman kita.

Per Mariam ad Jesum, melalui Maria menuju Yesus, adalah belajar perjalanan iman dalam pergulatan hidup yang sulit dan penuh dengan cobaan. Kita ingin bersama-sama belajar dari Kitab Suci mengenai peran Maria dalam kehidupan Tuhan Yesus dan dalam kehidupan Gereja. Dengan penuh pengharapan, kita memohon agar peristiwa hidup kita dapat menjadi suatu pengalaman iman dan bukan sekedar titik-titik peristiwa yang berlalu bergitu saja.

  1. MARIA DALAM TRADISI YAHUDI

TEKS KITAB SUCI: LUKAS 1:46-56

Maria adalah satu-satunya anak dari pasangan suami-istri Yoakim dan Anna.  Yoakim dan Anna adalah orang yang sangat saleh dalam hidup agama tetapi walaupun sudah lama menikah, mereka tidak dikaruniai anak.  Baru ketika usia perkawinan sekitar 20 tahun, mereka dikaruniai anak seorang perempuan yang menurut petunjuk malaikat, anak itu harus dinamai Maria.

Maria dididik dalam tradisi Yahudi yang memiliki tradisi iman dan hidup kekeluargaan yang sangat kuat. Dalam tradisi iman, orang Yahudi berdoa setiap hari minimal 5 (lima) kali. Di pagi hari dan larut malam mereka akan berdoa di keluarga. Di sore hari, mereka akan berkumpul di keluarga atau di Sinagoga mendaraskan mazmur-mazmur. Bagi orang Yahudi, bekal utama untuk anak adalah takut akan Tuhan. Oleh karena itu, setiap anak Yahudi sejak dini sudah diajari membaca Kitab Suci dengan target umur tertentu.

Maria dididik dalam suatu ikatan keluarga yang sangat erat menjunjung tinggi kehormatan keluarga. Orang tua Yahudi akan sangat bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak sampai memiliki penghasilan hidup sendiri. Bagi anak-anak Yahudi, penghormatan kepada orang tua dengan berbagai macam cara membahagiaan orang tua adalah suatu mahkota kemuliaan.  Hasil, hampir tidak pernah akan kita jumpai di Israel orang mengemis, entah orang tua atau anak-anak.  Mereka adalah pekerja keras dan memiliki rasa malu jika tidak bekerja atau sampai mengemis.

 

  1. MARIA DALAM KITAB SUCI
  2. Dalam Kitab Perjanjian Lama dan awal Perjanjian Baru: peran Maria (wanita perawan) tidak dapat dipisahkan dari kedatangan Sang Mesias atau juru selamat (lih. Yesaya 7:14, bdk. Mikha 5:2-3 dan Matius 1:22-23). Oleh karena itu, berbicara mengenai Maria, tidak dapat dilepaskan atau tidak dapat dipisahkan dari Tuhan Yesus Kristus, karena justru arti penting Maria adalah kebersamaan dengan Yesus.

Bintang Evangelisasi Maria I: Dari poin pertama ini kita belajar bahwa Allah selalu memiliki rencana yang baik bagi setiap mahluk ciptaan-Nya. Keburukan hidup adalah penyimpangan hidup manusia dari rencana Allah. Berbicara mengenai Maria tidak pernah bisa dipisahkan dalam kaitannya dengan Tuhan.  Setiap orang dalam hidup ini akan selalu membawa dalam hati dan hidupnya sesuatu yang baik atau yang buruk: kebaikan, keramahan, ketulusan, kebohongan, ketidakjujuran.

  1. Bertunangan dengan Yusuf (Matius 1:18, Lukas 1:27): hidup dalam dunia masyarakat Yahudi yang patriakat, Maria dijodohkan dengan Yusuf, seorang yang dalam tradisi sudah cukup umur. Yusuf juga merupakan orang yang saleh. Saat itu Maria masih dalam usia yang relatif masih muda, sekitar 17 tahun. Pertunangan dalam tradisi Yahudi memiliki ikatan hukum yang hampir sama dengan pernikahan, hanya dalam batas-batas tertentu, misalnya berhubungan badan, belum diperbolehkan.
Baca Juga:  Renovasi Langit-Langit Gereja Ave Maria Tanjung

Bintang Evangelisasi Maria II: Dari poin kedua ini kita belajar, oleh karena keterikatan dengan Tuhan yang sempurna, Maria juga membawa berkah itu. Pertama-tama pada keluarganya:  orang tua, suami, istri, dan anak.

  1. Kabar gembira Kelahiran Yesus (Lukas 1:26-38): Kualitas Maria: Saat masih dalam tunangan, mendapat kunjungan dari Malaikat Gabriel. Malaikat menyapa dengan sebutan: Yang di karuniai Tuhan, Tuhan menyertai-Mu, yang beroleh kasih karunia Allah, Roh Kudus akan turun. Kuasa Allah Mahatinggi akan menaungi engkau. Ketika Maria mendengar sapaan-sapaan itu Maria terkejut, tidak mengerti, bertanya. Ketika Gabriel menjelaskan semuanya, walau tidak begitu dimengerti oleh Maria dengan jelas, Maria berserah pada rencana Allah: “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu itu”. Kepasrahan Maria ini bukan tanpa suatu beban, sebab ia harus menanggung suatu resiko yang begitu besar yaitu apabila Yusuf memperkarakan Maria pada hukum agama oleh karena kehamilan itu, Maria dapat dihukum rajam sampai mati.

Bintang Evangelisasi Maria III: Dari poin ke tiga ini kita dapat belajar bahwa kesucian hidup itu berdamai dengan Tuhan, berdamai dengan sesama dan berdamai dengan diri sendiri.  Ketiga hal ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain bahkan saling memperkuat satu sama lain.

  1. Maria mengunjungi Elisabeth (Lukas 1:39-45): Pertama-tama, kita melihat tekad Maria untuk ke tempat Elisabeth dari Nazareth ke Pegunungan Yudea, sekitar 160 km.  Tekad itu didasari suatu keinginan membuktikan apakah kabar malaikat itu benar atau tidak. Satu-satunya bukti bahwa kabar malaikat pada dirinya itu benar kalau ia menemukan Elisabeth mengandung, sebab Malaikat Tuhan juga mewartakan bahwa Elisabeth, saudarainya, sedang mengandung. Kehadiran Maria dan Yesus membawa berkat bagi Elisabeth dan Yohanes.  Pengalaman rohani Elisabeth membawa kebahagiaan bagi yang percaya. Maria melayani Elisabeth selama 3 (tiga) bulan, berarti sampai melahirkan.

Bintang Evangelisasi Maria IVDari poin keempat ini kita dapat belajar bahwa orang beriman tidak lepas dari kesulitan. Tapi kesulitan itu membuka lebar-lebar keselamatan. Berbeda dengan orang yang hidupnya membawa kesulitan oleh karena keputusan untuk berbuat jahat, semakin sempit dan tertutup pintu keselamatan.

  1. Nyanyian pujian Maria (Lukas 1:46-55): Kegembiraan seorang anawim. Anawim itu orang yang miskin namun saleh. Pujian kepada Allah, berkat yang kekal bagi yang percaya, Allah tidak berkenan dengan orang yang sombong dan menekankan kuasa, Allah berkenan pada yang rendah hati, Allah tidak akan melupakan janji-Nya.

Bintang Evangelisasi Maria V: Dari poin ke lima ini kita dapat belajar bahwa seluruh isi Kitab Suci pada dasarnya menceritakan pewahyuan tuntunan Allah bagi manusia untuk hidup bahagia. Manusia-manusia yang dapat menangkap pewahyuan Allah itulah yang akan selamat, sedangkan yang tidak mampu menerima atau bahkan menolak, yang akan mengalami penderitaan. Selamat atau tidak, justru melalui bagaimana kita mempergunakan apa yang kita punyai: Maria memiliki hati yang suci sebagai harta yang utama untuk keselamatan.

  1. Pergi ke Betlehem dan melahirkan anak (Lukas 2:4-5 dan Lukas 2:6-7, Matius 1;25): Dalam keadaan mengandung, Maria bersama dengan Yusuf mengadakan perjalanan dari Nazareth ke Betlehem, jarak kurang lebih 120 km. Taat pada hukum negara. Sensus sebenarnya bukan sekedar untuk menghitung jumlah penduduk jajahan Romawi waktu itu. Sensus oleh kekaisaran Romawi untuk mengefektifkan penarikan pajak dari suatu negara jajahan.

Bintang Evangelisasi Maria VI: Dari poin keenam ini kita dapat belajar bahwa, orang yang baik akan hidup baik dalam segala segi kehidupan. Kebaikan itu tidak bersifat parsial atau hanya dalam bagian-bagian tertentu saja sedangkan bagian yang lain buruk. Kebaikan yang sejati itu melingkupi seluruh aspek kehidupan manusia. Inilah yang disebut iman yang sempurna. Orang yang baik akan sulit dilihat kekurangannya, sebaliknya orang yang buruk akan sulit dilihat kebaikannya.

  1. Yesus disunat dan dibawa ke bait Allah (Lukas 2:21-40) dan menemukan Yesus dalam Bait Allah (Lukas 2:41-51): Hasil pendidikan keluarga, orang-orang Yahudi memang dikenal sangat ketat dalam mendidik anak terutama dalam tradisi-trasisi suci. Anak umur 6 (enam) tahun sudah diajari membaca Taurat. Umur 12 tahun diharapkan sudah rampung membaca Taurat, lalu membaca tradisi-tradisi suci. Umur 21 tahun, belajar khotbah. Umur sekitar 28 tahun dapat membacakan Kitab Suci dan berkhotbah.
Baca Juga:  Evaluasi Tengah Tahun Program DKP

Bintang Evangelisasi Maria VII: Dari poin yang ke tujuh ini kita dapat belajar bahwa, Maria memberikan apa yang terbaik bagi Yesus yang dicintai-Nya.  Orang yang sungguh beriman akan memberikan yang terbaik untuk orang lain. Sebaliknya orang yang kurang beriman menginginkan yag terbaik untuk dirinya, dan meminta orang lain melakukan untuk dirinya tetapi dirinya tidak memberikan yang terbaik untuk yang lain.

  1. Hadir dalam perkawinan di Kana (Yohanes 2:1-5): Maria hidup bermasyarakat dengan baik dan mengerti kesusahan masyarakat. Maria tahu betul kekuatan Ilahi dalam diri Yesus, maka Ia meminta kepada Yesus untuk melakukan sesuatu saat tuan rumah kehabisan anggur. Walau saat itu kelihatan Yesus seperti “menolak” permintaan Maria, namun Maria tetap mengatakan; “apa yang Dia katakan, lakukanlah”.

Bintang Evangelisasi Maria VIII: Dari poin kedelapan ini kita dapat berlajar bahwa Maria membuka pintu-pintu keselamatan bagi orang lain. Orang beriman dalam hidupnya membuka pintu-pintu keselamatan bagi orang lain, sedangkan orang buruk hidup dikendalikan oleh nafsu, tahu apa yang akan dibuat itu menutup pintu keselamatan bagi orang lain dan bahkan bagi dirinya, tapi tetap dilakukannya.

  1. Mencari Yesus (Matius 12:46-50, Markus 3:31-35, Lukas 8:19-21): Tidak dijelaskan dalam tradisi kapan Yusuf meninggal, namun dalam tradisi dipahami bahwa sesudah Yesus beranjak dewasa, Yusuf sudah meninggal. Oleh karena itu, Maria sering mencari Yesus seorang diri. Cinta seorang ibu, ingin mengerti keadaan

Bintang Evangelisasi Maria IX: Dari poin kesembilan ini kita dapat belajar bahwa Maria mau kehilangan apapun dalam hidup asalkan tidak kehilangan Tuhan Yesus. Orang beriman boleh kehilangan apapun dalam hidupnya, asalkan tidak kehilangan Tuhan. Atau dalam bahasa yang lebih positif, ia akan mempergunakan apapun yang ia punyai untuk dapat menemukan Tuhan. Kehilangan Tuhan adalah kehancuran hidup kekal.

  1. Dekat Salib Yesus (Yohanes 19:25-27): Kesetiaan dalam iman walaupun dalam keadaan duka. Kesetiaan walau dalam duka tidak begitu mudah dalam hidup.

Bintang Evangelisasi Maria X: Dari poin kesepuluh ini kita dapat belajar bagaimana kekuatan iman Maria itu. Maria memiliki kekuatan iman dalam kesulitan hidupnya. Ia tidak menjadi buruk oleh karena hal buruk yang menimpa dirinya. Orang yang memiliki iman yang kuat akan bertahan dalam kesulitan dan tidak akan pernah melepaskan Tuhan dan kebaikan.  Kita melihat bahwa kesulitan hidup kadang kala menjadikan orang tidak setia lagi pada iman dan pada kebaikan. Tapi lebih buruk lagi orang yang tidak menerima kesulitan tetapi ia membuat suatu kesulitan untuk dirinya sendiri. Kelihatannya aneh tetapi banyak orang melakukan ini. Ini bukan salib Tuhan tetapi suatu kebodohan.

  1. Bersama para Rasul (Kisah Para Rasul 1:14): Aspek koinonia sangat tampak dalam jiwa Maria yaitu bersekutu dengan para Rasul-rasul Yesus. Sebagai seorang janda yang kira-kira berumur 50 tahun, Bunda Maria setia dengan kumpulan para Rasul yang dibentuk oleh Yesus.

Bintang Evangelisasi Maria XI: Dari poin kesebelas ini kita dapat belajar bahwa Maria selalu hidup dalam persekutuan.  Orang beriman selalu hidup dalam persekutuan setempat. Iman selalu mengandung arti hidup dalam persekutuan. Tidak begitu berguna bersekutu dengan yang jauh dari lingkungan setempat. Oleh karena itu, Gereja adalah persekutuan orang beriman kepada Kristus yang melokal.

Gua Maria Manikam Damai, Mandam

  • HIDUP KELUARGA DALAM POLA HIDUP MARIA
  1. MENDIDIK ANAK, HAKEKAT PERKAWINAN: Maria terdidik dengan baik dalam keluarga. Maria juga mendidik dengan baik Yesus dalam keluarga. Mendidik anak dalam iman kekatolikan adalah salah satu pertanyaan saat pernikahan: Apakah bersedia mendidik anak dalam iman katolik? Mendidik anak memiliki identitas Katolik pertama-tama dengan cara membaptiskan anak.  Dalam kitab Hukum Kanonik 867 1 dikatakan dengan jelas: “Para orang tua wajib mengusahakan agar bayi-bayi dibaptis dalam minggu-minggu pertama segera sesudah kelahiran anaknya”.
  2. BIDANG-BIDANG PEMBINAAN ANAK:
  3. IMAN: Apakah orang tua memberikan pendidikan iman dalam keluarga? Iman seperti apakah yang sudah diberikan kepada anak-anak. Faktanya saat ini banyak orang tua tidak memiliki “power” terhadap anak sehingga anak mendikte orang tua. Orang tua membiarkan anak, tidak tahu bagaimana mendidik anak dan mengandaikan.
  4. MORAL: Kemampuan membedakan baik dan buruk adalah ciri kedewasaan seseorang, namun juga ciri khas kemanusiaan. Dengan kemampuan membedakan baik dan buruk itu diharapkan bahwa manusia teap menghayati kecitraan dengan Allah dan tidak jatuh ke dalam dosa sebagaimana Adam dan Hawa yang tidak mampu membedakan baik dan buruk sehingga jatuh dalam dosa.
  5. BUDAYA (SOSIAL): Salah satu kemunduran zaman ini adalah anak tidak mampu bersosialisasi dengan baik. Anak dibekali dengan berbagai macam ilmu dan fasilitas untuk mempersiapkan masa depan dengan baik tetapi kadang tidak dibekali untuk hidup dalam budaya dan sosialitas dengan baik. Akibatnya, anak mengalami defisit atau ketidakmampuan dalam kehidupan sosial.
  6. PSIKOLOGIS: Seluruh fungsi kemanusiaan supaya diilahikan atau dipersembahkan untuk kemuliaan Allah dan keselamatan kita. Fisik, perasaan, pikiran dan hati, semuanya diserahkan untuk kemuliaan Allah dan keselamatan kita. Jangan sampai dari dalam hidup kita, entah fisik, perasaan, pikiran atau hati kita menjadi alasan kita tertuduh untuk tidak memperoleh keselamatan.
  7. TAHAP-TAHAP PEMBINAAN ANAK:
    1. SEJAK DALAM KANDUNGAN: Didoakan agar lahir dengan sehat, selamat, sempurna. Selama dalam kandungan situasi hati ibu sangat mempengaruhi pembentukan anak dalam kandungan. Seorang ibu yang hamil harus seperti Bunda maria, makin banyak memuliakan Tuhan dan juga tetap melayani.
    2. BAYI – BALITA: Segera dibaptiskan dan tetap dalam banyak kasih sayang. Saat tahap meraban atau tahap belajar bicara, diajari untuk menyebut anggota keluarga, tetapi juga nama Tuhan Yesus, Bunda Maria, dan mulai dibisikkan doa-doa pokok. Dalam tahap ini, orang tua masih banyak mendidik anak dalam bentuk instruktif.
    3. 6-12 TAHUN: Tahap anak mulai bersosialitas dengan dunia luar dan menemukan nilai dan prinsip dari dunia luar. Beri bekal anak untuk mulai mencintai doa-doa dan mengenali teladan kudus terutama dari Kitab suci dan mengenali Santo/Santa pelindungnya. Orang tua harus berperan aktif dan memiliki waktu untuk mengajari anak doa-doa dan tradisi-tradisi dalam Gereja. Anak juga jangan dijauhkan dari relasi dengan komunitas. Persiapkan anak untuk dapat menyambut Komuni Suci terutama dalam pendampingan orang tua. Dalam tahap ini, orang tua dalam mendidik anak di samping instruktif tapi juga dialogis.
    4. 12-18 TAHUN: Persiapan anak memperoleh Sakramen Penguatan. Masa remaja adalah masa yang penuh dengan gejolak. Masa gejolak ini biasanya ditandai dengan menurunnya relasi dengan orang tua tetapi lebih banyak relasi dengan dunia luar, entah teman-teman entah hobi tertentu. Dalam tahap ini, orang tua dalam mendidik anak, di samping masih ada yang tetap instruktif, dialogis, tetapi juga memberi banyak kebebasan dalam kerangka menemukan nilai-nilai atau prinsip-prinsip hidup.
  8. BUAH-BUAH PEMBINAAN: Pembinaan harus menghasilkan buah. Tanpa ada buah yang dimiliki oleh anak dalam pembinaan merupakan suatu kesia-siaan. Maka perlu sekali merenungkan nilai-nilai apa yang sudah ada dalam keluarga dan sudah tertanam dalam keluarga. Apakah prinsip dan nilai yang ada dalam hidup keluarga sudah mempu membawa damai bagi keluarga dan masyarakat sekitarnya. Jika belum mampu membawa damai keluarga dan masyarakat sekitar, sia-sialah kita beriman kepada Kristus.
Baca Juga:  Pengurus OMK Banjarbaru Diajak Mengenal Jati Dirinya

 

PENUTUP

Maria adalah Ratu Pecinta Damai dan Bintang Evangelisasi. Per Mariam ad Jesum, melalui Maria menuju Tuhan Yesus. Sebutan itu sungguh tepat sebab Maria adalah gambaran orang lemah yang memiliki iman yang sempurna. Hiburan hidup Maria adalah ketika dapat menjadi “kabar baik dan membawa damai” bagi Allah, bagi keluarga, bagi sesamanya. Itulah kebahagiaan hidup yang sempurna dan bersifat kekal.

Manusia diberi hidup oleh Tuhan tetapi kita menyadari sepenuhnya bahwa kita tidak mampu menguasai hidup. Namun dalam ketidakmampuan menguasai hidup itu kita tetap harus bertanggung jawab terhadap hidup kita.  Oleh karena itu, walaupun kita tidak menguasai hidup, selama di dunia ini kita diberi pilihan untuk menjalani hidup kita menjadi seperti apa. Di neraka sudah tidak ada pilihan lagi, karena yang ada hanya penderitaan dan tidak ada damai. Di surga juga tidak ada pilihan lagi karena di surga hanya ada kedamaian dan kebahagiaan. Di dunia ini kita masih memiliki pilihan untuk menuju surga atau neraka.

Bersama dengan Bunda Maria kita menuju Yesus dan menjalani hidup dalam nama Yesus Tuhan kita. Amin.

 

Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria

Mandam, 8 September 2022

Rm. Antonius Budi Wihandono, Pr