oleh: RP. Jufri Kano, CICM

Selama tiga minggu pertama Masa Adven, kita mendengar dan membaca nama beberapa tokoh dalam Kitab Suci Perjanjian Lama yang menubuatkan tentang kedatangan Yesus. Dan, hari ini kita dihadapkan dengan seorang tokoh Adven yang lain, yang namanya tercatat di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Dia adalah Bunda Maria, Ibu Yesus, atau yang oleh Elisabet (dalam Injil hari ini) disapa sebagai ‘Ibu Tuhan’ (lih. Luk. 1:43).

Bunda Marialah yang secara langsung terlibat dalam misteri penjelmaan Putra Allah; sehingga dialah yang sebenarnya menjadi tokoh Adven sejati. Sebab itu, kita belajar darinya tentang bagaimana seharusnya kita menunggu kedatangan Tuhan. Bunda Maria menunggu dengan sukacita. Kita pun harus melakukan hal yang sama. Kita menunggu dengan sukacita juga.

Apa buktinya bahwa Bunda Maria menunggu dengan sukacita? Buktinya, ia bisa berjalan jauh untuk menjumpai Elisabet, saudarinya. Tentu tidak mudah bagi seseorang yang sedang hamil muda seperti Bunda Maria untuk melakukan perjalanan jauh seperti itu. Itu hanya bisa dilakukan ketika hati sedang bersukacita. Lalu mungkin Anda berkata, “Tapi kan, alasan itu belum cukup kuat dijadikan bukti bahwa Maria menunggu dengan sukacita? Bisa saja dia pergi menjumpai Elisabet dalam keadaan frustrasi.” Baiklah, tapi lihat apa yang terjadi setelahnya. Kitab Suci menyebutkan bahwa ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya. Itu artinya ada sukacita besar yang ada pada Bunda Maria yang ditularkan kepada Elisabet. Bahkan, Yohanes, yang saat itu masih berada di dalam rahim ibunya, Elisabet, ikut bersukacita setelah mendengar salam Maria. Sukacita Yohanes dalam menyambut Yesus adalah juga sukacita kita. Seperti Yohanes, kita pun harus melonjak kegirangan menyambut kelahiran Yesus.

Baca Juga:  Dia Memanggil Aku

Patut diingat bahwa kunjungan Bunda Maria kepada Elisabet ini terjadi sesaat setelah ia menerima kabar dari Malaikat Gabriel. Itu berarti bahwa Elisabet sebenarnya belum tahu apa yang terjadi dengan Bunda Maria. Lantas, bagaimana mungkin Elisabet bisa berkata ‘diberkatilah buah rahimmu’ kepada Maria? Jawabannya: karena ia penuh dengan Roh Kudus. Roh Kudus itulah yang memampukan Elisabet mengenal karya Tuhan di dalam diri Bunda Maria. Roh Kudus yang sama juga akan memampukan kita untuk mengenal karya Tuhan di dalam hidup kita; sehingga kita menjadi pribadi-pribadi yang tahu bersyukur. Jika sampai hari ini kita belum mampu mengenal karya Tuhan di dalam hidup kita, mintalah pertolongan dari Roh Kudus.

Akhirnya, kita harus menggarisbawahi bahwa dampak yang dialami oleh Elisabet setelah mendengar salam Maria menandakan bahwa orang yang hidup dari Allah dan membawa Yesus di dalam dirinya bisa membawa sukacita bagi orang lain. Bagaimana dengan kita? Mampukah kita hidup seturut kehendak Allah dan membawa Yesus di dalam diri kita sehingga orang-orang yang kita jumpai mengalami sukacita? Semoga.