Hutan Meranti, Kotabaru

Dari atas Puncak Hutan Wisata Meranti, kita bisa menyaksikan indahnya pemandangan alam, saat matahari mulai terbenam, saat di mana warna kuning keemasan menghiasi area yang disinari, baik tumbuhan , bangunan, maupun hamparan permukaan.

Dari puncak ini, bentang alam Kotabaru dengan segala keindahannya, juga dapat kita amati. Tentu saja menjadi lebih menarik, karena dilihat dari sudut pandang yang berbeda.

Berada di ketinggian 200 meter di atas permukaan air laut, objek wisata ini dikelola oleh Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, dengan total 32 petugas yang sehari-hari mengelola dan memelihara sekuruh kawasan hutan meranti, yang mempunyai luasan sekitar 8 Ha.

foto: Akhmad Cholil

Sunset di Meranti foto: Akhmad Cholil

 

Menurut pak Akhmad Cholil, salah satu petugas di Hutan Meranti, pemandangan saat matahari terbenam, adalah momen yang sangat indah dan sayang untuk dilewatkan begitu saja, hanya saja karena akhir-akhir ini cuaca sering berkabut, indahnya fenomena saat matahari tenggelam, menjadi sulit untuk disaksikan.

Wisata Hutan Meranti dibagi menjadi dua bagian, yakni pintu masuk bagian bawah, yang langsung dijumpai pengunjung setelah melewati loket, serta bagian Puncak Gunung Hutan Meranti.

Sejak dresmikan Bupati H. Irhami Ridjani Rais, S.Sos., M.Si pada tahun 2015, hutan meranti tetap terjaga dan terawat, pohon-pohon meranti putih tetap tegak berdiri, menambah keindahan serta keasrian objek wisata tersebut.

Pada sisi bagian bawah Hutan Meranti terdapat beberapa gazebo, untuk tempat pengunjung bersantai sambil menikmati keindahan alam sekitar. Sedangkan pada bagian puncak hutan meranti, terdapat aula untuk pertemuan, kandang rusa, serta kelinci, beberapa cottage, anjungan pandang, tempat pengunjung biasanya berfoto, serta melihat bentang alam kotabaru.

Kawasan Hutan Meranti sejak tahun 1970 an dikelola oleh PT. Inhutani II, sebagai hutan tanaman industri. Pada saat itu luasan kawasan ini mencapai lebih dari 200 hektar. Pada awal tahun 2000 an, diserahkan ke Pemerintah Daerah, yakni Dinas Kehutanan Kotabaru. Di tahun tersebut luasan yang bisa dikelola tersisa8 Ha. Sebelum beralih fungsi menjadi objek wisata, Hutan Meranti adalah tempat penelitian, kawasan pelestarian alam, serta tempat pembibitan. Kayu Meranti putih biasanya diolah untuk menjadi Kayu lapis, bahan pembuatan kapal, dan juga furnitur interior .

Baca Juga:  Rumah Sakit Apung (RSA) Dr. Lie Dharmawan: Memberikan Pelayanan Terbaik (Bag 2)

Pohon Meranti putih merupakan tanaman yang hanya tumbuh di wilayah Asia Tenggara, dan populasinya kian mendekati kepunahan, sehingga menjadi tanaman yang dilindungi.

Secara administratif pemerintahan, Hutan Meranti terletak di Desa Sebelimbingan dan Desa Gunung Sari, Kecamatan Pulau Laut Utara, yang berjarak sekitar 12 Km dari Ibukota Kabupaten Kotabaru.

Di Hutan Meranti ini jualah, di antara rimbunya dedauanan, batang batang pohon yang tinnggi menjulang, serta semilir angin yang berhembus menambah kesejukkan suasana, bersemilah suatu romansa kasih antara Ajul dan Jeko, dua sejoli yang memadu kasih di puncak meranti.

foto: Hari

Sekelompok Rusa di Hutan Wisata meranti foto: Hari

 

Kisah kasih mereka bukannya tanpa rintangan dan kendala, karena “ penguasa area” sebelumnya yakni rusa senior yang ada di kandang rusa hutan meranti, yaitu “preman” , begitu biasanya rusa tersebut dipanggil oleh para juru pemeliharaan satwa, di sana, tidak berkenan dan tidak sudi membagi wilayah kekuasaannya, termasuk juga seluruh rusa betina yang ada.

foto: Hari

sang “preman” foto: Hari

 

Pertempuran pun tak dapat dielakkan, demi sang pujaan hati, Jeko pun bertarung mati-matian, mengerahkan segala kemampunnya, untuk menunjukkan ketangkasan dan kekuatannya, dan tentu saja untuk memboyong pujaan hatinya “sang dewi” Ajul.

Berkat keuletan serta stamina yang lebih prima, dikarenakan usia yang lebih muda, Jeko pun berhasil mengalahkan “preman”, walaupun dengan susah payah karena seperti yang diketahui, walaupun sudah termakan usia, “preman” adalah petarung yang sarat pengalaman, dan terkenal sebagai rusa dengan daya rusak yang hebat. Hal ini terbukti dengan rusaknya properti di kandang rusa, dikarenakan terjangan dan tendangan tanpa sebab yang pasti dari “preman”. Diperkirakan perbaikan kerusakan properti, yang disebabkan oleh preman, berupa pagar kawat yang jebol, pintu akses pagar yang rusak, serta hancurnya pagar beton, hampir roboh, rata dengan tanah, sudah menyentuh nominal 20 juta rupiah.

 foto: Hari

rusa Jeko foto: Hari

 

Baca Juga:  Memupuk Cinta pada Kitab Suci Sejak Dini

Sebagai konsekuensi dari pertarungan tersebut, selain menanggung rasa malu yang hebat, “preman” pun harus merelakan kehilangan gelar sebagai “ penguasa area”, yang sekaligus membuatnya tersingkir dari kumpulan rusa, dan hanya bisa menahan rasa, dan menatap dengan sedih saat melihat Neneng, pendampingnya selama ini, berjalan berdua dengan Jeko.

foto: Hari

si ” preman” akhirnya harus terpisah dari kelompok

 

Dengan siklus satu kali pada setiap tahunnya, tanduk rusa jantan pasti akan terlepas secara alami, berganti dengan tanduk yang baru. Menurut petugas di sana, bukannya tidak mungkin “preman’ akan berusaha merebut kembali daerah kekuasaannya, karena berdasarkan pengamatan mereka, tanduk Jeko yang lebih dahulu akan terlepas secara alami, sehingga pada pertarungan ulang kedua rusa tersebut, si “preman” dalam posisi yang lebih diuntungkan karena bakal menghadapi lawan yang tak bertanduk.

foto : Hari

Ajul(kiri) dan Neneng(kanan)

 

Demikianlah sepenggal cerita dari hutan Meranti Putih, yang bukan hanya menawarkan keindahan alamnya, juga menyuguhkan daya tarik fauna, yaitu rusa, kelinci, serta burung dara.

 

Air Terjun Kamandamin, Kotabaru

Dari romansa dua sejoli, di hutan meranti kita mengalihkan perhatian ke sebuah daerah di Pulau Kalimantan, yang menjadi bagian dari kabupaten kotabaru, tepatnya di desa batuah, kecamatan Pamukan Barat.

video: Disparpora Kotabaru/Willy  Wong

Tempat wisata ini memang belum begitu populer, namun menyimpan banyak potensi, serta kisah yang menarik dari zaman penjajahan.

Menurut Pii Kacum, tokoh masyarakat setempat, sebelum masa penjajahan Jepang ke Indonesia, leluhur Beliau sudah bermukim di lokasi Air Terjun Kamandamin.

Dalam masa perjuangan tempo dulu, di lokasi sekitar Air Terjun Kamandamin, sempat dijadikan wadah persembunyian warga setempat saat tentara Belanda berpatroli untuk mencari serta menumpas para pejuang dari Indonesia. Tentara Belanda tidak dapat menemukan dan menangkap para pejuang karena mereka bersembunyi di lokasi air terjun, kurang lebih satu minggu.

Berdasarkan Pii Kacum, perjalanan mencapai lokasi air terjun ditempuh dengan kendaraan sejauh 15 km dari jalan raya Desa Batuah. Setelah itu dilanjutkan dengan berjalan kaki selama 45 menit, barulah kita sampai di lokasi tujuan.

Baca Juga:  CARITAS dan Bela Rasa

Air Terjun kamandamin, dikelilinngi oleh hutan yang relatif sangat terawat. Saat ini ada 3 rukun tetangga yang terdapat di sana yaitu RT 3, RT6, RT9. Penduduk di sana  merupakan suku Dayak Pegunungan Meratus yang percaya bahwa alam adalah anugerah dari Yang Kuasa dan kita wajib menjaga, memelihara serta melestarikannya.

Sesaat setelah sampai di lokasi Air terjun, rasanya seluruh kepenatan dan keletihan menjadi hilang, musnah. Ketika menyaksikan keindahan, gemuruh air, serta pemandangan yang memukau indera penglihatan, membuat jiwa kembali bergelora. Perjalanan selama 2 jam lebih, rasanya sepadan dan terbayar lunas.

Pulau Sawa, Pulau Penyu, serta Pulau Samber Gelap

Dari nuansa keindahan, yang membuat diri bergelora, kita menuju tempat terakhir, yaitu tempat yang mempesona dengan nuansa wisata bahari, tepatnya ada 3 pulau eksotis di kecamatan Pulau Sebuku.

Samber Gelap instagram:wisata.kalsel

Samber gelap bawah air foto: Disparpora Kotabaru

Samber gelap bawah air foto: Disparpora Kotabaru

 

Samber gelap foto: Disparpora Kotabaru

 

 

Pulau Sawa, Pulau Penyu, serta Pulau Samber Gelap adalah objek wisata dengan panorama yang menakjubkan, di pulau-pulau tersebut, khususnya di Samber Gelap adalah tempat yang menjadi idaman bagi pecinta serta penggiat kegiatan diving, ataupun snorkling. Kerap juga disebut surga bawah laut, oleh wisatawan yang pernah berkunjung ke sana.

Hamparan keindahan terumbu karang yang terlihat jelas karena air yang jernih, kawanan ikan warna-warni yang melintas di hadapan kita menjadi nilai tambah keindahan fenomena alam yang tersaji di depan mata kita. Nyiur yang melambai, di tepi pantai, deburan ombak di pasir putih, seakan berbisik ke telinga kita mengucap selamat datang.

Pulau Samber Gelap juga merupakan tempat budidaya penyu. Beberapa penyu dari spesies yang langka dikabarkan juga dapat ditemukan di pulau ini.

Menikmati keindahan alam di tepi pantai, mengabadikan momen lewat kegiatan fotografi, mencoba mengitari pulau dengan perahu dayung, naik ke mercu suar untuk menikmati keindahan tiada tara dari atas mercu suar, adalah beberapa pilihan aktivitas di sana.

Dengan mengenal serta mengagumi keindahan alam di sekitar kita diharapkan juga tumbuh rasa peduli rasa sayang akan alam serta lingkungan kita. Bersyukur atas anugerah Tuhan atas alam yang indah dan terawat, sekaligus juga melepas kepenatan atas rutinitas harian yang dilakukan.

( Hari)