SEJARAH PAROKI SANTA MARIA RATU PECINTA DAMAI, MANDAM

Awal misi:

Gereja Mandam tahun 2011

Awalnya pada tahun 1983 adalah misi kemanusiaan Rm. Heinrich Stroh, MSF dari Kotabaru datang ke Mandam ini dengan membawa obat-obatan malaria dan obat kusta, sering membawa pakaian layak pakai, pakaian sekolah anak-anak untuk penduduk setempat. Rm. Stroh sering berkunjung ke ladang dan kebun untuk menjumpai penduduk setempat. Selanjutnya datanglah Rm. Sumarta Setyaka, MSF berkarya di Mandam bersama Bapak Sugeng Basuki, menginap di Rumah Bapak Marselus Wahub yang benar-benar mengajari agama melalui sekolah INPRES.

 

Baptisan pertama:

Karya Tuhan menghasilkan panenan pertama dengan penerimaan Sakramen Baptis sebanyak 36 orang pada tanggal 23 Desember 1986 di rumah keluarga Bapak Marselus Wahub dan Ibu Katarina Ahud. Di antara baptisan pertama yang itu seperti Bapak Marcelius Ahud, pasangan suami-istri (pasutri) Sutir Inyong, Bapak Alexander Haryanto dan Ibu Marcelina Ahub, Hilarius Hartono, Bapak Yusransah dan Ibu Kataria Aquy, Bapak Anianus Yani dan Ibu Paulina, Guslov, Sangi, Hadi, Raniansah, Bardi Abdul Sani, Paulus, Paulina, Antonius Yayan, dan Bapak Nurdin. Karena belum memiliki tempat ibadah, ibadah dilaksanakan di rumah keluarga Bapak Marselus Wahub dan Ibu Katarina Ahud.

 

Pendirian rumah ibadah:

Pendirian rumah ibadah dan Gua Maria Mandam sebenarnya sudah mulai pada tahun 1984 oleh tukang asal Bugis bernama Bapak Darman dan Daeng Pindy. Tanah tempat berdirinya gereja adalah hibah dari keluarga Bapak Wahub, Bapak Dendong. Pendirian gereja sangat tidak mudah karena adanya berbagai halangan dari oknum pejabat pemerintah waktu itu. Tidak boleh ada nama ‘gereja’ tetapi hanya boleh dianggap sebagai gedung pertemuan. Namun perjuangan gigih tokoh-tokoh umat akhirnya gereja dapat diberikan nama dan diresmikan pada tahun 1987. Walau demikian kadangkala gereja juga mendapat gangguan dari orang-orang yang tidak senang. Umat dengan keyakinan imannya tetap melaksanakan ibadah dengan baik.

 

Dari MSF ke CM:

Lama sesudah baptisan, gereja Mandam kurang terdampingi. Sebagian umat baptisan pertama ada yang tetap Katolik tetapi tidak pernah lagi tampak ke gereja, ada yang kembali ke kepercayaan Kaharingan, sebagian juga berpindah ke agama Kristen Protestan. Pada tahun 1999, Paroki Santo Yusup dimekarkan lagi dengan berdirinya Paroki Santo Vinsensius a Paulo – Batulicin yang dikelola oleh Romo-romo Lazaris atau Serikat Vinsensius. Kemudian Gereja Mandam mulai berpindah dari zaman Rm.  Chr. Katijanarso, CM bersama tokoh-tokoh awam seperti Bapak Blasius (guru agama), Bapak Firman (Serongga), dan Bapak Hari (Lalapin) mulai memperkenalkan pendalaman iman, doa lingkungan, rosario, ibadat tanpa Imam, mulai tahun 2001. Ada juga Bapak Petrus Suyono, seorang tokoh awam yang dengan setia berkatekese memperdalam iman umat.

Baca Juga:  Merekam Jejak Keuskupan Banjarmasin

 

Rm. Jaques Gros, CM dan Rm. Ignatius Priyambodho Widhi Susanto, CM:

Era baru pelayanan di Mandam sangat dirasakan umat sebagai suatu berkat ketika Rm. Jaques Gros, CM pada taun 2010 berkenan untuk tinggal bersama umat di Mandam. Rm. Gros menempati sebuah ruangan di pastoran yang sangat sederhana di belakang gedung gereja lama. Rm. Gros dikenal sebagai Imam yang murah hati kepada siapa saja, rajin mengunjungi umat dan menemukan tempat-tempat pastoral baru pelayanan umat di perkebunan sawit seperti di Merah Delima, Intan, Ringgo, Batulassung, SKPA, dan Blok B.

 

Para Suster ALMA:

Tuhan tidak membiarkan Rm. Gros dalam kesendirian. Pada tahun 2012, Tuhan mengirimkan Suster-suster ALMA untuk berkarya seluas karya yang dilayani oleh Rm. Gros. Para suster ALMA ini luar biasa, mereka tidak takut berbagai macam bahaya walaupun harus pulang malam sampai dini hari dalam pelayanan mereka. Para suster ALMA hanya percaya pada Tuhan Yesus yang selalu menyertai mereka. Sekian waktu Suster ALMA berkarya dapat disimpulkan mengenai karya-karya mereka yaitu dalam bidang katekese umat, persiapan penerimaan sakramen, memimpin ibadat di komunitas atau wilayah, membantu administrasi dalam urusan gereja dan sipil pemerintahan, karya sosial pendampingan anak-anak difabel, karya pendidikan dengan mengajar, dan memberikan bantuan beasiswa bagi anak-anak yang akan bersekolah di Institut Pastoral Indonesia (IPI) di Malang. Sampai saat ini Suster-suster ALMA masih tetap eksis berkarya dengan semboyan: “menjangkau yang tak terjangkau”.

 

CM – Imam Diosesan:

Pada tahun 2019, Rm. Yunus Sirilus Andrianto, Pr seorang Imam dari Keuskupan Agung Palembang datang ke Mandam menggantikan Rm. Gros. Sekian waktu kemudian, datanglah Rm. Bertinus Bani Suatmadji, CM. Rm. Yunus dan Rm. Bani meneruskan karya Rm. Gros dan Rm. Priyambodho yang rajin turney ke komunitas-komunitas di perkebunan sawit dan meratakan tanah samping gereja lama. Rm. Yunus dan Rm. Bani juga memulai renovasi gereja di Ringgu. Rm. Bani berkarya di Mandam selama satu tahun, kemudian berpindah ke Paroki Batulicin.  Rm. Antonius Budi Wihandono, Pr, seorang Imam Diosesan dari Keuskupan Agung Semarang hadir di Mandam pada bulan September 2020. Tidak lama kemudiaan pada bulan Januari 2021 datanglah Diakon Yohanes Tjuandi, Pr menjalani masa Diakonat di Mandam.

Gereja Mandam tahun 2022

Tahun 2021-2022 adalah tahun-tahun yang penuh dengan berkah. Mulai bulan Februari 2021 mulailah beberapa proyek-proyek besar yang dikerjakan di Mandam, seperti meneruskan renovasi gereja Ringgu yang sudah dirintis oleh Rm. Bani dan Rm. Yunus, pembangunan Pastoran Mandam, pembelian beberapa bidang tanah samping gereja,  merenovasi gereja lama menjadi rumah singgah tempat orang-orang membutuhkan istirahat atau tempat bermalam karena kemalaman, pembuatan lapangan volley untuk masyarakat, pembangunan gereja Napu, renovasi Gua Maria  yang meliputi  pembuatan tangga naik ke Gua Maria, tempat devosi Pieta, renovasi MCK, pembuatan taman, renovasi pondok bahtera yang kayu sudah banyak rapuh, pembuatan pagar sekeliling gua, dan kolam Bethesda.

Baca Juga:  Ketahanan Pangan dan Dialog dengan Lingkungan

Pada bulan April 2021 Diakon Tjuandi dan Rm. Yunus, naik ke pegunungan Meratus tepatnya di Sampanahan untuk menerimakan Sakramen Baptis bagi 18 anak. Memang yang dibaptis baru anak-anak. Dalam hal ini patut berterima kasih kepada Rm. Priyambodho yang mulai merintis karya di Sampanahan dan terlebih kepada Bapak Urbanus dan Bapak Basri yang dengan setia menjadi guru dan ketekis di Sampanahan.

Pada bulan Agustus 2021, Diakon Yohanes Tjuandi, Pr ditahbiskan menjadi Imam dan ditugaskan di Mandam. Selama Rm. Jojo berkarya di Mandam, sangat terasa sekali pendampingan untuk kaum muda dan anak-anak. Kaum muda mempunyai suatu program yang rutin dalam pendampingan dan sebagian anak-anak yang belum dapat membaca diberi sarana prasarana dan pendampingan dalam membaca, menulis dan berhitung.

Rm. Jojo tidak lama di Mandam, karena pada awal tahun 2022 beliau mendapat tugas untuk karya yang lebih besar yaitu Pengembangan Dayak Meratus (PDM) dan bertempat tinggal di Banjarbaru. Akhirnya Rm. Yunus pada bulan Juni 2022 juga berpindah kembali ke Keuskupan Agung Palembang. Datanglah Rm. Andreas Setyo Indroprojo, Pr dan Rm. Ignatius Supardi Prihatin Saputro, Pr.  Pembangunan masih terus berlangsung yaitu pembangunan kantor sekretariat paroki, renovasi rumah misi Malangkayan, pembangunan kembali gereja Lalapin yang direncanakan tahun ini akan selesai. Sementara itu pembangunan di Gua Maria masih terus berlangsung seperti pembuatan pondok Emaus yang nantinya akan dapat digunakan untuk kegiatan kemasyarakatan dan juga pondok Sabda Bahagia untuk katekese.

 

Demikianlah sekilas mengenai sejarah perkembangan gereja Mandam. Tentu sejarah ini masih kurang dari sempurna. Banyak nama-nama Imam dan awam yang tidak dapat kami sebut satu persatu berjasa dalam sejarah perkembangan gereja Mandam dari awal mula sampai sekarang ini. Hal yang sangat menggembirakan adalah kerja keras umat, kekompakan untuk kerja bakti bersama hapir setiap hari Jumat, sungguh membanggakan. Semua itu untuk kemuliaan Tuhan dan keselamatan sesama.

Baca Juga:  95 Tahun MSF di Kalimantan dan 25 Tahun Seminari Johaninum di Banjarbaru: BERANI MELAWAN ARUS ZAMAN

 

Saat ini jumlah umat di Paroki Santa Maria Ratu Pecinta Damai – Mandam yakni 359 KK, dengan jumlah 1167 jiwa. Jumlah umat tersebut tersebar di Guntung Tarap, Karang Liwar, SKPA, Serongga A, Blok B, Serongga C, Batulasung, Ringgo, Lalapin, Intan, Merah Delima, Malangkayan, Hambawang Hijau dan Gadhang.