Didamaikan oleh Anak Manusia
Renungan oleh RP. Ambrosius, MSF.
Sabtu, 04 September 2021
PEKAN BIASA XXII
Kol. 1:21-23
Luk. 6:1-5
Saudara/i yang terkasih…
Setiap perselisihan, sengketa, dan atau pertengkaran harus diselesaikan dengan jalan damai. Dalam penyelesaian itu dibutuhkan perantara yang menjadi pendamai bagi mereka yang bersengketa. Orang tersebut harus berusaha dengan cara yang baik dan netral agar kedua belah pihak yang bertikai dapat berdamai kembali, dengan itu ia akan dipandang sebagai orang yang bijaksana.
Karena dosa dan perbuatan jahat, manusia memutuskan hubungan baik dengan Allah bahkan manusia tidak hidup damai dengan Allah. Maka untuk membawa manusia kembali kepada Allah dan didamaikan dengan Allah dibutuhkan Anak Manusia, Yesus Kristus Tuhan kita. Melalui peristiwa salib : sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, Dia telah mendamaikan kita dengan Allah Bapa kita.
Saudara/i yang terkasih…
Karena kita telah didamaikan dengan darah Kristus yang tersalib maka seharusnya kita juga harus hidup damai dengan semua orang. Melalui peraturan, norma dan hukum, kita sebagai manusia diatur untuk hidup damai dengan sesama. Namun kadang kita lebih mementingkan aturan tanpa peduli dengan situasi sesama. Padahal tujuan peraturan dan hukum adalah untuk memanusiakan manusia.
Orang-orang Farisi adalah orang-orang yang taat pada aturan dan hukum Namum mereka mengorbankan orang lain demi hukum dan aturan tersebut. Oleh karena itu, Yesus menegaskan kepada mereka dengan berkata : “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari sabat”. Hal ini mau mengatakan bahwa Yesus adalah penguasa segala sesuatu bahkan atas segala hukum dan aturan yang ada.
Saudara/i yang terkasih…
Marilah kita belajar untuk hidup damai dengan Allah dengan bertobat dan selalu dekat pada-Nya. Selain itu, kita juga harus menciptakan damai dengan sesama karena kita semua telah didamaikan melalui darah Kristus yang tersalib. Semoga doa Keluarga Kudus Nazareth membantu kita. Tuhan memberkati kita. Amin
Sabtu Imam – Mu-Sa-Fir