Mgr. Petrus Boddeng Timang

Kepada yang saya hormati, banggakan dan kasihi, segenap umat katolik se-Keuskupan Banjarmasin, Anak-Anak, Remaja, Orang Muda, Saudari-Saudara, Ibu dan Bapak, Biarawan – Biarawati, Rekan-Rekan imam yang terberkati, salam dan damai Natal bagimu, dimana pun Anda ada saat ini.
Menjelang akhir tahun 2022 seraya menantikan datangnya tahun 2023, perkenankan saya mengucapkan sekali lagi selamat menyukuri segala berkat Tuhan selama masa Natal dan sepanjang tahun 2022, selamat menyambut dengan penuh syukur dan sukacita tahun 2023. Sesaat lagi tahun 2022 akan berlalu dan sebagai gantinya tiba dan hadirlah tahun 2023 dengan segala janji dan tantangannya.
1. Pesan Natal 2022 Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) bertajuk Pulanglah Mereka ke Negerinya Melalui Jalan Lain (Mat. 2:12).
“Orang-orang bijak dari Timur dengan bantuan bintang datang untuk menyembah-Nya dan mempersembahkan emas, kemenyan dan mur. Setelah mengalami sukacita dalam perjumpaan yang istimewa tersebut, orang-orang bijak itu kembali ke negerinya melalui jalan lain seperti yang ditunjukkan Tuhan (bdk. Mat. 2:12). Mereka mampu melewati tantangan, hambatan dan kesulitan dalam perjalanan mereka mencari Yesus dan setelah berjumpa dengan-Nya mereka juga berani menempuh jalan baru yang belum tentu lebih mudah dari sebelumnya”.

Sukacita orang-orang dari Timur itu seperti juga sukacita gembala-gembala (Luk. 1:20) mengalir dari perjumpaan mereka dengan Kanak-Kanak Yesus “yang sedang berbaring dalam palungan” (Luk. 1:16). Orang-orang bijak berjumpa dengan “raja orang Yahudi yang baru dilahirkan” (Mat. 2:2) sesudah menempuh perjalanan yang jauh dengan banyak bertanya di sana-sini. Mereka akhirnya sampai ke tempat tujuan. “Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia” (Mat. 2:11). Sebagai tanda hormat dan kasih mereka mempersembahkan kepada bayi itu emas, kemenyan dan mur.
Gembala-gembala juga dibimbing oleh daya ilahi untuk pergi menemui Kanak-Kanak itu di tempat Ia dilahirkan (Luk. 2:15). Baik orang bijak itu mau pun gembala-gembala mengalami sukacita rohani, “memuji dan memuliakan Allah” karena pengalaman yang luar biasa, berjumpa dengan “Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan, di kota Daud ” (Luk. 2:11). Semuanya terjadi karena campur tangan Tuhan melalui “bintang di timur” dan “malaikat serta sejumlah besar bala tantara surga”. Orang yang berkemauan baik dituntun oleh Roh Allah untuk berjumpa dengan Juruselamat. Buahnya adalah sukacita tak terhingga dan semangat berbagi atau bermisi yang berkobar-kobar.
Sukacita Natal adalah sukacita orang-orang sederhana, sifatnya rohaniah, abadi, karena sumbernya Allah. Bukan hura-hura, bukan gemerlapnya dunia yang sifatnya sesaat dan cepat menguap. Sukacita Natal membangkitkan energi rohani yang dahsyat dalam diri manusia, merubah dirinya menjadi pewarta kabar sukacita surgawi dengan berani dan tangguh seperti gembala-gembala dan orang bijak dari timur itu. Dalam sukacita itulah kita syukuri segala berkat Tuhan yang kita alami selama tahun 2022. Dalam lingkup kehidupan pribadi, keluarga, komunitas, Gereja dan sebagai bagian dari warga bangsa dan warga negara.

2. Tahun 2023 adalah Tahun yang sarat dengan agenda, bagi kita sebagai warga dunia, warga negara Indonesia dan warga Gereja secara nasional mau pun pada tingkat daerah Kalimantan Selatan, Gereja Partikular Keuskupan Banjarmasin. Pandemi Covid-19 yang mulai merebak akhir tahun 2019 dan sampai di negeri kita pada awal tahun 2020, belum seluruhnya teratasi dengan tuntas. Dampak psikologis begitu dahsyat karena jatuhnya begitu banyak korban manusia yang meninggal. Akibatnya timbul ketakutan, kecemasan dan kegelisahan tanpa henti. Dana yang disedot untuk penanggulangan resiko pandemi mencapai angka yang tak terbayangkan. Bukan saja negara-negara miskin atau yang berpenghasilan sedang yang menderita karenanya. Bahkan negara-negara besar dan kaya pun ikut merasakan beban berat itu.

Baca Juga:  Misa Harian Jumat Pekan Biasa XXIV, 17 September 2021

Belum selesai dengan penanganan Covid-19, dunia dikagetkan dengan munculnya perang di Ukraina. Sudah hampir setahun lamanya perang berlangsung tanpa seorang pun tahu kapan akan berakhir. Ekonomi dunia langsung merasakan dampak dan guncangannya. Mata rantai perdagangan, penyedian dan pengangkutan kebutuhan-kebutuhan pokok manusia sejagad terganggu bahkan terputus. Semuanya berujung pada semakin meningkatnya harga-harga. Di berbagai tempat di bumi saat ini, terus saja berkecamuk perang-perang lain antar kelompok, antar suku, antar ideologi. Korban-korban terus berjatuhan. Kebanyakan anak-anak, perempuan-perempuan, mereka yang lanjut usia dan orang-orang miskin.

Perubahan iklim juga semakin terasa di seantero dunia. Cuaca tidak menentu dan seringkali menjadi tantangan besar bagi para petani. Produksi bahan pangan terganggu karenanya. Bencana alam banjir, tanah longsor, angin badai, gempa bumi datang silih berganti dengan korban manusia serta harta benda yang tidak sedikit. Situasi itu ikut menyumbang bagi melambat atau merosotnya pertumbuhan ekonomi dengan akibat meningkatnya jumlah orang miskin di berbagai belahan bumi termasuk di negeri kita.

Faktor-faktor negatif itu secara umum dirasakan di seluruh dunia. Negeri kita akhir-akhir ini masih didera pula oleh sikap-sikap dan perilaku intoleran dari sejumlah warga masyarakat. Memainkan sentimen keagamaan, kesukuan, atau isu-isu sektarian lainnya menambah beratnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah dan seluruh rakyat. Mereka yang paling terdampak secara negatif adalah anggota masyarakat kecil yang sering kali tidak tahu asal-usul atau sebab musabab permasalahan.

3. Pemerintah Republik Indonesia menetapkan tahun 2023 sebagai tahun toleransi beragama dengan mengedepankan semangat moderasi beragama. Warga penganut berbagai agama dan keyakinan diajak, didorong, difasilitasi, untuk melalui sikap dan perilaku setiap warga – apa pun agama dan keyakinan imannya – menampilkan wajah agama yang sejuk, ramah, bersahabat, inklusif, dan pembawa berkat bagi setiap insan bahkan setiap makhluk.
Sementara itu dalam Tahapan Pelaksanaan Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin periode II tahun 2020-2024, pada tahun 2023 memasuki tahun Gereja Transformatif. Maksudnya adalah seluruh umat Allah, Gereja Partikular Keuskupan Banjarmasin didasari oleh imannya berikhtiar dengan segala daya, tenaga dan upaya untuk memancarkan kasih Allah di Kalimantan Selatan. Dipimpin, diarahkan dan didorong oleh Roh Allah sendiri, Gereja Katolik Kalimatan Selatan ikut serta dalam proyek raksasa Allah membangun kembali dunia ini. Dalam dunia baru itu tidak ada lagi kegelapan lambang dosa dan kegelapan. Warga tidak lagi “memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka dan mereka akan memerintah sebagai raja selama-lamanya” (Why. 22:5).
Pada penciptaan pertama, Allah bekerja sendirian, dalam sesaat semuanya ada. Allah berfirman maka semuanya terjadi (Kej. 1:3-24). Semuanya baik adanya. Seluruh ciptaan ada dalam keserasian sempurna. Manusia diciptakan dengan pendamping sepadan baginya. Ada damai abadi antara manusia dengan sesamanya, antara dirinya dengan ciptaan-ciptaan lain. Ada sukacita surgawi di taman Eden. Namun karena keserakahan dan keras – kepala manusia, ketenangan dan keserasian hidup “di surga “ itu hancur berantakan. Manusia terusir dari taman Eden (Kej. 3:23). Manusia menjadi semakin jahat (Kej. 4:8; 11:8-9). Dia bukan lagi sesama bagi sesamanya (homo homini socius) melainkan musuh dan pemangsa saudaranya dengan berbagai cara dalam berbagai wujud, homo homini lupus (manusia menjadi serigala pemangsa bagi sesamanya).
Sesudah berjumpa dengan Yesus dan dijamah oleh tangan kasih-Nya, manusia menjadi ciptaan baru. Dia mengalami bukan hanya sukacita. Dia menjadi semakin kreatif, setiap kali menemukan cara-cara baru untuk membagikan sukacita itu kepada sesamanya. Dia menjadi mitra Yesus untuk menularkan kasih yang membebaskan dan mencerahkan itu kepada orang lain bahkan kepada sesama ciptaan. Sukacita itu tidak akan pernah lagi hilang dari muka bumi ini. Dia tinggal diantara manusia (bdk. Yoh. 1:14). Dia adalah terang yang menerangi dunia ini, maka lenyaplah kegelapan dosa dan kejahatan.
Pada awal penciptaan, Allah memanggil dan menugaskan manusia menjadi mitra kerja untuk melestarikan alam ciptaan (Kej. 1:26-28). Pada penciptaan kedua, sekali lagi Allah mengetuk pintu hati manusia (Why. 3:20). Manusia diundang untuk membuka diri, menjadi mitra-Nya dan menuntaskan proyek pemulihan manusia dan ciptaan yang telah hancur karena dosa. “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia” (Yoh. 1: 9). Tetapi “orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak meneriman-Nya” (Yoh. 1:11).
4. Gereja Partikular Keuskupan Banjarmasin menegaskan dirinya sebagai Gereja Transformatif secara khusus sepanjang tahun 2023. Yesus Terang Abadi itu telah hadir di bumi. Dia bercahaya dalam kegelapan dan kegelapan tidak menguasainya (Yoh. 1:5). Namun supaya manusia mengenal Terang itu dengan benar dan menerima-Nya apa adanya ia membutuhkan “Roh hikmat dan wahyu dari Allah” (Ef. 1:16-19). Yesus mengajak Gereja Keuskupan Banjarmasin untuk berjalan bersama dengan diri-Nya di seluruh pelosok Kalimantan Selatan ini, bersama dengan semua orang yang berkemauan baik untuk melebarkan jangkauan cahaya terang-Nya itu. Pesan Natal 2022 KWI dan PGI menyebutkan sejumlah jalan:
– Membangun peradaban kasih di tengah menguatnya tindak kekerasan;
– Merajut kerukunan di tengah merebaknya intoleransi;
– Mempopulerkan budaya jujur di tengah mengguritanya tindak kejahatan korupsi;
– Menggemakan pertobatan ekologis di tengah maraknya kerusakan lingkungan hidup;
– Mengembangkan hidup berpolitik dan beretika menjelang pesta demokrasi, pileg, pilpres, pilkada tahun 2024;
– Mengedepankan sikap saling memahami, menerima, mendengarkan dan menghargai kawan seperjalanan yaitu seluruh warga bangsa;
– Menghilangkan berbagai pikiran negatif dan prasangka buruk;
– Menumbuh suburkan budaya damai dan bersaudara;
– Mengulurkan tangan kasih persaudaraan kepada para korban bencana alam, pelecehan seksual, peredaran obat-obat terlarang, pemutusan hubungan kerja, diskriminasi atas dasar suku, agama, ras, dan ketidak adilan lainnya;
– Membangkitkan semangat dan harapan dari keterpurukan untuk merajut kembali mimpi-mimpi yang mungkin telah hilang;
– Mengobarkan tekad untuk memperjuangkan bersama cita-cita yang luhur dan indah demi kebenaran dan kasih.
Manusia sebagai imago Dei, gambar Allah (Kej. 1:27) “telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rm. 3:23). Kendati gambar Allah itu dalam dirinya kabur, kemuliaan Allah pada wajahnya semakin buram, manusia tidak sama sekali terputus hubungannya dengan Allah. Yesus lahir sebagai manusia “untuk segala bangsa” (Luk. 2:31). Dia adalah keselamatan “segala bangsa mulai dari Yerusalem” (Luk. 24:47). Di depan kaum cendekiawan kota Atena (Areopagus) Paulus menegaskan, “Di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan para pujangga-pujanggamu. Sebab kita ini dari keturunan Allah juga” (Kis 17:28; bdk. KGK No. 356 – 358).
Maka ke dalam, di internal Gereja sendiri, kita diundang dan diutus untuk semakin tekun dan setia tanpa kenal lelah secara kreatif terus mengupayakan supaya setiap insan katolik mengetahui, memahami, menghayati imannya dan mewujudkannya dalam kehidupan mengereja dan bermasyarakat. Sesudah sepuluh tahun menggumuli proses itu, Gereja Partikular Keuskupan Banjarmasin diharapkan “naik kelas” dalam hal penghayatan dan perwujudan iman. Kalau dalam hidup beriman dan bermasyarakat umat masih tetap seperti yang dulu juga berarti ada sesuatu yang kurang atau salah dalam proses selama 9 tahun yang sudah kita jalani.
Proses mengetahui, memahami, menghayati dan mewujudkan iman akan Kristus tak mengenal kata akhir. Selalu harus ada peningkatan lebih dan lebih lagi. Dimana ada kasih, di situ ada kerinduan, upaya dan tekad untuk mewujudkannya. Dimana ada tekad disana ada jalan dengan berbagai variasi dan alternatif. Jalan yang benar mengantar kita kepada tujuan akhir yang benar dan sejati, yakni kasih yang benar dan tulus. Dimana ada kasih, disana ada Allah, Ubi caritas et amor, ibi Deus est quod Deus Caritas Est. Dimana ada cinta kasih disana ada Allah karena Allah adalah kasih (1 Yoh. 4:16). Keluar dari diri sendiri dan di luar lingkup Gereja, kita diutus untuk:
– Meningkatkan solidaritas dan belarasa umat Allah dengan sesama dan lingkungan.
– Mengakarkan Gereja pada masyarakat asli Kalimantan Selatan. (Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin 2015-2024, Misi No. 6 dan 7, hlm. 18).
Kita tidak perlu mencari Kristus di tengah-tengah masyarakat dan budaya setempat. Karena Dia ada bersama bahkan di dalam masyarakat dan budaya itu. Berbekal iman yang hidup dan berbuah, kita mampu memberikan kesaksian dan berdialog dengan semua orang (Paus Fransiskus, Lumen Fidei No. 34). Tanpa memaksakan gambaran dan cara beriman kita kepada orang lain, kita hadir dengan memberikan kesaksian tentang iman yang kita hayati. Iman itu sangat menghormati, mengasihi dan merawat alam ciptaan terlebih sesama manusia yang mempunyai budaya dan keyakinan lain. Bersama-sama umat manusia dan alam ciptaan kita dipanggil untuk memuji dan memuliakan Allah Pencipta, Pemberi, Pemelihara serta Penyelengara kehidupan. Dia adalah Allah yang murah hati dan pengampun. Kesaksian hidup seperti itu dengan sendirinya akan memantulkan wajah Allah yang pemurah dan berbelas kasih dalam Kristus.
Sebagian terbesar umat Allah Keuskupan Banjarmasin, semua orang beriman kristiani, pelayan umat dan pewarta kabar gembira keselamatan adalah perantau di Tanah Banua ini. Kita diutus dari daerah asal masing-masing bukan untuk menyebarluaskan budaya sendiri betapa pun luhur dan mulianya. Bukan juga untuk mewartakan Kristus sebagai mana dikenal, dihayati kehadirannya dalam budaya dan suku kita. Tugas kita adalah mengajak masyarakat setempat untuk berjalan bersama sepanjang jalan hidup keseharian seraya mengenali dan mengakrabi sendiri secara benar dan tulus Kristus yang selama ini sudah menemani mereka sepanjang perjalanan sejarah mereka (bdk. Luk. 24:31). Dalam seluruh proses itu yang penting bukan siapa pewarta, bukan juga pertama-tama cara atau model pewartaan melainkan supaya Kristus semakin dikenal, dikagumi dan dikasihi. Karena Ia sudah lebih dahulu mengasihi dunia ini.
Semoga Gereja Partikular Keuskupan Banjarmasin, perwujudan dari Gereja Universal yang satu, kudus, katolik dan apostolik, ke dalam dan di luar dirinya sendiri semakin tumbuh berkembang menjadi pewarta khabar sukacita yang membebaskan manusia dari segala bentuk kedosaan dan kejahatan. Semoga Gereja kita pada setiap tingkatannya, Keuskupan, paroki, stasi/ komunitas dan semua lembaganya dibebaskan dari sikap tertutup
– “dalam struktur-struktur yang memberikan rasa aman yang palsu;
– dalam peraturan-peraturan yang menjadikan kita hakim-hakim yang kejam;
– dalam kebiasaan-kebiasaan yang membuat kita merasa aman,
sementara di luar pintu kita orang-orang sedang kelaparan dan Yesus tak lelah-lelahnya bersabda kepada kita, ‘Kamu harus memberi mereka makan’ [Mrk 6:37]” (Paus Fransiskus, Evangeli Gaudium, no. 49).
Pergi mengail menjelang senja,
mendapat ikan setengah peti.
Hadirnya Yesus kesempurnaan cinta,
kasih Allah bak samudera tak bertepi.

Baca Juga:  “Bersyukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik” (Mzm 118:1)

Beragam tanaman tumbuh di taman,
ada bawang demikian pun selasih.
Tahun 2022 sampai di ujung nan aman,
tahun 2023 berawal dan berakhir dalam kasih.

Selamat menyukuri berkat berlimpah Natal 2022. Bahagia menyertai datangnya tahun 2023.

Diberikan di Banjarmasin,
Pada Pesta Kanak-Kanak Suci, 28 Desember 2022.

 

† Petrus Boddeng Timang
Uskup Keuskupan Banjarmasin