Kasih Allah mengalir melalui berbagai cara yang tak terduga. Video yang dibuat secara spontan, tak dinyana menjadi sarana kebaikan Tuhan yang menggerakkan banyak pihak untuk mendukung perkembangan umat Muara Napu. RD. Yohanes Tjuandi mendapatkan kesempatan berbincang lebih jauh dengan RD. Antonius Budi Wihandono atau populer disapa sebagai Romo Wihong seputar video tersebut serta kesan dan harapannya terhadap gereja dan umat Muara Napu.

 

RD. Antonius Budi Wihandono (Romo Wihong)

Kapan Romo mulai berkarya di Mandam dan Napu?

Saya mulai berkarya di Mandam tgl 12 September 2020, mendapat SK dari Bapak  Uskup Mgr. P. Boddeng Timang  untuk menjadi pastor  penanggungjawab Stasi Mandam, termasuk komunitas Muara Napu tanggal 26 Januari 2021.


Kesan Romo selama melayani komunitas Muara Napu?

Kesan pertama saya, mereka adalah umat yang murah hati. Ada umat yang menghibahkan tanah untuk Gereja ketika Gereja sulit mencari tanah untuk bangunan gereja. Mereka juga sering memberikan oleh-oleh hasil kebun.

Umat Muara Napu yang hampir 100% Dayak juga sangat terbuka dengan hal-hal yang dirasakan lebih baik, guyub dan mudah gotong royong serta sangat menghargai sesama. Mereka sangat menjaga harmoni dalam relasi dengan sesama dan dengan alam.


Sekarang, gereja Napu ini dikenal sebagai “gereja ayam” karena video Romo tentang ayam bertelur di meja kreden. Bisakah Romo ceritakan tentang video itu?

Video dibuat tanpa suatu rencana. Ketika saya pertama kali misa di Napu pada hari Minggu, 27 September 2020, saya bersama Sr.  Mariance Io ALMA sedang menata peralatan misa.Ternyata, di bawah kreden dekat altar  ada seekor induk ayam yang sedang mengerami telur  berjumlah 9. Telur ayam itu  berserakan, sebagian telur ada  di luar kepak sayap ayam, maka saya memasukkan telur-telur itu di bawah sayap ayam. Saya membiarkan ayam itu tetap di situ, biarkan ayam itu “mendengaran Sabda Tuhan”. Ayam saja mau mendengarkan Sabda Tuhan dalam keheningan, guyonan saya.

Baca Juga:  Pembekalan Bahan Pertemuan I Pra Sinodal Keuskupan Banjarmasin

 

Mengapa Romo tertarik untuk mem-videokan ayam yang bertelur itu?

Saya tertarik  untuk memvideokan ayam yang  sedang mengerami telur itu karena peristiwa itu merupakan pengalaman yang unik dan menarik.  Saya tidak pernah menjumpai peristiwa seperti itu selama 24 tahun  menjadi imam di Keuskupan Agung Semarang (KAS).  Saya juga tidak berpikir mengenai makna pembuatan video itu. Dapat dikatakan peristiwa itu  spontan dan sekedar menjadi catatan harian saja.

 

Apakah waktu itu Romo sudah mem-perkirakan bahwa video itu akan viral?

Sama sekali tidak! Saya  sekedar berbagi pengalaman iman mengenai perjuangan umat di pedalaman untuk beriman. Pengalaman itu saya bagikan  melalui facebook. Kalau ada video-video viral melalui Youtube, saya sama sekali tidak pernah mengunggahnya. Yang mengunggah adalah orang lain yang baik hati. Saya tidak begitu tertarik untuk dikenal termasuk melalui Youtube.

Jika video ayam itu menjadi viral, pertama-tama kami harus berterima kasih kepada Sesawi.Net yang dikomandani Mas Haryadi. Video yang viral itu banyak membantu umat Napu.

 

Kabarnya, gereja Muara Napu yang baru ini dapat dibangun karena ada beberapa donator yang melihat video Romo lalu tergerak untuk membantu. Apakah ini benar?

Ada benarnya. Tetapi sedikit. Yang lebih tepat karena kebaikan hati dan kasih Allah melalui  banyak orang kepada umat Napu. Tak bisa dipungkiri juga bahwa  Bapak Uskup Mgr. Petrus Boddeng Timang sangat mencintai dan memberi banyak perhatian pada umat Dayak. Oleh karena itu Beberapa tahun sebelumnya Beliau sudah menginstruksikan kepada Tim Pemberdayaan Dayak Meratus agar memberikan perhatian kepada umat di sepanjang pegunungan Meratus.

 

Apa harapan Romo dengan berdirinya gereja yang baru ini?

Harapan saya, Gereja Muara Napu menjadi tempat perwujudan iman, sekaligus menjadi tempat edukasi bagi masyarakat Dayak Napu, makin maju dan berkembang, agar di kemudian waktu semakin dapat berperan dalam membangun masyarakat dan bangsa Indonesia.**

RD. Antonius Budi Wihandono bersama umat komunitas Muara Napu di depan gereja Muara Napu yang lama