Keluarga sebagai Rumah Rawat Hati yang Terluka
Zoominar #9 – Rekonsiliasi dalam Keluarga , Belajar dari Bunda Maria La Sallete
Kamis (16/9/2021) – Zoominar seri 9 yang digelar oleh Komisi Keluarga Keuskupan Banjarmasin mengangkat tema Rekonsiliasi dalam Keluarga – Belajar dari Bunda Maria La Sallete. Narasumber yang dihadirkan adalah RP. YB. Marharsono, MSF atau akrab disapa sebagai Romo Marhar. Kegiatan yang diadakan melalui media Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung melalui YouTube Pusat Pastoral ini diikuti oleh 47 partisipan dan dimoderatori oleh salah seorang anggota Komisi Keluarga, Abdon Winarko.
Romo Marhar mengawali pemaparannya dengan sebuah video yang menggambarkan suatu pertengkaran dalam keluarga dan suatu gambaran cinta dan kedamaian dalam keluarga melalui rekonsiliasi. Selanjutnya melalui video lainnya, peserta diajak untuk merefleksikan kisah penampakan Bunda Maria di desa La Sallete, Perancis yang kemudian menjadi pelindung kongregasi MSF.
Konflik dalam Kehidupan Keluarga
Keluarga-keluarga memerlukan rekonsiliasi karena antar anggota keluarga rawan konflik. Dan jika terjadi konflik akan intens, kompleks dan lama.
Hubungan antara anggota keluarga biasanya sangat dekat dan sangat intens secara emosional dalam pengalaman apapun. Dalam keluarga ada ikatan yang sangat mendalam karena terjadi kontak harian selama bertahun-tahun. Ketika masalah serius muncul dalam relasi, maka hubungan emosional positif yang sangat intens dapat berubah menjadi emosi negative yang sangat intens juga.
Konflik dalam keluarga juga kompleks atau rumit. Ketika terjadi kekerasan antara suami istri atau orangtua dengan anak, mereka tetap tinggal bersama karena ikatan emosional yang positif lebih kuat dan lebih besar dari pada rasa sakit karena konflik.
Selain intens dan kompleks, konflik dalam keluarga berlangsung lama karena hubungan dalam keluarga itu seumur hidup. Orang tua, seumur hidup akan tetap menjadi orang tua. Saudara kandung, seumur hidup akan tetap menjadi saudara kandung. Jika tidak segera diselesaikan, konflik dalam keluarga ini berujung pada bahaya melarikan diri dari dari rumah, bercerai ataupun merasa terasing dalam keluarga.
Pemicu dan Akibat Konflik dalam Keluarga
Konflik bisa terjadi ketika anggota keluarga mempunyai pandangan yang berbeda, yang berbenturan dan tidak ditemukan jalan kompromi dan kurang saling menghargai. Konflik juga bisa terjadi ketika orang salah memahami satu sama lain dan membawa pada kesimpulan yang salah. Peristiwa konflik ini biasanya menjadi peristiwa yang tidak menyenangkan dan tidak diselesaikan karena ada keengganan untuk membicarakan perselisihan pribadi.
Akibat dari konflik adalah sakit hati dan terluka. Semua luka terasa sakit, namun luka yang lebih menyakitkan dan sungguh menyakitkan adalah ketika kita melihat anggota keluarga kita menderita. Ketika seseorang melukai anggota keluarga kita, kita juga terluka. Dan luka paling menyakitkan adalah luka yang diakibatkan oleh anggota keluarganya sendiri. Kesucian keluarga juga terluka karenanya.
Luka membuat anggota keluarga mengalami keterasingan, kepahitan, keputusasaan, bahkan rentan terhadap tindak kejahatan dan dosa. Luka-luka itu mungkin bisa datang dari keluarga, tetapi juga keluarga yang menjadi sumber penghiburan dan kesembuhan.
Menjadikan Keluarga sebagai Rumah Rawat Hati yang Terluka
Pada Hari Komunikasi Sedunia, Jan 23, 2015, Paus Fransiskus berpesan, “Keluarga adalah tempat kita setiap hari mengalami keterbatasan kita sendiri dan keterbatasan anggota keluarga yang lain. Kita jangan takut akan ketidaksempurnaan, kelemahan, atau bahkan konflik; tetapi kita haruslah belajar menghadapinya secara konstruktif. Keluarga dimana kita tetap saling mencintai meskipun keterbatasan dan dosa kita, maka menjadi sekolah pengampunan. Ketika rasa sesal diungkapkan dan diterima; memungkinkan untuk memulihkan komunikasi yang telah retak”
Setahun sebelumnya, tepatnya pada Valentine Day, Februari 14, 2014 Paus Fransiskus berpesan kepada para pasangan yang bertunangan “Jangan biarkan sehari berlalu tanpa pengampunan, tanpa mengembalikan damai dalam rumah… Adalah norma suami isteri berselisih… Mungkin anda marah, mungkin piring menjadi terbang, tetapi ingatlah ini: jangan pernah membiarkan matahari terbenam tanpa berdamai. Jangan pernah, jangan pernah, jangan pernah! Ini adalah rahasia untuk memelihara cinta dan berdamai. Karena jika Anda membiarkan hari berlalu tanpa damai, maka hari berikutnya yang ada dalam dirimu adalah dingin dan kaku, dan akan lebih sulit untuk menciptakan perdamaian”
Usai pemaparan oleh Narasumber acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan ditutup dengan melemparkan polling, foto bersama dan doa penutup serta berkat. (smr)
Video Zoominar #9 Rekonsiliasi dalam Keluarga, Belajar dari Bunda Maria La Sallete dapat Anda tonton di sini: