Pemuka Lintas Agama menyampaikan refleksi pada Puncak Peringatan Festival Haul Gus Dur ke-12

Kamis (27/01/2022) – Puncak Peringatan Festival Haul Gus Dur ke-12 berupa Refleksi dan Doa Bersama digelar di Aula Sasana Bhakti Gereja Hati Yesus Yang Maha Kudus Banjarmasin pada pukul 10.15 WITA. Kegiatan yang diikuti secara terbatas oleh sekitar 40 tamu undangan lintas agama tersebut juga dapat diikuti melalui Zoom Meeting dan  disiarkan secara langsung melalui YouTube Pusat Pastoral Keuskupan Banjarmasin.

Acara diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan dilanjutkan dengan sambutan Koordinator Gusduran Banjarmasin, Arif Budiman serta tuan rumah kegiatan, RD. Yohanes Susilohadi selaku Pastor Paroki Gereja Hati Yesus Yang Maha Kudus, Veteran, Banjarmasin. Setelah tampilan pembacaan puisi oleh Nur Ana Milla dan lagu yang dibawakan oleh Reny, Deli dan Haris, Seknas Jaringan Gusdurian, Mukhibullah memberikan refleksi secara virtual melalui Zoom Meeting.

 

Ajakan Meneladani Sikap, Nilai dan Prinsip Gus Dur

Pada kesempatan itu Mukhibullah menyampaikan bahwa rangkaian Haul Gus Dur ke-12 dilaksanakan pada bulan Desember 2021 dan Januari 2022. Sedangkan peringatan di Banjarmasin ini merupakan urutan ke 90-an dari daerah atau masyarakat lain yang telah mengadakan Haul Gus Dur. Banyak masyarakat yang mengadakan Haul Gus Dur karena mereka ingin mendoakan Gus Dur. Mungkin Gus Dur merupakan satu-satunya tokoh yang didoakan oleh masyarakat dari beragam suku, agama dan budaya. Gus Dur bukan hanya tokoh yang dimiliki oleh orang Muslim saja, namun Gus Dur merupakan tokoh yang menjadi milik bangsa Indonesia.

Selain mendoakan Gus Dur, melalui peringatan tersebut, masyarakat ingin meneladani sikap dan nilai-nilai yang dimiliki serta diajarkan oleh Gus Dur, terutama nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai tersebut menjadi prinsip yang menggerakkan aktivitas sehari-hari para penggerak Gusdurian dimanapun mereka berada. Prinsip kemanusiaan ini telah diwujudnyatakan tahun lalu (2021) ketika hampir seluruh daerah di Kalimantan Selatan tergenang banjir. Para penggerak Gusdurian dengan dibantu Keuskupan Banjarmasin bahu membahu dan bekerjasama mengulurkan bantuan bagi saudara-saudara yang terdampak banjir tanpa memandang suku, agama dan budaya.

Baca Juga:  Panggilan dan Perutusan

Menutup refleksinya Mukhibullah berharap agar relasi dan kerjasama yang baik ini terus terjaga dengan saling silaturahmi, mengenal dan melakukan kebaikan secara bersama-sama. Kepada penggerak Gusdurian Banjarmasin, Mukhibullah juga berpesan agar terus terjadi kerja-kerja kemanusiaan dan kerja-kerja lainnya sehingga kita bisa mengimplementasikan 9 (Katauhidan, Kemanusiaan, Keadilan, Kesetaraan, Pembebasan, Kesederhanaan, Persaudaraan, Keksatriaan, Kearifan Tradisi) nilai-nilai utama Gus Dur.

Penyerahan Piagam Jaringan Lintas Agama

Menciptakan Masyarakat yang Semakin Bebas, Bersaudara dan Bersesama

Selanjutnya, refleksi disampaikan oleh Pemuka Islam, Hindu, Budha, Protestan dan Katolik. Refleksi dari Pemuka Katolik disampaikan oleh Uskup Keuskupan Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang. Dalam refleksinya, Bapak Uskup Petrus Timang mengungkapkan bahwa pengenalannya pada Gus Dur terjadi melalui tulisan-tulisan Gus Dur yang kemudian menjadi rujukan dalam pandangan mengenai keagamaan dan kebangsaan.

Menurut Bapak Uskup, nilai-nilai utama Gus Dur, terutama ketauhidan atau keilahian, kemanusiaan dan kearifan tradisi merupakan satu kesatuan. Dalam pandangan Gereja Katolik sejak awal mula, keilahian atau spirituality dan kemanusiaan tak dapat dipisahkan. Atau dengan kata lain, tak mungkin orang dapat beragama dengan benar tanpa peduli dan berjuang untuk kemanusiaan. Sebaliknya, orang-orang yang peduli dan memperjuangkan kemanusiaan, jika jalannya benar, akan sampai pada keilahilan.

Nilai terakhir Gus Dur, yaitu kearifan tradisi merupakan nilai yang juga dimiliki oleh Gereja Katolik Indonesia. Gereja Katolik Indonesia menyadari telah tumbuh dan berkembang bersama sesama saudara-saudari sebangsa dari berbagai agama, aliran, suku, bahasa dan budaya sebagai satu bangsa dengan paying Pancasila tapi keagamaan kita tidak menghancurkan tradisi nenek moyang kita, namun justru memuliakannya dan menghantarkannya sebagai persembahan kepada yang Ilahi.

Pada bagian terakhir dalam refleksinya Bapak Uskup menyampaikan apresiasi dan dukungannya pada gerakan jaringan Gusdurian. Dengan menghayati nilai-nilai Gus Dur, gerakan ini akan terus berkembang dan makin dapat dinikmati buah-buahnya. Bukan saja saat terjadi bencana banjir, namun juga dalam keseharian sehingga dengan menghayati ketauhidan masing-masing, kita akan menciptakan suatu masyarakat dan bangsa yang semakin bebas, semakin bersaudara dan semakin bersesama.

Baca Juga:  Menimba Semangat Seorang Misionaris Cilik

Setelah Doa Bersama Lintas Iman, acara ditutup dengan penyerahan piagam ke jejaring Lintas Iman dan foto bersama. (smr)