Komuni Pertama Menyiapkan Diri Untuk Menjadi Tabernakel Yang Hidup
Penerimaan komuni pertama merupakan perayaan yang sangat dinantikan oleh setiap anak Katolik, termasuk anak-anak dari Paroki Santo Matius Halong. Di paroki ini misa penerimaan komuni pertama dilaksanakan bertepatan dengan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus di Gereja Stasi Santo Mikael Gunung Riut pada 6 Juni 2021 jam 10.00 WITA. Ini merupakan kali pertama bagi Paroki Halong menyelenggarakan penerimaan komuni pertama sejak paroki ini diresmikan oleh Bapak Uskup Keuskupan Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang, pada 22 November 2020 yang lalu.
Menurut penuturan Pastor Paroki, RP. Jufri Kano, CICM, yang akrab disapa Pastor JK, misa komuni pertama kali ini tidak dilaksanakan di pusat paroki karena daerah Halong pernah dinyatakan sebagai area zona hitam hingga sempat dilakukan lockdown.
Penerimaan komuni pertama kali ini sudah dipersiapkan selama kurang lebih tiga bulan, dengan jumlah peserta sembilan anak. Jarak yang cukup berjauhan menjadi kendala dalam persiapan komuni pertama. Tidak memungkinkan anak-anak dikumpulkan dalam waktu dan tempat yang sama. Namun hal tersebut tidak mematahkan semangat para pengajar untuk mempersiapkan peserta komuni pertama.
Dalam homilinya, Pastor JK berpesan kepada anak-anak penerima komuni pertama agar mampu menjadi tabernakel yang hidup dan bertanggung jawab terhadap imannya. Beliau juga mengatakan bahwa tugas para pengajar sudah selesai, namun tugas orang tua baru saja dimulai. Orang tua harus mampu menjadi teladan bagi anaknya; orang tua bertanggung jawab untuk mendekatkan putra-putrinya kepada Kristus dengan cara setia dan rajin mengikuti Ekaristi.
Salah satu perwakilan dari para orang tua, Alexander, menyampaikan ungkapan terima kasih kepada Pastor JK dan seluruh pihak yang sudah terlibat dalam menyukseskan peneriman komuni pertama ini. Beliau juga berpesan kepada anak-anak agar aktif dalam hidup menggereja.
Steven Erick Situmorang, salah satu penerima komuni pertama menyatakan sangat bahagia dan merasa penuh syukur telah menerima komuni pertama. Kebahagiaan juga dirasakan kedua orangtuanya, Moses Situmorang dan Andri Metia. Mereka sangat bersyukur sang putra bisa menerima komuni pertama di usianya yang beranjak 10 tahun. Mereka berharap agar mereka semakin bertanggung jawab dalam hidup menggereja.
Litani, yang juga merupakan salah seorang penerima komuni pertama merasakan kebahagiaan telah menerima roti kudus. Orang tuanya, Bapak Kehe Wijaya dan Ibu Yusiana pun sangat bangga putrinya telah menerima tubuh dan darah Kristus. Mereka berharap semoga Litani tumbuh menjadi anak yang selalu takut akan Tuhan.
Setelah menerima komuni pertama, anak-anak mendapatkan sertifikat komuni pertama dan juga rosario. Sertifikat menandakan bahwa mereka telah menerima tubuh dan darah Kristus. Dengan pemberian rosario diharapkan agar anak-anak ini lebih rajin lagi untuk berdoa. (Rina Bramm)