Lima Belas Bulan Misa Live Streaming (bagian 2)
Setahun lebih perjalanan pelayanan misa live streaming merupakan sebuah perjalanan yang unik, memerlukan kesungguhan dan komitmen dengan aneka kegembiraan dan tantangan. Selain hal-hal teknis, segala hal yang menyangkut liturgi menyangkut petugas, perlengkapan, teks, pemimpin misa, lagu dan seterusnya membutuhkan pengaturan yang tidak gampang. Berikut sharing Agustinus Suwito selaku penanggung jawab liturgi misa live streaming kepada Ventimiglia.
- AGUSTINUS SUWITO
Bagaimana pengalaman Bapak menangani liturgi pada misa Live Streaming?
Pada awal diadakan misa live streaming, saya diminta menyusun petugas. Langkah pertama, saya mencoba untuk menghubungi para koordinator liturgi di masing-masing paroki di Banjarmasin untuk mengadakan rapat untuk menyusun petugas (lektor, pemandu lagu, organis, dll). Waktu itu ditetapkan bahwa petugas itu bergilir antar paroki. Rupanya tidak gampang menyusun petugas karena beberapa faktor. Antara lain, yang biasa misa pagi adalah para lansia. Sedangkan kebijakan keuskupan, tidak memperkenankan umat dengan usia ini mengikuti misa offline (tatap muka).
Pada awalnya penyusunan teks misa dilakukan sepenuhnya oleh Romo Johan (RD Yohanes Susilohadi) selaku Ketua Bidang Liturgi KEBAN. Saya yang menyiapkan di lapangan berdasarkan teks yang sudah disusun itu seperti: melatih petugas, berkoordinasi dengan koster untuk menyiapkan pakaian dan peralatan liturgi serta berkoordinasi dengan petugas penghias altar.
Ketika gereja sudah dibuka untuk kegiatan peribadatan, misa live streaming dipindah ke kapel Seminari Menengah Santo Petrus Wisma Ventimiglia. Secara liturgi, tempatnya tidak jadi masalah. Namun perubahan jam misa harian dari 06.00 WITA menjadi 05.30 WITA ini menjadi masalah dalam mencari petugas liturgi, terutama dari Paroki Katedral. Kalau misa Hari Minggu masih ada saja yang bersedia bertugas karena dimulai agak lambat, jam 06.30 WITA.
Ketika Romo Johan diangkat menjadi pastor paroki, karena kesibukannya, penyusunan teks misa Hari Minggu diserahkan pada saya. Waktu itu teks misa disusun secara penuh (termasuk Doa Syukur Agung). Ketika terjadi perubahan pengurus bidang Liturgi Keuskupan, maka ada strategi baru, yaitu teks misa tidak harus dibuat penuh. Lebih meringankan, tapi tetap saja saya harus menyiapkan itu untuk persiapan bagi petugas.
Dalam perjalanan, rupanya tim live streaming tidak hanya menangani misa. Beberapa kali saya dilibatkan dalam program-program yang diadakan oleh KWI, dimana setiap keuskupan diminta menyiapkan video. Saya waktu itu dilibatkan dalam pembuatan video Doa Rosario pada bulan Maria dan bulan Rosario serta Katekese Keluarga.
Apa saja yang dapat Bapak syukuri dalam menangani liturgi?
Saya bersyukur melalui koordinasi para petugas liturgi misa live streaming, kami, para koordinator liturgi paroki, memiliki rasa kebersamaan dan keakraban dalam mempersiapkan liturgi misa. Setiap awal bulan saya meminta nama petugas kepada masing-masing koordinator sesuai dengan jadwalnya. Saya bersyukur ketika nama-nama petugas yang ditunjuk dapat diberikan dengan cepat dan lengkap. Namun ada juga para coordinator liturgi paroki yang kesulitan mendapatkan nama petugas, sehingga beberapa kali tidak ada petugas dari paroki dalam misa live streaming. Puji Tuhan, ada backup dari umat yang hadir kapel Seminari (anggota Komisi Komsos yang mengawal teknis dan liturgi saat misa live streaming-red).
Saya juga bersyukur bahwa ketika ada paroki yang berhalangan bertugas, paroki lain bisa menggantikan. Seperti pada masa lockdown paroki yang ke-2 belum lama ini, ketika petugas dari Paroki Veteran tidak berani bertugas karena beberapa umat Paroki Veteran terpapar Covid 19, maka petugas liturgi diambil alih oleh Paroki Katedral dan Kelayan.
Apa harapan Bapak terkait kegiatan Live Streaming Keuskupan Banjarmasin?
Harapn saya, kegiatan live streaming tetap harus diselenggarakan karena memang Covid-19 ini belum berakhir. Bagaimanapun juga misa live streaming tetap diperlukan umat yang karena usia, kondisi kesehatan, pekerjaan tidak dapat datang ke gereja meski gereja sudah dibuka. Apalagi para pengikut misa live streaming ini banyak yang berasal dari luar Keuskupan Banjarmasin. Ada yang dari Muntilan, Malang, Tangerang, Jakarta, Kupang, berbagai daerah lain di Indonesia. Kebanyakan dari mereka mereka mengikuti misa live streaming karena memerlukan “bekal” sebelum melakukan aktivitas.
Bagi saya pribadi, saya bersyukur karena saya diberi kesempatan dan dilibatkan dalam pelayanan ini. Terlebih lagi, dalam melakukan tugas itu saya diberi kesehatan. Sampai-sampai ketika Bapa Uskup mengatakan “wah kerja keras” saya hanya mengatakan “Puji Tuhan, Bapa Uskup. Saya diberi kesehatan sehingga bisa melaksanakan tugas ini dengan baik.”
(StZ)