Live in Pendamping Sekami di Paroki Santo Matius Halong
Hallooo semua perkenalkan nama saya Maria Desiana, saya salah satu perwakilan pendamping Sekami dari Paroki Santa Theresia Pelaihari. Saya ingin menceritakan pengalaman saya setelah mengikuti kegiatan Misi Meratus yang diadakan oleh KKI-KKM Keuskupan Banjarmasin. Inilah pengalaman saya.
Animasi bersama anak-anak Stasi Uren
Dari Paroki Santa Theresia Pelaihari kami mengirim tiga orang perserta, yang terdiri dari Diakon Klemens Bhajo, CICM, Gerarda Anastasya Bisa dan saya sendiri Maria Desiana. Kami berangkat dari Pelaihari jam 08.00 WITA langsung menuju ke Paroki Santo Matius Halong. Karena kami membawa mobil pribadi jadi kami tidak bergabung ke titik kumpul yang berada di Paroki Banjarbaru.
Sesampainya di pusat Paroki Santo Matius Halong kami langsung menuju Stasi Uren yang merupakan rumah pastoran dari Paroki Halong. Karena masih menunggu teman-teman yang berada dalam perjalanan, jadi kami beristirahat sejenak di pastoran. Perjalanan menuju Stasi Uren tidaklah mudah, jarak dari pusat Paroki kurang lebih 30 menit menggunakan kendaraan bermotor dan jalannyapun jarang ada yang mulus. Sesampainya di Uren, kami memarkirkan mobil di halaman puskesmas karena jalan untuk memasuki ke wilayah pastoran itu sedang diaspal, jadi mobil tidak bisa masuk. Kami berjalan kaki dari puskemas ke pastoran sekitar 15 menit dan medan yang dihadapi pun harus naik turun.
Sesampainya di pastoran kami langsung disambut oleh Romo Jufri Kano, CICM dan Diakon Benny Fransiskus, CICM. Selanjutnya kami mengobrol santai dan beristirahat sebentar di pastoran. Sekitar jam 19.00 WITA teman-teman yang menyusul dari Banjarbaru sudah hampir sampai ke pusat Paroki di Halong. Jadi kami bersiap-siap berangkat kembali untuk berkumpul di titik kumpul yang berada di Stasi Gunung Riut. Perjalanan kesana memakan waktu sekitar 45 menit dari stasi Uren.
Sesampainya di Stasi Gunung Riut semua pendamping dari perwakilan tiap Paroki berkumpul dan beristirahat sejenak. Selanjutnya kami dibagi per wilayah yang akan kami tinggali untuk beberapa hari kedepan. Kami dibagi menjadi tiga wilayah bagian, Stasi Gunung Riut bergabung dengan Kampung Liu, Stasi Uren dan pusat Paroki di Halong. Saya mendapatkan live in di Stasi Uren, jadi saya harus kembali lagi ke tempat yang saya kunjungi sebelum ke titik kumpul.
Setelah pembagian wilayah kelompok kami langsung beranjak ke mobil kami masing-masing untuk diantarkan ke wilayah yang sudah dibagikan. Sampai kembali di Stasi Uren sekitar jam 23.30 WITA. Karena umat yang rumahnya ingin kami tinggali sudah kembali pulang karena terlalu larut malam jadi kami yang tergabung di wilayah Stasi Uren tinggal di Pastoran saja.
Setelah di pastoran, kami membongkar perlengakapan yang kami bawa, membersihan diri, ada yang mengobrol santai dengan sesama teman pendamping, ada yang bersama Romo Jufri Kano, CICM, ada juga yang bersama Diakon Benny Fransiskus, CICM. Tidak lama mengobrol, kami ke kamar masing-masing untuk tidur. Karena jumlah perempuannya lebih banyak, jadi kami yang perempuan tidur menjadi satu berjejeran di ruang tamu, sedangkan para lelakinya tidur di kamar. Walaupun di ruang tamu kami tetap disediakan kasur, selimut dan bantal jadi tidur kamipun tetap nyenyak.
Keesokan paginya, kami bangun sekitar jam 06.00 – 07.00 WITA. Kami melakukan aktivitas seperti biasa yang kami lakukan di rumah, ada yang memasak, ada yang mencuci piring, ada yang menyapu lantai dan ada juga yang membereskan tempat tidur. Semua itu dilakukan dengan kemauan sendiri tanpa adanya suruhan dari siapapun. Jadi kami dengan sendirinya membagi diri untuk melakukan aktivitas rumah. Lalu setelah beraktivitas ada beberapa orang dari kami berjalan-jalan di sekitar pastoran untuk melihat-lihat keadaan dan menyapa warga yang ada disana. Setelah itu kami makan pagi bersama dilanjutkan persiapan kegiatan.
Jam 10.00 WITA kami pergi ke kapel untuk menganimasi anak-anak di Stasi Uren. Anak-anak yang berada di sana memang tidak banyak, jadi yang datang untuk mau bermain bersama kami ada lima anak, terdiri dari Stevan, Novia, Vivi, Ferdy dan Okto. Awalnya memang mereka masih malu-malu tetapi karena mereka kami ajak kenalan, menyanyi bersama, main tebak nama mereka langsung menjadi antusias mengikuti kegiatan bersama kami.
Selain bermain bersama, kami juga memberikan materi tentang Kitab Suci yang diambil dari Injil Markus 12:41-44 tentang perumpamaan pemberian dari seorang janda yang miskin. Kami mengisahkan bagaimana kita memberikan sesuatu kepunyaan kita walaupun itu dari kekurangan kita dengan bahasa dan cerita yang mereka mengerti. Selanjutnya ada kuis dari berkaitan dengan Kitab Suci yang sudah kami jelaskan dan mereka menjawab semua pertanyaan dengan antusias.
Animasi dengan anak-anak ini ditutup dengan lagu-lagu, doa penutup dan foto bersama. Selanjutnya, kami para pendamping diajak makan siang bersama di rumah salah satu umat yang ada di Stasi Uren. Mereka sangat senang dengan kedatangan kami dan sengaja membuatkan kami makanan untuk bisa dimakan bersama di rumahnya.
Usai makan siang, kami, pendamping sekami yang tersebar di beberapa wilayah bersiap untuk perjalanan ke Kampung Rapit. Perjalanan awal mengunakan mobil sekitar 10 menit, selanjutnya jalan kaki naik turun bukit sekitar 20 – 30 menit. Perjalanan memang sangat melelahkan tetapi sepanjang jalan kita disunguhi pemandangan sungai dan pengunungan yang sangat indah membuat rasa lelah menjadi sedikit berkurang.
Misa bersama umat di kampung Rapit
Sesampainya di Kampung Rapit kami langsung persiapan untuk misa bersama dengan beberapa warga kampung Rapit. Tidak semua warga mengikuti Misa walaupun mereka beragama Katolik, karena mereka masih belum biasa dengan perayaan Ekaristi dan belum biasa apabila banyak orang dari luar yang berkunjung ke kampung itu. Misa pun berjalan sangat khidmat walaupun dengan tempat yang seadanya.
Setelah Misa, beberapa dari kami ada yang mengobrol dengan warga sekitar sambil makan buah kelapa yang dipetik di sekitar tempat itu. Ada juga yang langsung berenang di sungai di belakang bangunan Gereja karena air sungainya sangat jernih. Kemudian kami bergegas untuk pulang, sebelum kemalaman karena di sepanjang perjalanan tidak ada lampu penerangan.
Keesokan harinya kami bangun sekitar jam 05.00 WITA dan membereskan barang-barang kami untuk persiapan Misa penutup bersama umat Paroki Santo Matius Halong di Stasi Gunung Riut. Misa yang dimulai sekitar pukul 09.00 WITA tersebut berjalan dengan khidmat sampai jam 11.00 WITA. Setelah makan siang, berfoto bersama dan berpamitan dengan warga sekitar, kami pun kembali ke Pelaihari.
Misa Penutup di gereja stasi Gunung Riut
Ini merupakan salah satu pengalaman terbaik buat saya, walapun saya sudah pernah jalan-jalan ke Stasi Uren tetapi tidak semuanya bisa saya kunjungi. Pada kegiatan ini saya banyak mendapatkan pengalaman baru. Mengenal tempat-tempat yang belum pernah saya kunjungi, mengenal warga sekitar, mengenal kebiasaan warga lokal dan saling bertukar pikiran dan kerjasama antar sesama pendamping. Itulah yang membuat kegiatan ini menjadi sangat berkesan bagi saya. Semoga untuk teman-teman yang tahun ini belum mempunyai kesempatan mengikuti kegiatan ini, di tahun-tahun berikutnya bisa mengikuti dan merasakan kegiatan live in pada kesempatan berikutnya.