Hari Raya Bunda Maria Diangkat ke Surga Hut ke-45

Paroki Bunda Maria Banjarbaru (15-8-1976-2021)

oleh: RP. Ambrosius, MSF (Pastor Paroki Bunda Maria, Banjarbaru)

Gereja Bunda Maria Banjarbaru

Hari ini bersama seluruh Gereja, seluruh umat beriman Kristiani merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria diangkat ke Surga. Bagi umat paroki Bunda Maria Banjarbaru, hari ini menjadi istimewa karena sekaligus merupakan perayaan Ulang Tahun Paroki. Tahun 2021 ini, Paroki Bunda Maria Banjarbaru berusia 45 tahun. Maka patutlah kita bersyukur kepada Tuhan atas penyertaan-Nya bagi paroki dalam peziarahannya selama 45 tahun. Menurut catatan yang ada dalam buku kenangan 25 tahun Paroki Bunda Maria, di sana dikatakan bahwa pada tanggal 15 Agustus 1976, Rumah Ibadah, yaitu Gedung Gereja Katolik di Banjarbaru diberkati dan diberi nama Gereja Bunda Maria Banjarbaru. Gedung yang dimaksud adalah Gedung Gereja yang pertama, yang sekarang masih berdiri kokoh di samping Gereja ini, yang berubah fungsi sebagai aula dan beberapa ruang kegiatan paroki.

Paroki ini diberi pelindung Bunda Maria dengan harapan bahwa sebagaimana ibu pada umumnya, Bunda Maria akan tetap peduli dengan semua anaknya, dan pasti akan mengantarkan doa-doa dan permohonan anak-anaknya kepada Tuhan. Data paroki tahun 2021 menunjukkan bahwa jumlah umat Katolik paroki Bunda Maria Banjarbaru sebanyak 553 Kepala Keluarga dengan jumlah jiwa sebanyak 1.908.  Dengan jumlah umat yang hampir menyentuh angka 2000-ini, paroki ini memberikan harapan bagi Gereja, khususnya bagi keuskupan Banjarmasin dan masyarakat di kota Banjarbaru dan Kalimantan Selatan pada umumnya.

Pertanyaannya adalah apa yang dapat diharapkan dari putera-puteri Bunda Maria di paroki Banjarbaru yang hari ini merayakan Ulang tahun ke-45 ini? Sebagai anak-anak  Bunda Maria, mari kita belajar pada semangat hidup Bunda Maria sebagai_mana kita dengar dalam bacaan Injil hari ini.

  1. Bergegas dan pergi menolong, tanpa menunggu diminta.
Baca Juga:  Visitasi Bapak Uskup ke Paroki Santo Yohanes Pemandi Landasan Ulin

Maria yang baru saja menyatakan kesanggupannya untuk menjadi Ibu Tuhan, “bergegas” ke pegunungan menuju ke sebuah kota di Yehuda untuk menjumpai Elisabeth saudarinya yang sedang mengandung dan akan melahirkan. Maria tak perlu menunggu diminta bantuan. Sebaliknya, atas kemauan dan inisiatif sendiri, Maria meninggalkan rumahnya di Nazareth di Galilea dan berkunjung ke Yudea, menempuh perjalanan yang tentunya diwarnai kesulitan tentunya.

Sebagai umat di paroki yang bernaung di bawah perlindungan Bunda Maria, kiranya semangat dan sikap hidup Bunda Maria ini, patut menjadi semangat hidup warga paroki Bunda Maria: siap sedia untuk memberikan perhatian dan pertolongan kepada saudara-saudari yang tengah membutuhkan pertolongan kita. Terlebih pada masa pandemic Covid ini, kendati gerak sosial kita dibatasi, namun tidak berarti bahwa kita menjadi apatis dan tidak peduli dengan orang lain. Kita dituntut dan diutus untuk “segera bergegas” mengunjungi mereka yang saat ini sedang menjalani karantina mandiri bahkan yang menjalani isolasi mandiri agar mereka juga mengalami sukacita seperti yang dialami oleh Elisabeth. Kunjungan yang kita lakukan harus juga tetap mematuhi protokol kesehatan karena kita sadar bahwa kesehatan, kegembiraan dan harapan kita juga kesehatan, kegembiraan dan harapan semua orang pada umumnya.

 

  1. Hadir sebagai berkat

Kehadiran Maria di rumah Elisabeth saudarinya dirasakan oleh Elisabeth sebagai berkat. Elisabeth berseru kegirangan, Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai ke telingaku, anak yang ada dalam rahimku melonjak kegirangan. Ketika merayakan 45 tahun usia paroki pada tahun ini, kita, sebagai anak-anak Bunda Maria diajak untuk mewujudkan visi misi Keuskupan Banjarmasin untuk berziarah menuju Gereja yang kontekstual, berdialog, inklusif dan transformatif untuk memancarkan Kasih Allah di kota Banjarbaru dan sekitarnya.

Kita sebagai anak-anak Bunda Maria harus bergerak keluar dari zona nyaman kita masing-masing untuk hidup bersama dengan orang lain, membawa dan menjadi berkat bagi sesama, Nusa dan Bangsa. Untuk dapat bergerak keluar dan jadi berkat, kita harus menanggalkan egoisme pribadi, belajar menjadi pribadi yang rendah hati serta rela untuk melayani tanpa pamrih seperti teladan Bunda Maria. Dalam permenungan dan refleksi bersama, kami bertanya : Mengapa tanggapan orang muda untuk hidup secara khusus sebagai biarawan/wati sangat kurang? Pertanyaan ini menjadi keprihatinan dan refleksi kita bersama sebagai anak-anak Bunda Maria dalam menyambut 50 tahun paroki ini pada tahun 2026 yang akan datang.

Baca Juga:  RP. Ruben Basenti Moruk, OFM: Membagi “Hosti” dari Irisan Buah Pisang

 

  1. Ziarah di bumi untuk mahkota di surga

Hari Raya Santa Perawan Maria diangkat ke Surga yang kita rayakan hari ini, mengingatkan kita bahwa Bunda Maria sesudah kematiannya di dunia ini, segera diangkat ke surge, ke tempat yang tinggi, ke tempat yang disediakan Allah bagi orang yang berkenan kepada-Nya. Bunda Maria adalah wanita yang sederhana namun mampu menangkap, melihat rencana dan perbuatan besar yang dilakukan Allah dalam hidupnya, kendati untuk itu, ia harus menanggung banyak kesukaran, penderitaan dan kedukaan.

Bunda Maria telah mengajarkan kita apa yang bernilai tinggi bahkan bersifat abadi yang harus kita cari dan perjuangkan selama perziarahan hidup kita di bumi ini, agar kelak boleh mendapatkan mahkota kebahagiaan di surga. Bergegas, berjumpa, berdialog, mengulurkan tangan dan  menolong, hadir dan menjadi berkat, itulah perbuatan-perbuatan baik yang Tuhan kehendaki, dan Maria sudah melaksanakannya.

Sebagai umat Kristiani pada umumnya dan anak-anak Bunda Maria pada khususnya perlu kita sadari bahwa Menjadi baik bukan keturunan dari orang baik, atau tanggal lahirnya baik lantas orang tumbuh dan berkembang dalam hidupnya menjadi orang baik. Bukan. Orang menjadi baik karena perbuatannya sendiri. Maka jangan pernah menyepelehkan perbuatan baik, walau sekecil apa pun! Perbuatan baik akan selalu berguna bagi diri sendiri dan bagi orang lain.

Perayaan Ulang tahun paroki Bunda Maria Banjarbaru yang ke-45 pada tahun ini, sekaligus juga menjadi perayaan pertama dari rangkaian perayaan Tahun Jubileum MSF Provinsi Kalimantan selama satu tahun ke depan. Kami mengajak umat paroki Banjarbaru, sebagai putera – puteri Bunda Maria untuk berziarah bersama Mengobarkan kembali api missioner. Jadilah keluarga-keluarga katolik yang berjiwa misioner seperti Bunda Maria yang percaya akan bimbingan Roh Kudus, bergegas, mengunjungi, mengulurkan tangan dan menolong, membuat kehadiran kita, menjadi berkat: kehadiran yang membahagiakan melalui perbuatan-perbuatan baik kita. Selamat Ulang Tahun ke-45 paroki Bunda Maria Banjarbaru.

Baca Juga:  Peresmian Pastoran (Rumah Misi) Stasi Rungun

Banjarbaru, 15 Agustus 2021