Merefleksikan Iman dalam Sebuah Bangunan Gereja
Redaksi Menyapa oleh RD. Ignatius Allparis Freeanggono
Pada edisi kali ini majalah Ventimiglia menyajikan secara khusus berita-berita seputar gereja Santa Anastasia Muara Napu mulai dari perjuangan para misionaris membawa Kabar Baik ke Muara Napu hingga gereja tersebut diresmikan pada 20 Februari 2022 lalu.
Pada dasarnya berkembangnya umat Santa Anastasia Muara Napu sudah jadi berkat bagi Gereja. Namun, berkat itu terasa makin berlimpah dengan adanya pembangunan gereja. Pembangunan gereja merupakan sebuah simbol yang nampak atau merupakan perwujudan dari sesuatu yang tidak nampak. Iman dalam diri umat muncul atau nampak dalam sebuah bangunan fisik.
Pembangunan gereja Santa Anastasi Muara Napu merupakan suatu berkat yang tidak pernah disangka dan dinyana oleh manusia! Kita percaya, Tuhan telah mengatur segalanya dengan rapi, baik dan tepat pada waktunya. Mari kita refleksikan.
Pertama, Muara Napu merupakan salah satu titik perhatian dari Tim Pemberdayaan Dayak Meratus (PDM) Keuskupan Banjarmasin. Ketika saya (saat itu menjadi ketua Tim PDM-Red) bersama Tim PDM berkunjung ke Muara Napu, kami melihat bangunan gereja Muara Napu yang lama terbuat dari papan, tanpa plafon dan atapnya relatif pendek. Saat itu muncul gagasan untuk memperbaiki bangunan gereja. Gagasan itu berkembang untuk membangun gereja baru di atas lahan yang luas yang dimiliki gereja. Namun ketika Tim Pembangunan PDM mengunjungi lokasi tersebut, ternyata lahan tersebut letaknya kurang strategis karena agak masuk ke dalam dan bukan di pinggir jalan utama. Maka rencana mendirikan gereja di tempat tersebut pun dibatalkan.
Kedua, Tidak lama setelah pembatalan rencana pembangun gereja, ada umat Muara Napu yang murah hati menghibahkan tanah untuk didirikan gereja. Ternyata letaknya sangat strategis untuk mendirikan bangunan gereja di tempat itu. Namun masalah timbul ketika akan membangun gereja. Saat itu modal awal pembangunan gereja hanya tanah hibah saja. Umat pun bergotong royong mencari batu, pasir, membuat batako. Kemudian dalam perjalanan waktu, ada sumbangan dari beberapa donator.
Ketiga, Saat proses pembangunan itu, Romo Budi Wihandono atau Romo Wihong yang merupakan imam Diosesan Keuskupan Agung Semarang minta ditugaskan di Mandam, Paroki Batulicin, Keuskupan Banjarmasin. Dan Muara Napu merupakan bagian dari wilayah pelayanan Mandam. Romo Wihong ini memiliki banyak umat di Jawa dan banyak video-video tentang Romo Wihong yang viral di media sosial.
Suatu ketika Romo Wihong akan memimpin misa di gereja Napu yang lama, Beliau menemukan bahwa ada ayam bertelur dalam gereja. Memang kita bisa merefleksikan, berapa lama gereja tidak digunakan kok sampai ada ayam bertelur di belakang altar. Tapi Romo Wihong justru merefleksikan kejadian itu secara positif, yaitu betapa indahnya Rumah Tuhan. Ayam saja kerasan tinggal di gereja bahkan sampai bertelur. Kejadian itu pun direkam oleh Romo Wihong dalam video dan diunggah di Facebooknya.
Keempat, Video yang dibuat Romo Wihong itu kemudian ditangkap dengan baik oleh Pak Hariyadi (sesawi.net) dan dipublikasikan kepada banyak umat di luar Keuskupan Banjarmasin hingga gereja Muara Napu ini dikenal sebagai gereja ayam. Tim PDM mengambil kesempatan itu dengan mempublikasikan video rencana pembangunan gereja. Rupanya media sosial memiliki kekuatan yang signifikan. Donasi dari para donatur yang murah hati untuk pembangunan gereja Muara Napu pun mengalir.
Sebelumnya ada pemikiran agar sebagian dana dari para donatur itu digunakan untuk membangun gereja-gereja yang berada titik pelayanan PDM lainnya karena di tempat-tempat lain juga memerlukan dana untuk membangun gereja. Namun kemudian diurungkan dan diputuskan untuk tetap mengarahkan dana tersebut bagi pembangunan gereja Napu karena umat Napu telah berusaha mendirikan gereja dengan memberikan tanah dan bergotong royong membangun gereja.
Saya yakin jika Tuhan menghendaki, titik pelayanan PDM lainnya (Kaar-Paroki Gendang, Rapit-Paroki Halong, Niwak-Paroki Banjarbaru) juga akan mendapatkan bantuan untuk membangun gereja melalui para donatur yang murah hati.
Terima kasih dan profisiat atas segala kerjasama umat Napu dan Pastor-Pastor di wlayah pelayanan Mandam: Romo Wihong, Romo Yunus dan Romo Jojo. Terima kasih juga kepada para suster ALMA dan volunteer PDM yang berada di Muara Napu serta Tim Pembangunan PDM. Semoga Gereja Napu menjadi berkat untuk perkembangan Gereja Katolik di Kalimantan Selatan.