RD. Yohanes Tjuandi Di Mata Adiknya (Maria Ocktaviani)

Tuhan memang sudah mempunyai rencana untuk hidup Johan. Pada awalnya, orang tua tidak merelakan Johan untuk menjadi pastor, tetapi menginginkannya agar hidup berkeluarga. Ketika jenjang SMP, Johan berkata kepada mama begini: ”Aku melihat seseorang dengan jubah putih, dikelilingi oleh anak-anak”. Begitulah permulaan panggilan Johan sebagai seorang Pastor. Awalnya, mimpi itu hanya dianggap sekali lewat saja. Namun, ternyata itu merupakan panggilan kecil dari Tuhan untuk Johan, apalagi Tuhan telah menyembuhkannya dari penyakit asma.

Panggilan sebagai seorang pastor terus berlanjut. Selepas dari SMA, Johan ingin masuk ke Seminari Wacana Bakti. Namun, keinginan itu tidak berlanjut kendati diterima karena ia masih ingin menikmati masa mudanya dengan bebas. Karena itulah, Johan akhirnya terlambat untuk masuk kuliah. Setelah satu tahun menganggur, orang tua meminta Johan untuk kuliah di Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta. Jurusan pertama yang dipilih adalah Psikologi, tetapi ia justru diterima pada pilihan jurusan kedua, yakni FKIP Teologi.

Selama menjalani masa perkuliahan, ternyata Johan sering mengikuti kegiatan ”Live In” panggilan, seperti ke Biara Don Bosco, Pratista dan tempat-tempat lain tanpa sepengetahuan dari orang tua. Setelah direnungkan pastinya ini sudah jalan dan kehendak Tuhan. Johan selalu mengingatkan seperti ini kepada mama, ”Kata mama kan kalau mau menikah ya segera menikah, kalau mau menjadi pastor ya silahkan memberi yang terbaik untuk Tuhan. Inilah yang pilihan terbaikku untuk Tuhan: menjadi pastor.”

Maria Ocktaviani (depan) bersama RD. Yohanes Tjuandi dan orangtuanya

Johan merupakan sosok yang sangat menyayangi dan peduli pada keluarga. Kami sering menghabiskan waktu bersama, seperti pergi ke gereja bersama setiap Minggu mengikuti Ekaristi dan pergi berlibur bersama ke luar kota. Karakter Johan di mata orang tua adalah anak yang penurut, selalu mendengarkan nasihat dan perkataan orang tua, serta bisa menenangkan orang tua.

Baca Juga:  Jadilah Injil yang Hidup

Sosoknya sebagai seorang kakak adalah kakak yang penuh perhatian pada adiknya. Ketika berada jauh dari keluarga, seperti di Batulicin tahun 2017 dan Malang pada 2018-2020, yang paling sering dilakukan adalah bertanya kabar keluarga di rumah melalui telepon atau video call. Satu hal yang tidak bisa kami dengarkan lagi adalah dengkuran atau kebiasaan mengorok saat tidur malam.

Proficiat! Sekarang sudah resmi menjadi Pastor Yohanes Tjuandi, Pr. Semoga Pastor Yohanes Tjuandi tetap kuat dan semakin kuat dalam menjalankan panggilan hidup perutusan sebagai seorang pelayan Tuhan yang murah hati dan setia sampai akhir hayat. Masa depanmu dan umatmu ada di tanganmu. Tuhan sudah memberikan tanggung jawab kepadamu untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Mimpi itu akhirnya menjadi kenyataan. Proficiat!