Pembinaan Iman Tanpa Garis Akhir
Peristiwa pembaptisan, penerimaan komuni pertama, penerimaan sakramen penguatan selama ini seakan-akan menjadi garis akhir suatu tujuan pembinaan yang ingin dicapai. Artinya, ketika orangtua akan membaptiskan anaknya, maka Rekoleksi orangtua calon baptis selama beberapa jam sudah cukup membekali orangtua dalam mendidik iman anak-anaknya. Ketika seorang anak telah menerima komuni pertama, maka, pengajaran mengenai iman Katolik yang dilakukan selama beberapa bulan sudah dianggap cukup untuk membekali anak bertumbuh dalam iman Katolik. Demikian juga ketika seseorang menerima sakramen penguatan, pelajaran yang diperoleh sebelum menerima sakramen penguatan dianggap cukup untuk membekali seseorang menjadi orang Katolik yang dewasa. Benarkah demikian? Benarkah pembinaan iman memiliki garis akhir selagi kita masih hidup?
Pembinaan iman untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan perwujudan iman umat Allah dalam hidup menggereja dan bermasyarakat (Misi Keuskupan Banjarmasin) merupakan langkah ke arah tujuan yang akan dicapai. Langkah ini harus dilakukan terus menerus meski terkadang harus menapak dalam langkah-langkah yang kecil. Sebab ketika kita berhenti, tujuan atau visi yang ingin diraih itu tidak bisa tergapai.
Pembinaan iman, disadari ataupun tidak, sebenarnya merupakan kebutuhan setiap orang beriman, dari anak-anak hingga lansia, tanpa kecuali. Melalui kegiatan pembinaan iman itulah umat dari hari ke hari dihantar menuju kedewasaan sebagai orang Katolik dengan meneladani Kristus dalam kehidupan sehari-hari.
Pembinaan penerima Sakramen Baptis
Sesungguhnya keluarga merupakan tempat pertama dan utama berlangsungnya proses pembinaan iman, khususnya bagi anak-anak. Namun banyak anak-anak yang tidak beruntung karena kekurangan dukungan religius dari orangtua. Sementara itu orangtuanya sendiri belum memiliki “bekal” yang cukup untuk mendidik anak-anaknya dalam iman Katolik sebagaimana yang telah diucapkan saat mereka menikah.
Ketika situasi di atas terjadi, bagaimana Gereja akan menangani? Paroki-paroki di Keuskupan Banjarmasin antara lain Paroki Ave Maria Tanjung, Paroki Santo Vincentius a Paulo Batulicin, Paroki Katedral Keluarga Kudus Banjarmasin mempersyaratkan orangtua calon baptis bayi untuk mengikuti Rekoleksi yang diberikan oleh pastor paroki sebelum membaptiskan anaknya. Mekanisme mendaftar melalui ketua komunitas/stasi ditempuh ketiga paroki tersebut.
Persyaratan mengikuti Rekoleksi juga ditetapkan oleh Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda (YTTN), Banjarmasin sebelum Pandemi. Ketika ada himbauan pembatasan pertemuan fisik akibat Pandemi, Rekoleksi tersebut dihilangkan. Namun pembinaan atau katekese bagi orangtua dan wali baptis disampaikan oleh Pastor Paroki dalam homili pada upacara pembaptisan yang biasanya diadakan setiap Minggu kelima.
Untuk calon baptis dewasa, prosedur pendaftaran juga dilakukan melalui ketua komunitas/stasi. Setelah itu dilakukan wawancara oleh Pastor Paroki untuk mengetahui sejauh mana motivasi yang bersangkutan ingin masuk Gereja Katolik. Paroki Ave Maria Tanjung memberikan pelajaran seminggu sekali mengenai kekatolikan kepada calon baptis dewasa secara online dan sesekali secara offline. Jumlah pertemuan menyesuaikan kebutuhan calon baptis. Selama perayaan Paskah tahun 2021 ini, baptisan di Paroki Tanjung terjadi beberapa kali, yaitu 2 anak dibaptis di Dambung stasi Rungun saat Hari Raya Paskah. Pada Minggu kedua Paskah, 7 anak dibaptis di pusat Paroki Tanjung dan 8 anak dibaptis di Warukin. Minggu berikutnya, peristiwa baptisan terjadi di pusat paroki terhadap 8 orang dewasa.
Mekanisme pendaftaran melalui Ketua Komunitas dan pelajaran secara online dan ofline ini juga ditempuh oleh Paroki Katedral Keluarga Kudus Banjarmasin. Sedangkan di Paroki Santa Perawan Maria YTTN, selama masa Pandemi, katekumen dewasa maupun yang akan masuk dalam Gereja Katolik dipersiapkan secara pribadi oleh katekis. Setelah dirasa cukup persiapannya, calon tersebut akan dibawa berdialog dan wawancara dengan Pastor Paroki. Jika sudah siap, maka dia akan dibaptis atau diterima dalam Gereja Katolik.
Paroki Santo Vincentius a Paulo Batulicin menetapkan pelajaran menjelang penerimaan sakramen baptis dewasa dilakukan selam 40 kali. Selama masa pembinaan itu, para calon baptis dikenalkan dan diarahkan untuk terlibat dalam kehidupan berkomunitas dan menggereja.
Baptisan bayi di Sebamban
Pembinaan Calon Penerima Komuni Pertama
Anak-anak yang menerima komuni pertama di Paroki Ave Maria Tanjung pada tahun 2021 ini berjumlah 18 anak. Tiga bulan sebelumnya mereka telah disiapkan dan diberikan pelajaran secara offline dengan protokol kesehatan yang ketat. Seminggu sekali, para pengajar mengajar calon penerima komuni pertama dengan menggunakan Buku Panduan Persiapan Komuni dan beberapa pelajaran tambahan di luar buku panduan tersebut.
Upaya yang dilakukan Paroki Tanjung untuk melakukan pembinaan pada anak-anak yang telah menerima komuni pertama adalah dengan mengundang mereka dalam pertemuan Putra Putri Altar pada minggu berikutnya. Selain itu seminggu setelah penerimaan komuni pertama, para orangtua yang anak-anaknya menerima komuni pertama dikumpulkan untuk diberikan pembinaan. Dalam pembinaan itu, para orangtua diminta mendorong anaknya mengikuti misa serta mengantar untuk mengikuti pertemuan misdinar. “Sejauh ini orangtua dan anak-anak tetap setia mengikuti misa di gereja,” kata Romo Jono, MSC, pastor paroki Ave Maria Tanjung.
Hal yang sama dilakukan oleh Paroki Santo Vincentius a Paulo Batulicin yang tahun ini menerimakan komuni pertama pada 21 anak yang telah disiapkan sejak akhir Februari 2021. Usai menerima komuni pertama, anak-anak ini diwajbkan menjadi misdinar dan mengikuti pertemuan misdinar setiap Kamis sore. Untuk memastikan agar anak-anak tetap mengikuti misa setiap Minggu, mereka disediakan bangku khusus di bagian kanan gereja sehingga ketika ada yang tidak datang misa akan kelihatan.
Di Paroki Katedral Keluarga Kudus Banjarmasin, penerimaan komuni pertama diberikan pada 31 anak (26 anak dari pusat Paroki Katedral, 4 anak dari Stasi St.Yoseph PBB, 1 anak dari Stasi Santo Martinus Marabahan) sebagai rangkaian perayaan menyongsong 90 Tahun Paroki. Sejak akhir Februari 2021, mereka telah dipersiapkan secara online oleh Tim Pendamping dan Bidang Pewartaan. Sebelum menerima komuni pertama, dilakukan wawancara oleh Pastor Paroki, anak-anak calon penerima komuni pertama diwajibkan menerima Sakramen Tobat dan bersama orangtuanya, mereka mengikuti Rekoleksi.
Pada saat wawancara sebelum menerima komuni pertama, Pastor Paroki Katedral meminta anak-anak calon penerima komuni pertama untuk setia berdoa dan wajib menjadi anggota misdinar. Harapan yang sama juga disampaikan saat Rekoleksi bersama orangtuanya.
Hambatan dialami oleh Paroki Santa Perawan Maria YTTN ketika mempersiapkan anak-anak calon penerima komuni pertama pada 6 Juni 2021 lalu. Tiga puluh anak yang menerima komuni pertama saat itu seharusnya sudah menerima komuni pertama pada tahun 2020 lalu. Mereka sudah dipersiapkan sejak awal tahun 2020. Tapi karena Pandemi, pembinaan berhenti beberap saat dan kemudian dilanjutkan pembinaan atau pengajaran secara online.
“Walau disadari tidak optimal, tetapi itu cara yang ditempuh dalam situasi darurat. Orangtua dioptimalkan peranannya untuk mendampingi anak-anak mereka yang akan menerima komuni,” ungkap Pastor Albert Jamlean, MSC kepada Ventimiglia. Lebih lanjut Pastor Paroki Santa Perawan Maria YTTN ini menjelaskan bahwa setelah Komuni Pertama, anak-anak diwajibkan untuk menjadi anggota Putra Putri Altar dan anggota Sekami. Program bina lanjut terus dilakukan di sekolah, di rumah maupun di paroki. Untuk itu paroki mengusahakan kerjasama dengan orangtua dan pihak sekolah.
Pastor Albert juga mengungkapkan kesulitannya dalam memastikan dan mengontrol anak-anak setia ikut misa pasca komuni pertama. Sejauh ini yang dilakukan adalah memberikan anjuran kepada orangtua untuk mendorong anak-anaknya ikut misa di gereja atau secara live streaming dari rumah. Dari pihak para pengajar dan katekis juga berusaha mengingatkan anak-anak tersebut untuk setia mengikuti misa.
Pembinaan secara online bagi calon penerima komuni pertama di Paroki Kelayan
Kesinambungan Pembinaan Iman
Selain pembinaan iman di dalam keluarga dan sekolah, Gereja di tingkat paroki memiliki tanggung jawab untuk membina anak-anak dengan memperkuat pondasi iman, menyegarkan dan menguatkan anak-anak dengan sakramen-sakramen. Sebelum menerima komuni pertama, anak-anak diarahkan untuk mengikuti Bina Iman di paroki. Pada saat yang bersamaan, orang tua juga dapat memperdalam iman mereka dengan mengikuti berbagai kegiatan pembinaan iman di paroki, sehingga mereka dapat mengajarkan iman Katolik yang benar kepada anak-anak mereka sejak dini di dalam keluarga.
Langkah yang diambil paroki-paroki untuk pembinaan iman anak pasca komuni pertama, salah satunya adalah mengarahkan atau mewajibkan mereka menjadi anggota Putra Putri Altar (PPA) serta mengikuti pembinaan dalam kelompok tersebut. Langkah ini tentu akan mengundang pertanyaan, pembinaan seperti apa yang ada dalam kelompok PPA? Jika dalam pembinaan dalam PPA itu memberikan pengetahuan seputar liturgi, apakah pengetahuan itu cukup bagi seorang anak untuk mengembangkan imannya? Apakah paroki pernah menggodog materi-materi pembinaan yang disampaikan dalam pertemuan PPA sehingga anak-anak bisa mengetahui, memahami, menghayati dan mewujudkan imannya? Lalu, bagaimana dengan beberapa paroki yang ada di Keuskupan Banjarmasin yang mengambil kebijakan melaksanakan misa harian dan Misa Hari Minggu tanpa PPA?
Suatu strategi perlu dipikirkan paroki untuk melakukan pembinaaan iman Katolik bagi anak-anak dalam kelompok usia yang rentan terhadap dampak negatif perkembangan lingkungan sekitar, selain pembinaan pada kelompok usia lain. Terlebih dalam situasi Pandemi yang seperti sekarang ini. Pengetahuan tentang liturgi memang perlu, namun pendampingnya sendiri perlu dibekali pengetahuan yang mendalam sehingga yang disampaikan bukan sekedar pengetahuan tentang urutan misa, perlengkapan misa, warna liturgi, dan lain-lain. Pendamping juga harus mampu menjelaskan mengapa misa harus diawali dengan tanda salib, apa makna tanda salib, mengapa kita harus membuka doa-doa kita dengan tanda salib dan seterusnya.
Kesinambungan pembinaan dan katekese yang berkualitas menjadi suatu kebutuhan umat Katolik. Paroki dan keuskupan perlu menyusun kerangka pembinaan yang berkesinambungan mulai pembinaan bagi anak-anak usia dini hingga dewasa dan bahkan lansia. Rekoleksi orangtua calon baptis, calon penerima komuni pertama, pelajaram menjelang Komuni Pertama, Penerimaan Sakramen Krisma, Kursus Persiapan Perkawinan, dan lain-lain bukan merupakan garis akhir pembinaan dan kegiatan yang berhenti saat calon penerima sakramen telah menerima sakramen. Tindak lanjut dan pembinaan yang berkesinambungan perlu dilakukan agar umat Katolik Keuskupan Banjarmasin memiliki dasar iman yang kokoh sebagaimana tujuan Arah Dasar keuskupan Banjarmasin periode pertama tahun 2015-2019 lalu. (smr)