Pembukaan Lomba Hari Guru Nasional 2021 di Keuskupan Banjarmasin
Dengan mengangkat tema “Bangkit Guruku, Maju Negeriku, Indonesia Tangguh dan Indonesia Tumbuh,” Majelis Pendidikan Katolik (MPK) Keuskupan Banjarmasin bekerjasama dengan Sekolah-Sekolah Dasar Katolik di Keuskupan Banjarmasin menyelenggarakan Lomba Virtual untuk merayakan Hari Guru Nasional 2021. Lomba virtual tersebut dibuka pada Sabtu (30/10/2021) pukul 10.00 WITA melalui media Zoom Meeting yang diikuti oleh Bapak Uskup Petrus Boddeng Timang, para pengurus Komisi Pendidikan dan MPK Keuskupan Banjarmasin, perwakilan guru dan siswa masing-masing Sekolah Dasar. Rangkaian acara pembukaan tersebut juga disiarkan secara langsung (live streaming) melalui kanal YouTube Pusat Pastoral Keuskupan Banjarmasin.
Jenis dan Kategori Lomba
Yohanes Samina selaku Ketua Panitia Lomba dalam laporannya mengatakan bahwa peringatan Hari Guru dimaksudkan untuk meningkatkan rasa cinta pada guru yang telah mendidik dan memberikan kontribusi besar pada Negara. Lomba yang akan digelar pada peringatan ini adalah Lomba Baca Puisi kategori kelas 3-4 dan kategori kelas 5-6, Lomba Menyanyi solo lagu “Hyme Guru” kategori kelas 3-4 dan kategori kelas 5-6. Peserta lomba adalah anak-anak SD kelas 3 sampai 6 dari enam SD Katolik di wilayah Keuskupan Banjarmasin.
Seleksi peserta lomba diserahkan pada kebijakan sekolah masing-masing. Nantinya hasil terbaik dari seleksi tiap kategori dikirim ke panitia lomba sebagai perwakilan peserta lomba dari tiap-tiap sekolah. Pengumuman lomba akan dilakukan pada 25 November 2021.
Apresiasi bagi Para Guru
Ketua MPK Keuskupan Banjarmasin, RP. FX. Adisusanto, SJ atau biasa disapa sebagai Romo Adi menegaskan bahwa dengan adanya lomba ini kita berusaha memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada para guru. Guru mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi anak-anak karena cukup banyak waktu yang dihabiskan anak-anak di sekolah bersama para guru.
Guru sendiri menjalankan tugasnya sebagai wujud bantuan kepada orangtua dalam memberikan pendidikan pada anak-anaknya. Guru tidak mengambil alih tugas dan kewajiban orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Sebagai umat beriman, kita tidak hanya melihat guru sebagai pemberi bantuan bagi orangtua dalam mendidik anak-anak, namun guru juga sebagai rekan kerja Allah. Guru mempunyai tanggung jawab membesarkan dan mendidik anak didik yang dipercayakan padanya supaya berkembang sesuai yang diharapkan Tuhan.
Dalam sambutannya tersebut, Romo Adi berharap agar guru tidak hanya menjadi tukang mengajar, tapi sebagai pendidik. Dalam hal ini keteladanan seorang guru akan lebih banyak berbicara dibandingkan kepandaiannya. Guru diharapkan dapat mengembangkan bakat dan kepribadian anak seutuhnya mulai dari kemampuan berpikir, bernalar sampai karakternya.
Mendidik Anak-Anak Hidup Bersesama dan Bersekutu
Pada kesempatan itu Mgr. Petrus Boddeng Timang menandaskan bahwa proses belajar mengajar di sekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikan orangtua di rumah. Hal ini harus disadari oleh semua pihak, baik guru maupun orangtua. Oleh karena itu pada 25 November 2021 nanti akan dirayakan Hari Guru Nasional ke-76. Perayaan tersebut diadakan untuk mengenangkan, mensyukuri dan mendalami peranan para pendidik, baik yang sudah mendahului maupun yang masih melayani.
Bapak Uskup juga mengungkapkan fakta yang memprihatinkan bahwa menurut penelitian kualitas pendidikan di Asia tahun 2000, Indonesia menempati peringkat 12 dari 12 negara yang disurvey. Sedangkan dalam penelitian tingkat daya saing pendidikan terhadap 57 negara, Indonesia menempati peringkat ke-37 dalam tingkat daya saing dunia kerja dan akademik.
Berdasarkan fakta tersebut, Bapak Uskup mengingatkan bahwa peserta didik jangan hanya menjadi penghapal dan guru bukan pipa pralon atau corong yang menyalurkan ilmu pada anak-anak. Ilmu dan pengetahuan bisa diperoleh dengan mudah oleh peserta didik dari internet dan media-media lain. Oleh karena itu yang terpenting bagi para pendidik adalah menyampaikan nila-nilai yang baik pada peserta didik. Peserta didik perlu dilatih dan belajar serta mempraktekkan hidup bersesama serta bersekutu.
Ketika peserta didik mampu bersesama dan bersekutu, maka akan tumbuh kesediaan untuk terlibat, berpartisipasi serta berempati dalam setiap kegiatan. Mereka akan mampu berbagi, bersaksi dan mewartakan apa yang telah mereka lihat dan mereka dengar. (smr)