Pentingnya Mistagogi Dalam Pengembangan Iman Umat
Umat Allah sekalian, para Pastor, Suster, Bruder, Frater terkasih,
Salam sejahtera, salam sehat bagi anda sekalian.
Iman adalah rahmat yang diberikan Allah secara cuma-cuma. Melalui iman itu manusia dapat semakin mengenal Allah secara nyata. Maka, amat penting bagi setiap umat beriman untuk selalu memupuk iman itu supaya bertumbuh, berkembang dan berbuah. Gereja selalu mengusahakan pendampingan umat secara maksimal. Dengan demikian seorang beriman katolik tidak hanya asal dibaptis, menerima komuni pertama, menerima Sakramen Krisma, setelah itu “hilang” dari persekutuan umat beriman. Sebaliknya rahmat iman yang diterimanya melalui sakramen-sakramen Gereja memampukan dirinya untuk menjadi garam dan terang dunia kemana pun dia diutus, dimana pun ia tinggal dan berkegiatan.
Pada tanggal 6 Juni 2021 yang lalu Gereja merayakan Hai Raya Tubuh dan Darah Kristus. Di banyak paroki di Keuskupan Banjarmasin dan di keuskupan-keuskupan lain diterimakan komuni pertama kepada anak-anak. Suatu peristiwa yang tentu menggembirakan. Sesudah dibaptis, sebagian mereka saat masih bayi, akhirnya mereka dipersatukan dengan Kristus melalui penerimaan Tubuh dan Darah-Nya dalam Roti Ekaristi. Untuk pertama kalinya di dalam hidup iman mereka. Setiap tahun atau sekali dalam dua tahun ada paroki yang menerimakan pula sakramen Krisma kepada umatnya. Dengan sakramen itu umat semakin dipersatukan dengan Kristus dan semakin didewasakan dalam iman. Pembinaan iman mereka pun harus tetap dilanjutkan agar mereka menyadari pentingnya iman mereka berwujud dan berbuah dalam kehidupan mereka. Iman mereka semakin dewasa, bertumbuh dan berbuah, mereka menjadi orang-orang Katolik yang handal, berani bersaksi tentang iman mereka, apa pun juga situasi dan tantangannya.
Mistagogi Dalam Proses Pendewasaan Iman
Mistagogi (bahasa Yunani) adalah katekese liturgis untuk mengantar orang ke dalam misteri Kristus, dengan melangkah dari yang tampak kepada yang tidak tampak, dari tanda kepada yang ditandai, dari “sakramen-sakramen” kepada “misteri” (Katekismus Gereja Katolik no. 1075). Inisiasi kristiani bagi orang dewasa mencakup empat masa dan tiga tahap. Para simpatisan mengawali inisiasinya dengan memasuki Masa Prakatekumenat yang diakhiri dengan inisiasi tahap I yakni Pelantikan Katekumen. Sesudah dilantik menjadi katekumen, para calon memasuki masa kedua yakni Masa Katekumenat yang diakhiri dengan inisiasi tahap II: Pemilihan Calon Baptis. Dengan dipilih menjadi calon baptis, para katekumen memasuki masa ketiga yakni Masa Persiapan Terakhir yang bermuara pada inisiasi tahap III yakni Penerimaan Sakramen-Sakramen Inisiasi (Baptis, Krisma, Ekaristi). Setelah menerima sakramen-sakramen inisiasi, para baptisan baru memasuki masa keempat yakni Masa Mistagogi. Mistagogi adalah masa keempat dari seluruh proses inisiasi orang dewasa, dapat dikatakan pula sebagai masa pemantapan iman. Tujuan masa mistagogi adalah membimbing para baptisan baru untuk lebih memahami makna sakramen-sakramen dan menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari. Masa mistagogi adalah masa pendampingan bagi baptisan baru untuk membantunya menemukan apa arti berpartisipasi penuh dalam misteri sakramental Gereja dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian hidupnya semakin terbentuk oleh perayaan sakramen-sakramen itu.
Masa mistagogi berfokus pada tiga sasaran. Pertama, katekese untuk meningkatkan pemahaman mengenai sakramen-sakramen dan keterampilan dalam melaksanakannya. Mistagogi boleh dikatakan katekese pasca-baptis. Kedua, masa mistagogi dimanfaatkan untuk membangkitkan komitmen dalam diri baptisan baru untuk terlibat aktif dalam karya-karya Gereja. Ketiga, mistagogi digunakan untuk mengobarkan spiritualitas murid Kristus dalam diri baptisan baru.
Dengan demikian manfaat mistagogi semakin dirasakan dampak dan buahnya oleh baptisan baru terutama dalam keterlibatan dalam karya–karya gereja misalnya pelayanan kepada sesama. Sakramen inisiasi bukan sekedar upacara belaka yang dilakoni sesaat dan sesudahnya berlalu begitu saja, melainkan membawa dampak yang luar biasa dalam kehidupan iman yang nyata dalam buah-buahnya seperti keterlibatan dalam hidup menggereja dan memasyarakat dan dalam amal kasih.
Mistagogi di Paroki-Paroki Keuskupan Banjarmasin
Di banyak paroki di Keuskupan Banjarmasin dan di keuskupan lainnya juga inisiasi berakhir dengan pembaptisan dan sesudahnya tidak ada lagi kegiatan pendalaman iman yang sifatnya mistagogis. Situasi serupa dilalui juga para penerima komuni pertama dan krisma. Berapa banyak baptisan baru, penerima komuni pertama dan sakramen krisma yang sungguh terlibat di dalam kehidupan menggereja? Berapa banyak anak yang setelah menerima komuni pertama atau krisma benar-benar memiliki kepedulian terhadap hidup menggereja? Berapa banyak umat yang setelah menerima Sakramen Krisma terlibat dalam misalnya kegiatan kesaksian dan pewartaan iman? Bukankah sebagian dari mereka menjadi sekedar penonton yang tidak mengerti makna sakramen yang mereka terima dalam kehidupan menggereja dan memasyarakat? Maka tibalah saatnya Keuskupan Banjarmasin peduli dan menaruh perhatian serius dengan mengisi masa mistagogis itu secara nyata.
Dari kepedulian itulah lahir visi Keuskupan Banjarmasin dalam Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin tahun 2015-2024:
Umat Allah Keuskupan Banjarmasin adalah persekutuan umat beriman Katolik yang mengetahui, memahami, menghayati dan mewujudkan imannya dalam bimbingan Roh Kudus berziarah menuju Gereja yang kontekstual, berdialog, inklusif dan transformatif demi memancarkan kasih Allah di Kalimantan Selatan.
Visi Keuskupan Banjarmasin seperti tertuang dalam Arah Dasar itu harus menjadi acuan di dalam pendampingan mistagogis untuk mewujudkan umat yang mengetahui, memahami, menghayati dan mewujudkan imannya.
Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin 2015-2024 dilaksanakan dalam dua periode masing-masing selama 5 tahun. Berbagai program dicanangkan oleh Dewan Karya Pastoral setiap tahun dengan mengusung tema berbeda yang saling menyambung dan mengandaikan lewat bahan-bahan yang bermanfaat untuk katekese umat demi semakin memahami dan mendalami imannya. Ambillah contoh: Paripurna Membaca Kitab Suci dan Kadami yang sebelum hadirnya pandemi Covid-19 selalu dibawakan dalam setiap perayaan Ekaristi. Dua produk Dewan Karya Pastoral (DKP) itu dapat diramu menjadi bahan katekese mistagogis di tengah-tengah umat. Pertanyaannya ialah apakah Paripurna Membaca Kitab Suci sudah semakin digeluti dalam kegiatan di paroki-paroki? Apakah bahan-bahan Kadami yang isinya begitu kaya menjadi bahan katekese di komunitas-komunitas? Mungkin bahan-bahan itu perlu diolah dan dipoles lagi sesuai dengan situasi dan kondisi kehidupan umat di paroki supaya memenuhi kebutuhan bahan katekese mistagogis.
Menumbuhkan Semangat Pelayanan dalam situasi Pandemi Covid-19
Tidak terasa sudah 1,5 tahun lamanya kita bergumul dengan pandemi Covid-19. Berbagai usaha pemerintah untuk menanggulanginya, dengan mengerahkan pikiran, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit. Salah satunya adalah upaya untuk mengadakan vaksinasi masal Covid-19 demi menciptakan kekebalan komunal bagi seluruh rakyat Indonesia. Begitu banyak tantangan yang dihadapi upaya tersebut. Namun kita percaya bahwa Tuhan mempunyai kuasa untuk mengubah ketakutan menjadi kekuatan, harapan dan cinta kasih.
Di tengah situasi pandemi yang serba sulit ini, sebagai orang beriman kita tidak boleh kehilangan harapan. Dengan demikian kita mampu bertahan dalam situasi sesulit ini dengan mengobarkan semangat juang dan menebarkan pengharapan injili. Kegiatan-kegiatan kegerejaan dalam masa pandemi ini harus dapat tetap berlangsung dengan baik. Kegiatan-kegiatan pembinaan umat yang diselenggarakan baik oleh DKP maupun oleh paroki dilakukan dengan daring. Itulah salah satu nilai positif yang patut kita syukuri dan wajib terus dikembangkan. Justru di masa pandemi ini kita ditantang untuk menemukan dan mengembangkan cara-cara baru yang kreatif dalam setiap kegiatan.
Kita juga ditantang untuk terus mengembangkan semangat yang dialogis di Bumi Kalimantan Selatan. Di Tahun Gereja Berdialog, kita didorong untuk memberikan perhatian lebih lagi kepada orang miskin, menderita, terlantar, terasing dan berkebutuhan khusus. Situasi khusus itu menyediakan pula panggung perjumpaan untuk mewujudkan Gereja Katolik Kalimantan Selatan yang membangun relasi harmonis dengan semua kalangan. Di awal masa pandemi dipelopori oleh tim Caritas Keuskupan Banjarmasin, kita terlibat dalam membantu Pemerintah setempat menanggulangi dampak pandemi. Gereja menempatkan tempat cuci tangan di berbagai titik kota Banjarmasin. Kita membantu pula pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) yang dibagikan ke berbagai Rumah Sakit di Banjarmasin. Kita tidak abai memperhatikan orang-orang kecil dan miskin, yang kehilangan lapangan pekerjaan akibat pandemi. Semua dilakukan tanpa memandang agama, suku dan budaya, dengan semangat cinta kasih yang tulus tanpa pamrih. Situasi pandemi saat ini justru menjadi kesempatan bagi kita untuk mewujudkan semangat belarasa, setia kawan dan peduli terhadap sesama. Sebagai Gereja yang berdialog, Keuskupan Banjarmasin melalui Caritas Keuskupan dan paroki-paroki mengundang Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dan Provinsi untuk menyelengarakan vaksinasi masal di lingkungan gereja kita. Beberapa bulan yang lalu di beberapa paroki, dalam vaksinasi masal itu disamping Dinas Kesehatan atau lembaga sejenis dilibatkan pula berbagai kalangan nonpemerintah seperti FKUB Provinsi/Kabupaten Kota, lembaga-lembaga keagamaan seperti Gereja-Gereja Kristen, berbagai kelompok Muslim seperti LK3, Gusdurian, Budha, Hindu dan lainnya. Dalam semua keterlibatan sederhana itu Gereja ikut serta membantu Pemerintah dalam upaya penanggulangan dampak Covid-19 di Bumi Banua, seraya mengembangkan semangat gereja yang berdialog dengan sesama dan lingkungan hidup sekitar.
Penutup
Sudah 6 bulan kita menjalani tahun 2021 sebagai Tahun Gereja Berdialog. Banyak hal telah kita lakukan bersama sebagai keluarga umat Allah, Gereja Partikular Kalimantan Selatan, Keuskupan Banjarmasin. Kita bertekad untuk membuka diri dan berdialog dengan sesama kita yang berbeda iman, budaya dan latar belakang, bahkan dengan lingkungan hidup sekitar sehingga di Bumi Banua tercipta suasana persaudaraan yang sejati. Di tengah situasi bangsa kita yang akhir-akhir ini ditandai dengan sikap dan perilaku intoleran sejumlah kalangan di berbagai tempat, semangat kita dalam mewujudkan Gereja yang berdialog dapat memberikan angin segar bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Tuhan Yesus memberkati, Allah adalah kasih, Deus Caritas Est.
Diberikan di Banjarmasin, Pada Pesta Rasul Petrus dan Paulus, Tanggal 29 Juni 2021
† Petrus Boddeng Timang
Uskup Keuskupan Banjarmasin