Rabu (18/8/2021) – Perarakan misdinar, Bapak Uskup Petrus Boddeng Timang serta calon yang akan menerima tahbisan imam: Diakon Yohanes Tjuandi, calon yang akan menerima tahbisa Diakon: Frater Beny Fransiskus, CICM dan Frater Klemens Bhajo serta imam yang merayakan pesta perak imamat: RD. Simon Edy Kabul Teguh Santoso, RD. Antonius Budi Wihandono, RP. Yusuf Suharyoso dari luar gereja menuju altar mengawali Perayaan Ekaristi Tahbisan Imam, Diakon serta Pesta Perak Imamat. Para imam yang berkarya di Keuskupan Banjarmasin, beberapa keluarga calon tahbisan, petugas serta panitia inti sudah berada di dalam gereja dan duduk di bangku umat. Lantunan lagu pembukaan mengiringi perarakan tersebut.

Perayaan syukur yang diselenggarakan di gereja Hati Yesus Yang Maha Kudus, Veteran, Banjarmasin ini berlangsung di bawah bayang-bayang melonjaknya kasus Covid-19 di Banjarmasin serta aturan-aturan PPKM setempat. Panitia dari Paroki Veteran merespon situasi tersebut dengan melakukan pembatasan umat yang hadir, menerapkan protokol kesehatan dengan ketat serta melakukan test antigen kepada semua yang hadir dan terlibat dalam perayaan itu. Umat yang tidak hadir secara fisik di gereja Veteran tetap dapat mengikuti perayaan itu secara live streaming melalui YouTube Pusat Pastoral Keuskupan Banjarmasin.

ki-ka: RD. Simon, Diakon Beny CICM, RD. Budi, Mgr.Petrys Timang, RD. Yohanes Tjuandi, Diakon Klemens CICM, RP.Yusuf, SJ (foto:Studio Absolute)

 

“Allah yang Menetapkan”

Tahbisan Diakon Beny Fransiskus CICM dan Klemens Bhajo CICM (foto: Studio Absolute)

Dalam homilinya, Bapak Uskup menyampaikan bahwa orang yang menerima tahbisan diakonat, imamat maupun presbiteriat berasal dari Allah dan ditetapkan oleh Allah menurut rencana-Nya. “Allah yang menetapkan, itulah spiritualitas orang-orang tertahbis. Ini bukan sesuatu yang patut dibanggakan tetapi patut disyukuri dan membuat kita semakin rendah hati,” tandas Bapak Uskup.

Baca Juga:  RP. Yusuf Suharyoso, SJ: Mensyukuri Atas Rahmat 25 Tahun Imamat

Lebih lanjut Bapak Uskup mengungkapkan bahwa kedekatan dengan Yesus melalui doa, membaca Kitab Suci dan spiritualitas lainnya merupakan hal yang utama bagi para pelayan tertahbis. Tanpa kedekatan dengan Yesus, seseorang akan “mandul” dan tidak menghasilkan buah sebagaimana ajaran Yesus, “Tinggallah dalam Aku dan Aku akan tinggal di dalam kamu.” Perbuatan kecil apapun yang dilakukan dengan penuh kasih akan membawa orang mengenal Yesus.

Menjadi milik umat Keuskupan Banjarmasin

Sebelum berkat penutup, ketua panitia, perwakilan keluarga tertahbis, perwakilan yang menerima tahbisan, para imam yang merayakan pesta perak imamat serta Bapak Uskup memberikan sambutan. Dalam sambutan mewakili para pelayan yang baru ditahbiskan, RD. Yohanes Tjuandi menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas kesediaan Bapak Uskup menerimanya sebagai imam diosesan Keuskupan Banjarmasin yang ke-delapan serta dukungan dan doa seluruh imam, para pengajar, keluarga dan umat.

Tahbisan Imam Yohanes Tjuandi (foto: Studio Absolute)

Sementara itu Mgr. Petrus Boddeng Timang menegaskan pernyataan dalam sambutan keluarga yang diwakili oleh Maria Oktaviani (adik RD. Yohanes Tjuandi) yang mengatakan bahwa keluarga telah menyerahkan RD. Yohanes Tjuandi menjadi milik Gereja dan umat Keuskupan Banjarmasin. Tidak ada waktu untuk memikirkan diri sendiri. Tuhan sendiri yang menyelenggarakan kehidupan para pelayan tertahbis dalam segala aspek hidupnya sebagaimana kesaksian para imam yang hari itu merayakan pesta perak imamat.

Usai sambutan Bapak Uskup mengumumkan dan memberikan SK penugasan kepada RD. Yohanes Tjuandi. Dalam SK tersebut dinyatakan bahwa RD. Yohanes Tjuandi ditugaskan di stasi Mandam, Paroki Santo Vincentius a Paulo, Batulicin atau tempat yang sama ketika RD. Yohanes Tjuandi menjalani masa diakonat sejak Januari 2021. (smr)