Pertemuan Pra Sinodal Tingkat Paroki, Kelompok Kategorial, Ormas dan Kongregasi
Awal November 2021 Tim Sinodal Keuskupan langsung bekerja untuk mengejawantahkan dukungan bagi Persiapan Sinode para Uskup di Roma pada Oktober 2023. Perjalanan Gereja Katolik semesta untuk memberikan bahan masukan yang berkelimpahan sesungguhnya menggambarkan proses sinode itu sendiri. Proses sinode berarti berjalan bersama, melalui potensi umat dan kelompok dari berbagai keuskupan. Bapak Uskup Timang menberikan gambaran bahwa pra sinodal ini dijalani bersama lebih dari 6.000 keuskupan dan 1,5 milyar umat Katolik.
Keuskupan Banjarmasin mengambil peran aktif, menggambarkan tema Menuju Gereja Sinodal: Persekutuan, Partisipasi dan Misi. Masa Adven 2021 setiap paroki, melalui komunitas dan stasi mulai mengadakan pertemuan dalam 3 tema dengan persyaratan yang telah ditentukan. Dibentuk Tim Pra Sinodal Paroki untuk memperlancar kegiatan dan merekap data-data hasil pertemuan. Data-data tersebut adalah notulensi pertemuan pendalaman iman, rekaman suara pembicaraan, foto kegiatan, daftar hadir dan pembuatan sitesis hasil pertemuan. Sintesis ini merupakan intisari hasil pembicaraan dalam dua putaran diskusi.
Pengalaman di Paroki
Paroki Katedral memliki sistem Observer dari Tim Pra Sinodal Paroki. Mereka diutus berdua-dua mendampingi pertemuan di komunitas dan stasi dan memastikan proses serta hasil notulensi, rekaman suara, foto dan sintesis diperoleh. Tim Penggerak Sinode kemudian merumuskan Sintesis Pra-Sinodal Paroki, memperhatikan dengan cermat benang merah antara pengalaman yang diungkapkan dalam pertemuan. Nampaknya kelancaran kegiatan dirasakan oleh 3 paroki Dekanat Banjarmasin. Banyaknya potensi aktivis, imam, biarawan dan biarawati yang terlibat, kemudahan informasi, teknologi dan koordinasi menjadikan pra sinodal fokus dan tersaji hasil lengkap.
Dekanat Banjarbaru, di Paroki Bunda Maria sangat ditolong oleh para aktivis tim pra sinodal paroki yang ikut terjun memimpin di komunitas dan stasi sehingga partisipasi umat tinggi kehadirannya. Namun keprihatinan yang dirasakan adalah mereka yang sharing personilnya itu-itu saja, belum menjangkau orang-orang yang tidak terlayani. Di Paroki Landasan Ulin kesulitan teknis pengumpulan rekaman dialami beberapa komunitas. RD Damianus menceritakan proses pertemuan yang menarik pada umat di Meratus sangat antusias mengikuti percakapan rohani ini. Para volunteers mendampingi dan menjelaskan proses sinodal yang artinya berjalan bersama. Komentar umat setempat merespon pertanyaan dengan jawaban lugas membenarkan atau mengiyakan, namun mereka ikut berproses.
Dekanat Tanjung dan Dekanat Batulicin pada saat pertemuan dengan Tim Sinodal Keuskupan 4 Februari 2022 masih harus bekerja keras untuk melengkapi data yang diperlukan dari beberapa komunitas dan stasi. Tim menyadari kesulitan teknis dan proses yang dihadapi di stasi pedalaman. Namun mereka tetap mengusahakannya.
Pengalaman Kelompok Kategorial, Ormas dan Kongregasi
Kelompok kategorial, ormas, kongregasi dan kelompok karya (pendidikan) di tingkat paroki melaporkan hasilnya kepada Tim Penggerak Pra Sinodal Tingkat Paroki. Kelompok yang berada di level keuskupan, seperti PMKRI, Pemuda Katolik, BPK/PKK, Marriage Encounter, melaporkan hasil pra sinode-nya ke Tim Sinodal Keuskupan melalui narahubung bidang kegiatan yang ditunjuk. Pada level kelompok besar, misalnya kongregasi Suster SPC telah membagi berdasar kelompoknya dan melaporkan secara lengkap. Pada posisi rangkap, seperti yang dilaporkan Frater Yulius, CMM harus pandai memilah bahasan ketika ikut diposisi komunitas, kelompok yayasan pendidikan atau kongregasi. Situasi Ini juga dihadapi para aktivis yang ikut dalam komunitas, paroki atau kelompok kategorial yang diikuti.
Evaluasi dan Proses Lanjutan
Tahapan evaluasi pra sinodal tingkat paroki dan tingkat kategorial, ormas dan kongregasi telah dilaksanakan marathon pada awal Februari 2022 melalui Zoom meeting. Aneka hasil dipaparkan untuk menarik benang merah melalui sintesis yang sudah terkumpul. Pada gilirannya di akhir Februari diharapkan Dekanat di Keuskupan Banjarmasin, yakni Dekanat Banjarmasin, Dekanat Banjarbaru, Dekanat Tanjung dan Dekanat Batulicin mengadakan pertemuan untuk membuat sintesis pra sinodal tingkat Dekanat.
Kabar baik yang diperoleh adalah seluruh komponen yang terlibat semakin diteguhkan untuk berjalan bersama membangun persekutuan dengan berdialog baik di dalam Gereja maupun masyarakat, berpartisipasi di setiap tingkatan dan kesadaran mewartakan Kabar Baik kepada mereka yang belum tersapa.
Pesan Bapak Uskup
Bapak Uskup menyampaikan di lingkup paroki,” Sebagai yang diharapkan Paus Fransiskus, kita menyadari dengan berbagai upaya bahwa Gereja bukan suatu lembaga atau badan yang statis tetapi suatu kata kerja berjalan bersama umat Allah yang pertama dan utama bersama Kristus, seperti kisah Yesus berjalan bersama dengan dua umat menuju Emaus setelah kebangkitan-Nya. Berjalan bersama murid-murid Kristus yang didampingi oleh Sang Guru Gembala Agung…. kita rasakan sebagai sesuatu yang menyentuh hidup kita pribadi dan keluarga kita. Saya percaya seperti yang dilaporkan setiap paroki dan setiap dekanat tadi coba dilakukan dengan berbagai tingkat keberhasilan seiring dengan tingkat kesulitan dari tingkat ketrampilan memanfaatkan teknologi, tetapi ada pengalaman kita, yakni ternyata berjalan bersama. Walau tidak eksplisit disebutkan pendalaman iman masa adven atau prapaskah, yang hadir itu-itu lagi, lu lagi lu lagi, tetapi secara garis besar saudara-saudara kita di Meratus yang sebagian dari mereka itu belum lancar berbahasa Indonesia dan keterbatasan lainnya, mereka terlibat dalam berjalan bersama itu. Saya rasa ini adalah pengalaman yang tidak tergantikan, dan hendaknya hal ini diperdalam dalam pengalaman kita masing-masing.”
Peneguhan bagi kongregasi, tarekat, yayasan dan banyak kelompok ketegorial menurut Bapak Uskup kehadiran mereka ternyata menjadi berkat. Umat dapat bertumbuh dalam kualitas dan kuantitas imannya. Kehadiran kelompok kategorial non imam dan non biarawan/wati merupakan salah satu indikator bahwa umat bertumbuh, ada semacam spesialisasi dan pendalaman berbagai spiritualitas yang digali dari sumber yang sama yakni Yesus Kristus dan Injil-Nya. Tak berlebihan menurut Bapak Uskup kelompok kategorial dan ormas di Keuskupan Banjarmasin menjadi sumber inspirasi dan pendorong untuk keuskupan-keuskupan pemekarannya.
Proses yang panjang dengan hasil akhir yang nantinya disampaikan ke KWI bukan pertama-tama yang dilihat Bapak Uskup seberapa persen hasil diakomodasi KWI namun seberapa jauh proses sinodal ini mampu mengubah kita, keluarga-keluarga dan kelompok untuk saling melayani dengan menyediakan waktu untuk hal-hal yang dianggap penting, berguna dan didahulukan.