Mgr. Petrus Boddeng Timang duduk di kursi Cathedra diapit Vikjen RP. Albertus Jamlean,MSC (kiri) dan Provinsial MSF Kalimantan RP. Agustinus Doni Tupen, MSF dalam misa HUT ke-75 beliau.

“Tiada kata ucapan lain kecuali terima kasih kepada Tuhan untuk hari ini. Terima kasih yang kedua kepada pian sabarataan yang sempat hadir disini. Yang ketiga kepada seluruh umat dan kawan-kawan yang tidak segereja, tidak seiman dengan kita, yang bersama-sama menjadi teman seperjalanan…” Mgr. Petrus Boddeng Timang membuka sambutan pada acara ramah tamah pada HUT beliau ke-75 (7/7), dirayakan di Sasana Sehati Katedral Banjarmasin.

Mgr. Petrus Timang nampak lebih santai dalam menyampaikan pandangannya memaknai perjalanan usia ke-75. Beliau memberikan pengertian dan peneguhan tentang posisi umat Katolik di Bumi Nusantara, khususnya di Kalimantan Selatan dan bagaimana seharusnya bertindak dan menjalankan perutusan.

“Saya sejak awal selalu mengatakan, kita ini bukan minoritas karena menurut konsep Nusantara setiap tanah yang kita injak itu adalah tanah kita bersama. Maka kita berdiri sama tinggi, walaupun saya pendek, dan duduk sama rendah dengan siapapun juga di Bumi Nusantara, termasuk di Kalimantan Selatan.

 

 

Dalam konsep Nusantara itu kita tidak mengenal mayoritas dan minoritas. Semua mempunyai tugas perutusan dari Allah untuk memberikan yang terbaik dari hidupnya untuk Bonum Commune, untuk kebaikan dan kemaslahatan bersama.

Itulah konsep dasar yang coba kita kembangkan selama ini disini, supaya kita hadir disini (seperti yang dikatakan Pastor Vikjen) bukan sebagai pendatang, bukan sebagai penumpang sementara tetapi sebagai warga negara yang mempunyai sumbangan dan tanggung jawab untuk membangun negeri ini mulai dari Tanah Banua yang kita sayangi. Oleh karena itulah saya berusaha mendorong umat untuk semakin banyak kelompok-kelompok kategorial, sebagai warga masyarakat yang selalu mendengungkan 100% warga Indonesia 100% Katolik dan sebaliknya. Dan karena kita orang Indonesia sungguh-sungguh maka kita mau menjadi orang Katolik yang sungguh-sungguh, sebaik-baiknya seturut kemampuan talenta kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita. dan dalam kerangka itulah kita maju bersama-sama, sampai masa bakti di bumi ini expired artinya Tuhan mengatakan cukuplah pelayananmu disini mari beralih ke dunia yang lain.”

Uskup Timang memakai laung, penutup kepala khas Banjar.

Kharisma Uskup Timang makin terlihat akan kecintaannya pada Banua dengan memakai laung, topi khas Banjar. Pesan prokes selalu didengungkan agar umat Katolik menjadi pelopor disiplin kesehatan di ranah publik,”… ketika pandemi sudah mulai melandai, walaupun kita selalu diingatkan pemerintah untuk hati-hati, dan karena itu kita di tempat umum masih diharapkan memakai masker. Bahkan saya dengar beberapa waktu ke depan vaksinasi ketiga (booster) merupakan keharusan setiap warga tampil di ruang publik.” 

RP. Albertus Jamlean, MSC memberikan pengantar pada acara ramah tamah HUT Uskup ke-75 di Sasana Sehati Katedral Banjarmasin.

Uskup Timang menyampaikan terima kasih atas partisipasi umat, tak lupa beliau menutup dengan pantun sarat makna:

  • Si Palui sendirian ke Kantor Camat
  • mengurus KTP papa dan mama
  • Hidup dan panggilan adalah rahmat
  • asalnya dari Allah secara cuma-cuma
  • Menerima panggilan dari kekasih
  • Sepekan penuh setiap pagi
  • Ayo berikan berkat dan kasih
  • tanpa menghitung untung dan rugi
  • Di taman bunga berbagai jenis tumbuhan
  • Ada kembang sepatu pun selasih
  • Atas kehadiran disini semua bubuhan
  • Ulun sampaikan terima kasih.
Baca Juga:  Misa Harian Rabu Pekan Biasa XVI, 21 Juli 2021

“Cakeep!” begitu setiap kali sahutan umat.