Pokok Iman dalam Peringatan Arwah Orang Beriman
Oleh: Mgr. Petrus Boddeng Timang
(dalam homili Misa Peringatan Arwah Orang Beriman dan Peresmian Columbarium Santo Yoseph, Landasan Ulin)
Sehari sebelum peringatan arwah orang beriman, Gereja Katolik memperingati para kudus yang sudah berjaya di surga. Ini merupakan salah satu pokok iman yang kita akui, yaitu kita percaya akan persekutuan para kudus. Sementara itu, saat ini kita adalah bagian dari Gereja peziarah yang sedang berjalan di bumi ini menuju tempat saudara-saudara kita yang sudah berjaya di surga. Kita sedang berjalan ke satu-satunya tujuan hidup kita, yaitu tanah air yang abadi.
Hari ini kita memperingati dan menyapa saudara atau atau kerabat kita yang sudah meninggal tapi belum selesai membayar hutang piutang dosa. Gereja yang sedang menantikan kepenuhan dan kekudusan Allah dalam diri mereka. Beberapa pokok iman dalam peringatan ini adalah:
Pertama, kita adalah saudara-saudari karena kasih dan kemurahan Tuhan. Maka kita memiliki kewajiban untuk saling mendoakan.
Tradisi untuk mendoakan orang yang meninggal telah ada sekitar abad ke-3 sebelum Kristus di kalangan orang-orang Yahudi. Saat itu mereka memiliki kebiasaan mendoakan orang-orang yang tewas dalam pertempuran dengan penjajah.
Tradisi tersebut kemudian diteruskan dalam Gereja Katolik sampai sekarang. Gereja Katolik mempercayai bahwa orang-orang yang masih memiliki hutang hukuman dosa, pada saat ia meninggal, mereka tetap menunggu penyelamatan sempurna dari Kristus berkat doa-doa dan kurban-kurban persembahan dari saudara-saudarinya, khususnya kerabatnya yang masih berziarah di bumi sekarang ini. Maka kebiasaan mendoakan orang yang meninggal khususnya peringatan arwah orang beriman (2 November) memiliki akar tradisi yang sangat kuat.
Pokok iman yang kedua adalah Allah tidak pernah membiarkan ciptaan-Nya binasa selama-lamanya. Ia menghendaki setiap orang yang percaya kepada-Nya diselamatkan, bahkan mungkin termasuk mereka yang tidak dibaptis tapi ia hidup sebagai manusia yang menjadi berkat bagi sesamanya selama hidup di bumi ini.Dalam Injil dapat kita temukan, ketika salah satu penjahat yang disalib bersama Yesus bertobat dan memohon keselamatan dari Yesus, maka ia dibukakan pintu surga dan diselamatkan oleh Yesus. “Aku (Yesus) berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan bersama-sama dengan aku di dalam Firdaus” (Luk 23:43).
Pokok iman ketiga: Tanda orang beriman adalah harus dapat menolong sesamanya. Dalam salah satu kisah Injil dapat dilihat bagaimana sekelompok orang mengantarkan saudaranya yang sakit ke depan kaki Yesus melalui atap rumah. Orang-orang itu percaya bahwa Yesus akan menolong saudaranya yang sakit dan si sakit dapat sembuh karena iman saudara-saudaranya yang membawanya ke hadapan Yesus.
Ketiga pokok iman tersebut menjadi dasar mengapa kita berkumpul dan mengenang arwah saudara-saudara kita. Kita dan umat Katolik sedunia mengimani bahwa Allah berkenan memberikan keselamatan yang sempurna kepada saudara-saudara kita yang sampai saat ini belum menikmati kesempurnaan dan keselamatan itu.
Ada ungkapan “Hodie mici, cras tibi”: Hari ini giliranku, esok giliranmu. Ungkapan ini sungguh benar. Esok itu bisa berarti tak lama setelah kita pulang dari sini, besok, atau beberapa tahun lagi. Namun itu sudah pasti dan ini mempersiapkan kita untuk menghadapi kematian dengan tenang. dan dengan penuh keyakinan bahwa Allah tidak mungkin membiarakan umat-Nya binasa selama-lamanya.
Sebagai umat beriman kita akan selalu dan wajib mendoakan saudara-saudara kita yang sudah beristirahat.Dalam Perayaan Ekaristi, ada penggalan doa yang mendoakan orang-orang yang sudah meninggal sesudah kita mendoakan orang-orang yang masih hidup. Saling mendoakan merupakan kebiasaan yang kuat dalam Gereja Katolik, termasuk mendoakan orang-orang yang meninggal, teristimewa pada Peringatan Arwah Orang Beriman. Kita berdoa semoga berkat kerahiman Allah, doa-doa dan iman kita, malaikat mengantar saudara-saudari kita ke dalam kehidupan kekal dan pada giliranntya mereka jadi pendoa bagi kita.