RP. Albertus Jamlean, MSC: Menyandang Tugas Vikjen KEBAN
Kepindahan tugas RP. Krispinus Cosmas Boli Tukan, MSF untuk melanjutkan studi menyebabkan jabatan Vikaris Jenderal KEBAN harus diisi. Bapak Uskup Petrus Timang telah mengangkat RP. Albertus Jamlean, MSC sebagai pengganti. Bagaimana proses pemilihan, tugas vikjen dan pandangan-pandangan Pastor Albert ketika mengampu jabatan vikjen? Ventimiglia berkesempatan mewawancara beliau. Berikut petikan wawancara untuk anda.
Bagaimana sistem pemilihan Vikjen Pastor?
Pengangkatan Vikjen merupakan wewenang dari Uskup. Uskup sendiri yang menentukan. Boleh saja Uskup bertanya-tanya atau meminta saran kepada orang lain yang dipercaya tetapi yang akan menentukan tetap Uskup sendiri.
Uskup mempunyai kebebasan untuk mengangkat dan memberhentikan. Walaupun misalnya SK Vikjen tiga tahun tetapi dalam perjalanan waktu Uskup mengambil keputusan untuk memberhentikan maka Uskup mempunyai wewenang akan hal itu. Ketika Uskup bebas tugas karena pensiun otomatis Vikjen juga berhenti, karena Uskuplah yang telah mengangkat Vikjen tersebut. Pengangkatan Vikjen dan pemberhentiannya diatur dalam KHK, Kanon 475 dan 477.
Bapak Uskup Keuskupan Banjarmasin, Uskup Petrus Boddeng Timang, beberapa bulan yang lalu menelepon meminta kesediaan saya, waktu itu saya meminta waktu untuk merenungkannya. Setelah itu beliau menghubungi saya lagi dan saya menjawab bersedia untuk mengemban tugas tersebut. Saya diminta membuat surat pernyataan secara tertulis bahwa bersedia menjadi Vikjen Keuskupan Banjarmasin. Surat pernyataan itu salah satu persyaratan untuk membuat SK Vikjen.
Setelah diangkat menjadi Vikjen apakah diperbolehkan merangkap ketua bidang liturgi?
Saya sudah bicarakan di rapat dan sudah bicara langsung Bapak Uskup supaya tugas saya di Dewan Karya Pastoral (DKP) sebagai ketua Bidang Liturgi diganti orang lain, dan kami sudah menghubungi seorang imam untuk menjadi ketua Bidang Liturgi dan beliau sudah bersedia.
Pada awal Oktober nanti akan ada rapat DKP Inti, persiapan pleno evaluasi tahun 2021 dan program kerja di tahun 2022. Diharapkan pada rapat ini ketua bidang liturgi yang baru bisa mengikutinya.
Bagaimana pelaksanaan tugas Vikjen?
Tugas legislatif, yudikatif dan eksekutif itu melekat pada diri Uskup. Uskup dapat mendelegasikan kuasa eksekutif kepada vikjen untuk membantunya dalam pemerintahan seluruh keuskupan. Jadi kuasa eksekutif dijalankan oleh vikjend berdasarkan delegasi uskup. Sebagai wakil uskup, vikjen tentu membantu tugas penggembalaan uskup dan mewakili uskup melaksanakan tugas-tugas lain yang dipercayakan uskup kepadanya.
Di Keuskupan Banjarmasin ini, Vikjen merangkap juga sebagai ketua Dewan Karya Pastoral (DKP). Selama ini sebagai ketua DKP kelihatan perannya tidak terlalu banyak karena Direktur Pusat Pastoral yang banyak mengambil peran tersebut. Diharapkan pada saat rapat DKP Harian, vikjen sebagai ketua DKP dapat menyampaikan dan menggarisbawahi hal-hal yang perlu bahkan penting diperhatikan oleh DKP. Kita punya ARDAS dengan tema-tema tiap tahunnya yang harus terus dikawal supaya arah pastoral berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Sejak saya menjadi vikjen, saya sudah mengikuti satu kali rapat DKP Harian. Dalam rapat tersebut saya sudah sampaikan bahwa gereja lokal Keuskupan Banjarmasin akan tetap kuat dan hidup kalau umat awamnya kuat, karena kita mempunyai keterbatasan imam dan biarawan biarawati dan mereka sewaktu-waktu bisa berpindah ke keuskupan lain.
“Saya bilang bahwa kita harus memperkuat awam sekaligus pengkaderan awam dari tahun ke tahun, harus ada awam muda untuk tampil supaya jangan senior yang puluhan tahun yang hanya memiliki semangat pelayanan di Gereja Kalau mereka sudah tidak ada maka tidak ada pula yang menggantikannya.”
Setiap Bidang, komisi dan kelompok kategorial harus berusaha dari tahun ke tahun ada kaderisasi. Kita harus memiliki orang yang mempunyai semangat pelayanan dan militansi. Kalau hal itu tidak ada maka masa depan Gereja ini akan berat. Sistem kaderisasi dalam berbagai lapisan itu harus ada. Hal itu tampak misalnya dalam pemilihan ketua komunitas kalau tidak mengalami kesulitan itu tanda bahwa kaderisasinya bagus. Tetapi kalau setiap kali pemilihan ketua komunitas atau kelompok kategorial apapun itu selalu tersendat berarti kaderisasinya tidak terlaksana dengan baik.
Apa yang akan ditekankan dalam tugas sebagai Vikjen untuk gerakan Keuskupan, di Paroki-Paroki maupun di kelompok kategorial?
Di Keuskupan ini kita sudah mempunyai Arah Dasar jadi kita menjalankan pastoral ini sesuai dengan Arah Dasar. Di dalam realisasinya kita juga harus melihat kemungkinan-kemungkinan pengembangan. Misalnya saja seperti pada tahun-tahun lalu ada berbagai tema, ada Tahun Kitab Suci, Tahun Ajaran Gereja, Tahun Hukum dan Moral dan lainnya. Tema-tema di tahun yang lalu itu sudah lewat dan terlihat bahwa semangatnya sudah melempem. Hal itu harus kita tekankan kembali. Misalnya saja pada Tahun tema Kitab Suci, pada saat itu Bidang Pewartaan melalui Delegatus Kitab Suci gencar untuk mengangkat tentang Kitab Suci sampai pada tahun ini. Tujuannya adalah supaya cinta umat terhadap sabda Allah di dalam Alkitab harus terus tumbuh.
Bidang-bidang yang lain juga harus diangkat supaya bisa menjadi perhatian bersama. Seperti katekese, bidang liturgi atau Misi Pemberdayaan Masyarakat Meratus itu semua memiliki keterkaitan satu sama lain. Misi pemberdayaan ini lumayan jalan karena ada relawan KTM. Tetapi kalau mereka berhenti atau pindah ke tempat lain maka itu akan berat sekali. Oleh karena itu saya bilang bahwa sistem kaderisasi dan perekrutan tenaga misionaris awam itu harus kuat.
Tentang pembekalan DPP. Kami mendapati situasinya itu seperti baru, seakan-akan mereka memulai dari awal. Ada dinamika seperti jalan di tempat bahkan mundur. Bagaimana pendapat Pastor Vikjen?
Kita mempunyai perangkat pastoral yaitu DKP. Kita harapkan bahwa setiap bidang dan komisi berfungsi dalam menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. DKP menjadi perangkat pastoral yang diharapkan menjangkau sampai pelosok. Memang kadang ada keluhan dari teman-teman katanya DKP kurang turun tangan, mungkin ada benarnya juga. Apa yang kita program dan rencanakan itu kalau bisa sampai ke pelosok bukan hanya daerah sekitaran kota saja. Kalau kita turun ke lapangan langsung kita bisa menjangkau lebih banyak orang, tetapi kalau berpusat di kota yang datang mungkin hanya beberapa orang saja.
Selain itu juga diharapkan koordinasi yang baik antara pusat dan Dekanat-Dekanat. Sehingga perlu ada rapat berkala, supaya bisa menegaskan akan hal-hal yang penting. Misalnya pertemuan Dekanat harus rutin jalan satu bulan sekali, maka itu harus rutin dilaksanakan. Dalam pertemuan dekanat perlu dibahas hal-hal penting, masalah suka duka, harapan dan keprihatinan pastoral di dekanat masing-masing. Jadi dekan dan para imam wilayah tersebut harus tahu apa yang terjadi di dekanatnya dan berusaha mencari jalan keluarnya. Misalnya tentang katekese, tenaga katekis dan bagaimana strategi pengembangan katekese dan peran katekis dan kesejahteraannya.
Jadi kalau kita mau agar Gereja ke depan semakin kuat dan mandiri maka kita perlu memperhatikan dan memajukan katekese dan tenaga katekis termasuk para misionaris awam. Baru-baru ini kita mendapat 45 orang penyuluh non PNS dari Bimas Katolik, ini termasuk peluang bagaimana 45 orang ini semakin diberdayakan untuk membantu para katekis. Tetapi harus dipikirkan ke depannya juga bagaimana setiap wilayah itu mempunyai tenaga katekis, entah itu relawan ataupun dibayar supaya para ketekis ini tetap ada. Kalau di setiap Dekanat atau Paroki ada tenaga-tenaga katekis akan sangat membantu, karena keterbatasan Pastor Paroki yang hanya bisa satu atau dua minggu menjangkau tempat-tempat yang jauh.
Walaupun Vikjen mempunyai tugas eksekutif tetapi selalu bekerja di dalam jaringan DKP, jaringan Dekanat-Dekanat, jaringan kelompok-kelompok kategorial sehingga kalau semua bisa bergerak maka itu akan ada harapan bagus ke depannya.
Keuskupan Banjarmasin ini merupakan Keuskupan yang kecil tetapi memiliki wilayah yang berat dengan keterbatasan tenaga. Tetapi hal yang menarik yang bisa saya pelajari disini yaitu Arah Dasar Keuskupan bisa membantu supaya orang-orang berjalan maju. Setiap Dekanat maupun Paroki boleh mempunyai kreativitasnya sendiri tetapi tetap mengacu pada Arah Dasar supaya bisa sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan.
Apakah Pastor Albert merasa optimis atau pesimis dengan keadaan sekarang ini?
Tentunya saya sangat optimis! Saya berada disini sudah empat tahun lamanya, saya tahu umat mempunyai kekuatan untuk terus maju dengan penambahan kader. Orang yang terlibat selama ini adalah orang yang sudah berdedikasi selama puluhan tahun, saya harap dari kota maupun dari stasi terjauh mempunyai orang baru yang dapat mengambil bagian dalam kehidupan Gereja kita sehingga bisa semakin kuat lagi. (oZo)