Bertempat tinggal di lingkungan padat penduduk dengan berbagai macam karakter, kebiasaan, dan sosial budaya yang beragam dari setiap orang begitu sangat menarik. Seperti saat ini, saya tinggal di lokasi padat penduduk. Tepatnya di jalan Suryagandamana dalam Kotabaru Hulu. Hampir rata – rata bangunan rumahnya berbentuk panggung dengan kolong rendah karena karakteristik lahan rawa. Padatnya pemukiman memunculkan berbagai macam permasalahan. Salah satunya adalah tentang pembuangan sampah. Ada yang sadar tetapi juga tidak sedikit yang belum sadar akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya.

Sampah di kolong rumah

Tidak jauh dari lokasi tempat saya tinggal yaitu di jalan Dermaga desa Rampa kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru juga terdapat persoalan mengenai pembuangan sampah yang sama dengan lokasi tempat saya tinggal. Persoalan menjadi lebih serius karena lokasi Rampa berada di pesisir laut. Begitu banyaknya sampah anorganik seperti plastik, stereoform, kaleng, dan lain sebagainya tentu akan mengganggu lingkungan hidup. Tidak hanya membuat hilangnya keindahan tetapi juga mencemari tanah, air, udara, serta mengganggu perkembangan kehidupan biota laut.

Seperti kita ketahui bahwa sampah – sampah anorganik memerlukan waktu yang sangat lama untuk penguraian, seperti yang kita lihat pada tabel berikut ini :

 

Adanya sampah di pemukiman terjadi karena masih minimnya kesadaran sebagian orang untuk membuang sampah pada tempatnya, Terutama sampah anorganik yang susah terurai. Hal tersebut berdampak buruk bagi lingkungan pemukiman.

Ada berbagai macam cara yang diambil oleh dinas terkait dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kotabaru untuk mengajak warga mengelola sampah.Diantaranya menyiapkan tempat – tempat sampah yang tidak jauh dari lokasi pemukiman dan memasang spanduk – spanduk himbauan untuk membuang sampah pada tempatnya.

Baca Juga:  RP. Martinus Juprianto Bulu Toding, SJ: Berbagi Rahmat dan Cinta Allah

Usaha dinas terkait untuk mengelola sampah, tidak akan dapat berhasil bila tidak ada kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Sebagai langkah kecil, yang saya lakukan untuk mendukung gerakan tersebut diantaranya adalah membuang sampah pada tempat yang telah disiapkan dan mencoba memanfaatkan sampah yang bisa digunakan kembali seperti botol-botol plastik, stereoform mi instant yang bisa digunakan sebagai pot.

Upaya untuk memanfaatkan bekas kemasan sebagai pot

Paus Fransiskus menerbitkan sebuah ensiklik berjudul Laudato Si, Kamis (18/6/2015). Ensiklik ini memuat pandangan dan seruan Paus Fransiskus tentang pentingnya mengatai perubahan iklim dan melindungi lingkungan hidup.Paus menyatakan bahwa kerusakan yang terus-menerus dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan sebagai satu tanda kecil dari krisis etika, budaya dan spiritual modernitas. “ Bumi rumah kita, semakin menyerupai tumpukan sampah. Di berbagai wilayah bumi daerah yang semula cantik telah tertutupi dengan sampah ,” katanya. Untuk mengatasinya, kata Paus, membutuhkan pengorbanan dan “revolusi budaya” di seluruh dunia. Hal tersebut sangat jelas menyampaikan pada kita bahwa kebaikan dan keberlangsungan lingkungan hidup menjadi tanggung jawab kita semua sebagai umat beriman.

oleh: Yordan