Sharing Anna Lorenta: Bermisi Di Sawitan
Setiap minggu saya pergi mengajar Pendidikan Agama Katolik untuk anak-anak di salah satu stasi Paroki Santo Yusup Kotabaru yakni stasi Santa Cecilia Batu Mulia. Kegiatan ini saya jalani sejak Tahun 2019. Awalnya dari paroki meminta saya membantu mengajar pendidikan Agama Katolik karena gurunya mengundurkan diri. Saya mendapat dukungan dana untuk transport dan naik ferry dari orang tua murid dan paroki. Tahun 2021 mendapat honor dari kementerian agama untuk operasional dan membuat laporan kegiatan. Saya gembira untuk melaksanakan tugas mengajar anak-anak.
Saya berangkat dari Kotabaru dengan mengendarai sepeda motor menuju Stasi Batu Mulia melalui jalan umum dan menyebarang menggunakan kapal ferry rute Stagen-Tarjun. Perjalanan kurang lebih 2,5 jam, sekitar 92 km dari kecamatan Pulau Laut Utara. Jalan yang dilalui tidak sepenuhnya mulus, berbatu dan banyak lubang tetapi itu tidak membuat saya patah semangat untuk mengajar anak-anak di sana. Peserta didik sekitar 40 anak terdiri dari kelas I-VI. kadang-kadang saya ditemani beberapa teman-teman OMK. Mereka sangat senang dan menjadi pengalaman baru.
Pernah dalam perjalanan saya mengalami kecelakaan, namun tidak terlalu parah. Saya terjatuh dari motor karena saat itu hujan dan jalan cukup licin sehingga motor tergelincir rebah. Tidak ada yang menolong saya karena saat itu tidak ada orang lewat. Puji Tuhan motor tidak rusak, saya terluka sedikit di bagian kaki kanan namun dapat melanjutkan perjalanan ke Stasi Batu Mulia.
Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di rumah bapak ketua stasi, karena tempat terbatas maka saya membagi dua sessi agar peserta didik tidak berdesak-desakan. Meskipun seadanya tetapi anak-anak semangat untuk belajar dan bermain bersama. Hal ini membuat saya tetap bersemangat dan rasa lelah pun juga hilang.
Pernah bapak ketua stasi dan umat di sana meminta izin untuk meminjam aula milik perusahaan kelapa sawit agar anak-anak bisa belajar dengan nyaman dan tidak berdesak-desakan. Namun ada beberapa warga sekitar yang tidak setuju. Meskipun mengalami penolakan, umat dan bapak ketua stasi tetap menghargai, bersabar dan tidak menyerah untuk pendidikan iman anak-anak mereka. Harapannya semoga di tahun mendatang akan ada perbaikan dan perubahan yang mendasar agar pendidikan agama anak-anak di Stasi Batu Mulia menuju ke arah lebih baik. Terbangun partisipasi aktif dan kerja sama orang tua, guru, peserta didik, pemerintah dan masyarakat.