Surat Gembala Tahun “Gereja Inklusif” – 2022
oleh: Mgr. Petrus Boddeng Timang (Uskup Keuskupan Banjarmasin)
Dibacakan pada waktu Perayaan Ekaristi dan Ibadat Sabda Hari Sabtu-Minggu, 31 Desember 2021 dan 01 Januari 2022 di seluruh Gereja/Kapel Katolik Keuskupan Banjarmasin.
Kepada yang saya kasihi dan banggakan,
- Umat Allah Keuskupan Banjarmasin
- Para Imam
- Suster
- Bruder
- Frater
di manapun Anda berada,
Salam sejahtera bagi Anda sekalian,
Kita mengakhiri tahun 2021dengan penuh rasa syukur kepada Allah, kendati kita harus menjalani hidup dan pelayanan di tahun 2021 di tengah badai pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir. Selama tahun 2021, Umat Allah Keuskupan Banjarmasin telah berusaha di tengah segala keterbatasannya, untuk terus memancarkan kasih Allah di tengah masyarakat melalui hidup dan pelayanannya, melalui dialog dan karya kasih, teristimewa kepada mereka yang sangat membutuhkan. Gereja menyadari bahwa dialog yang tulus, merupakan cara manusiawi untuk mendekati dan menghargai sesama dan membangun kerjasama sebagai saudara-saudari yang diciptakan Allah dengan martabat yang sama.
Selama Tahun “Gereja Berdialog” (2021), kita diajak untuk terus membangun dialog dengan sesama saudara-saudari dari pelbagai latarbelakang yang berbeda, teristimewa dengan agama-agama lain demi membangun suatu kehidupan yang lebih baik, lebih bersaudara dan lebih manusiawi. Membangun budaya dialog berarti membuka pintu lebar-lebar dan mengundang serta menyapa sesama untuk berjalan bersama, saling berbagi suka dan duka, harapan dan kecemasan, membangun kerjasama, dengan semangat kerendahan hati dan ketulusan. Tema “Gereja Berdialog”, telah menyadarkan dan sekaligus mengingatkan kita bahwa Bumi Kalimantan Selatan ini adalah ‘rumah hunian’ bersama di mana semua manusia dari pelbagai latarbelakang wajib dapat hidup bersama dengan damai sebagai saudara.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Kini kita memasuki Tahun 2022, Tahun “Gereja Inklusif”, Tahun ke 3 dari Periode 5 Tahun ke II dari Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin. Gereja Keuskupan Banjarmasin, adalah umat Allah beriman Katolik yang hidup dan bermisi di Bumi Kalimantan Selatan. Ia tidak dapat dilepaspisahkan dari konteks sejarah, sosial, budaya, politik, agama di mana ia berada. Karena itu, merupakan suatu keniscayaan bahwa Gereja Keuskupan Banjarmasin harus menjalankan misinya dalam konteks masyarakat Kalimantan Selatan ini. Bumi Kalimantan Selatan dengan segala kekayaan dan keterbatasannya menjadi lahan pewartaan kasih Allah. Gereja Keuskupan Banjarmasin terus berusaha mengakarkan dirinya pada masyarakat asli Kalimantan Selatan (Lih. Misi ke 7 Keuskupan banjarmasin). Inilah realitas dan idealisme Gereja Keuskupan Banjarmasin yang perlu terus disadari dan diperjuangkan oleh semua warga Gereja.
“Gereja Inklusif” adalah konsekuensi logis dari sifat Gereja yang Katolik, dan panggilan hakiki Gereja yang mengalir keluar dari mandat misioner Tuhannya. “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makluk” (Mrk. 16:15). Bumi Kalimantan Selatan adalah lahan pijakan misi kita di tengah kondisi kemajemukan yang merupakan kekayaan pemberian Tuhan. Karena itu pula, Gereja harus terbuka untuk bekerjasama dengan pelbagai elemen masyarakat yang begitu majemuk teristimewa dengan agama-agama lain. Realitas ini menegaskan bahwa Gereja itu ada, bukan untuk dirinya sendiri, melainkan terbuka, inklusif, masuk dalam perjumpaan dengan orang atau kelompok lain dengan sikap hormat dan kasih yang tulus dan menghargai orang atau kelompok lain sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang semartabat dan yang sama-sama dikasihi Tuhan.
Terutama dalam konteks Kalimantan Selatan, Gereja harus tetap terbuka dengan umat beragama lain dan menerima mereka sebagai saudara-saudari dalam peziarahan menuju Allah. Pegangan kita adalah Yesus sendiri yang menunjukkan diriNya sebagai pribadi yang terbuka dan bergaul dengan semua orang sebagai tanda universalitas Kerajaan Allah.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus.
Gereja Sinodal selalu bersifat misioner. “Ia ada untuk mewartakan Injil” (Paus Paulus VI, Evangelii Nuntiandi, No.14). Seperti dikatakan Paus Fransiskus “Gereja sinodal adalah Gereja misioner, yang berziarah, bergerak keluar, yang pintu-pintunya terbuka” (Evangelii Gaudium, No. 46). Gereja Sinodal adalah Gereja yang inklusif, terbuka untuk berjumpa, berdialog dengan orang atau kelompok lain dan saling mendengarkan dengan tulus. Oleh karena itu, Gereja Keuskupan Banjarmasin perlu terus berusaha untuk menjadi promotor perjumpaan atau seperti kata Paus Fransiskus: “Gereja harus menjadi ahli dalam seni perjumpaan dan ahli dalam seni mendengarkan” (Pembukaan Sinode, 10/10/2021) Konsekuensinya, Gereja pada setiap level, pribadi, kelompok teritorial (Paroki, Wilayah, Stasi, Komunitas), kelompok kategorial, lembaga-lembaga Gereja, wajib terbuka untuk berjumpa dan membangun panggung-panggung kebersamaan dan kerjasama dalam pelbagai kegiatan masyarakat dengan kelompok-kelompok lain , teristimewa dengan kelompok agama-agama yang berada di bumi Kalimantan Selatan ini.
Pemerintah Indonesia menetapkan Tahun 2022 sebagai “Tahun Toleransi” untuk mewujudkan moderasi beragama di Indonesia yang adalah suatu usaha terus-menerus untuk memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang, agar terhindar dari perilaku ekstrim. Dalam konteks ini, maka Tahun “Gereja Inklusif” menjadi sangat relevan dan sejalan dengan niat baik Pemerintah untuk terus membangun Indonesia menjadi tempat yang aman dan damai untuk dihuni oleh seluruh warga bangsa.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Paus Fransiskus dalam Pesannya untuk hari Perdamaian Sedunia, 01 Januari 2022 berkata: “Perdamaian abadi di dunia hanya dapat dicapai dengan menanggapi kebutuhan generasi sekarang dan masa depan”. Oleh karena itu, menurut Paus Fransiskus “Pendidikan, kerja, dan dialog antar generasi merupakan alat untuk membangun perdamaian abadi”. Perdamaian merupakan kebutuhan pokok dan kerinduan hati umat manusia yang merupakan anugerah pemberian Allah. “Dia adalah damai sejatera kita” (bdk. Mikha 5:4). Damai itu hanya tercipta bila seluruh umat manusia mencintai damai dan terbuka untuk saling mengasihi sebagai saudara-saudari serta siap untuk menjadi pembawa damai. Kasih Kristuslah yang mendorong kita (bdk. 2 Kor 5:14-15) untuk terus mengusahakan persaudaraan universal manusia. Marilah kita memasuki tahun Baru 2022 dengan penuh keyakinan bahwa Allah selalu bersama kita dan mari kita berjuang untuk selalu bersama Allah dan bersama saudara-saudari kita yang lain.
Akhirnya, kepada Anda sekalian yang kukasihi, kuucapkan Selamat merayakan Natal 2021 dan Menyambut Tahun 2022. Selamat Memasuki Tahun “Gereja Inklusif”. Tuhan memberkati Anda sekalian. Deus Caritas Est – Allah adalah Kasih.
Diberikan di Banjarmasin, 14 Desember 2021
Pada Peringatan Santo Yohanes dari Salib, Imam dan Pujangga Gereja.
† Petrus Boddeng Timang Uskup Keuskupan Banjarmasin |