Surat Gembala Prapaskah  2024

‘Bertobatlah dan Percayalah kepada Injil’

Saudara/saudari yang dikasihi Tuhan.

Damai dan kasih Tuhan selalu bersama kita semua.

Waktu berjalan sungguh cepat. Tidak terasa bahwa kita sudah memasukki Masa Prapaskah, yang sudah diawali dengan penerimaan Abu, pada tanggal 14 Februari 2024 yang  baru lewat.

Masa Prapaskah mengantar kita masuk kepada saat-saat penuh rahmat yang darinya kita dapat menimba hikmat dan kekuatan Ilahi untuk membaharui diri menuju manusia baru dalam Kristus Tuhan. Tema dan pesan penting  Masa Prapaskah  yang diwariskan oleh Gereja yang Kudus sepanjang tahun adalah Pertobatan: pertobatan hati, pikiran, dan perilaku terhadap  Tuhan dan sesama, termasuk juga sikap dan perilaku kita terhadap alam ciptaan. Dan kalimat Injil ini: Bertobatlah dan Percayalah kepada Injil menegaskan isi, maksud dan perintah Ilahi yang mesti didengar dan dihayati sepenuh hati selama masa Retret Agung  40 hari ini.

Sebagai Persekutuan Umat Beriman yang sedang  berziarah di dunia ini, hidup kita ( perasaan, perkataan, perbuatan dan perilaku ) pada kenyataannya  tidak selalu sejalan dengan, firman dan kehendak Tuhan. Banyak kali perilaku kita kurang mencerminkan atau bahkan bertentangan dengan identitas dan maratabat mulia yang kita terima pada saat pembaptisan. Di satu sisi  kesalahan, dan pelanggaran itu membuat kita jauh dari Tuhan yang adalah Kebenaran dan Kehidupan. Di sisi lain, dosa-dosa itu mengakibatkan hubungan  dengan sesama menjadi renggang dan kurang bersaudara: suatu suasana hidup yang berat, sedih, kering,  hampa  dan suram.  Situasi macam itu menggemakan dengan jelas perkataan Rasul Paulus: upah dosa adalah maut.

Justru karna kondisi dan hidup kita rapuh, lemah, banyak cacat cela dan dosa,  maka kita patut bersyukur memasukki Masa Prapaskah ini dan menyambut dengan hati  gembira masa tobat,  pantang dan puasa ini. Mengapa? Karena kita masih diberi kesempatan untuk berbenah diri; diberi waktu untuk bertobat dan kembali ke jalan Tuhan sambil juga menata kembali hubungan kita dengan sesama dalam semangat kasih, persaudaraan dan bela rasa. Begitulah aksi pertobatan yang dilakukan sepanjang Masa Prapaskah ini kiranya menjadi jalan yang benar dan lurus menuju kebaikan, kekudusan dan kesempurnaan.

Bacaan bacaan Kitab Suci dan Ajaran Gereja yang kudus memberitahukan beberapa cara dan wujud konkrit untuk membenahi diri lebih bijak yakni :  menyesali dosa-dosa, berkajang dalam doa dan ulah kesalehan, bergiat dalam aksi amal kasih / derma,  dan berusaha mengendalikan hawa nafsu dan amarah melalui pantang dan puasa. Jalan-jalan  itu ditunjukkan untuk membimbing kita kepada hidup baru dan kemerdekaan sejati Anak-anak Allah.

Bersamaan dengan ajakan pertobatan Tuhan Yesus juga mengingatkan:  Percayalah kepada Injil. Percaya kepada Injil pada dasarnya berarti menyerahkan hati, pikiran, perkataan dan perilaku kita sepenuhnya agar diterangi, dipimpin dan dikuasai oleh Roh Tuhan dan Sabda-Nya yang kudus, sehingga seperti dikatakan Rasul Paulus: bukan lagi aku yang hidup, tetapi Yesus Kristuslah yang hidup dalam aku.  Itu berarti juga bahwa kita hendaknya tidak membiarkan diri dikuasai oleh kehendak, nafsu, pikiran, perilaku dan egoisme diri yang destruktif, yang membuat kita  abai terhadap kehendak  Tuhan dan kebaikan bersama. Atau dengan rumusan lain, Injil itu harus diberikan tempat istimewa dalam hati dan pikiran: lebih rajin membaca kitab suci dan mengamalkan ajarannya dengan semangat berkobar-kobar.

Dalam perspektif hukum kanonik, hakekat Masa Prapaskah dijelaskan sebagai berikut: “Semua orang beriman kristiani wajib menurut cara masing-masing  melakukan tobat demi hukum Ilahi; tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, dimana umat beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk  doa, menjalankan karya kesalehan dan amal kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpantang dan berpuasa…” (Bdk.Kan. 1249). Sedangkan hari waktu tobat itu dirinci lebih jelas, yakni setiap hari Jumat sepanjang tahun dan masa 40 hari sebelum Paskah, yang kita kenal dengan Masa Prapaskah (Bdk. Kan. 1250).

Baca Juga:  Surat Gembala Menyambut Sinode 2021-2023 Keuskupan Banjarmasin

Ketentuan konstitusi gerejani tersebut memperlihatkan bahwa Masa Prapaskah  membawa serta beberapa upaya  rohani ini yang wajib dijalankan, diantaranya:  doa dan ibadat Ilahi, karya kesalehan dan amal kasih/ derma, serta pengendalian diri yang diwujudkan lewat pantang dan puasa. Menjalankan dengan penuh bakti kebajikan-kebajikan itu akan mendatangkan rahmat dan kekuatan ilahi untuk dapat  bertumbuh dan berbuah limpah dalam penghayatan iman, kasih dan pengharapan.

Untuk Masa Prapaskah tahun 2024 ini,  KWI ( Konferensi Wali Gereja Indonesia ) menghadirkan  tema APPN 2024 bertajuk: “Mengembangkan Ekonomi Ekologis.” Tema penting ini diinsipirasikan oleh  visi Paus Fransiskus tentang  ekonomi. Menurut Bapa Suci, sekarang ini sudah saatnya dan bahkan  sangat urgen, bahwa  manusia harus berpikir serius tetang ekonomi yang berkeadilan serta melaksanakan konsep dan tata ekonomi baru  yang lebih humanis dan ekologis.  Perlu mempromosikan dan memulai praktik-pratik ekonomi yang memperjuangkan dan berorientasi pada tujuan-tujuan kemanusiaan dan keutuhan ciptaan. Dengan kata lain, konsep dan gerakan Ekonomi Ekologis, yaitu Ekonomi yang melayani manusia dan merawat ciptaan, sudah waktunya untuk dijalankan, mengingat ekonomi yang dipraktekkan saat ini nampaknya telah gagal menjamin nilai kesejahteraan dan tanggung jawab ekologis. Jelas secara kasat mata, bahwa pertumbuhan ekonomi yang mengabaikan isu-isu ekologis menyisakan banyak masalah lingkungan hidup, termasuk perubahan iklim yang mengakibatkan bencana alam: banjir bandang, kekeringan, suhu bumi yang makin meningkat dan polusi dsb. Dampak negatif dari praktek ekonomi yang tidak humanis dan ekologis bukanlah ancaman, kerugian dan resiko yang kecil bagi kehidupan dan kesejahteraan generasi yang akan datang, pun juga  bagi keberlangsungan hidup segala makhluk ciptaan.

Sebagai bagian gereja universal, umat beriman Keuskupan Banjarmasin dipanggil dan diutus untuk menghayati konsep dan nilai-nilai ekonomi ekologis dalam hidup keseharian sesuai dengan posisi dan peran masing-masing. Implikasinya adalah bahwa dalam hubungan dengan sesama, prinsip dan nilai keadilan, belarasa, persaudaraan yang dilandasi oleh rasa hormat kepada martabat manusia sebagai citra Allah haruslah mendapat tempat terdepan dan utama dalam  perilaku ekonomi kita tanpa pandang bulu.  Sedangkan dalam hubungan dengan  alam ciptaan ini / ekologi, kita diingatkan untuk  menunjukkan sikap peduli dan rasa tanggung jawab dalam hal memperlakukan, merawat dan melindungi  keutuhan dan kelestarian  alam ciptaan: tidak mengotori apalagi merusaknya tanpa alasan yang  dapat dipertanggungjawabkan.

Baik disadari bahwa bumi, planet yang menjadi rumah kita bersama ini hanya satu. Kekayaan mineral di dalamnya dapat habis dan bukan tanpa batas. Itu berarti bahwa eksploitasi bumi  secara rakus dan tamak akan menyisakan bumi yang rusak, miskin, kering bahkan beracun bagi hidup miliaran generasi-generasi muda yang masih akan datang dalam banyak tahun dan abad ke depan. Sejatinya, generasi sekarang ini terikat kewajiban moral untuk mewariskan bumi ini dalam keadaan baik, aman  dan bersih supaya  generasi yang akan datang masih bisa hidup  aman dan nyaman. Itulah sebabnya bahwa  bukan hanya ekonomi ekologis, tetapi juga pertobatan ekologis perlu segera digaungkan: perlu hemat  menggunakan sumber daya alam ini, perlu  ramah bergaul dengan lingkungan hidup dan perlu memupuk kepedulian untuk merawat  kelestarian alam ciptaan ini. Inilah beberapa sikap dan cara berpikir baru yang patut ditumbuhkan dalam masa tobat ini.

Di Keuskupan Banjarmasin, Masa Prapaskah tahun 2024 ini bertepatan dengan hari Tahun Syukur dan Evaluasi, yang akan menutup rangkaian program-program Arah Dasar Keuskupan kita. Maka dalam suasana tobat dan dalam semangat pembaharuan diri yang berkobar-kobar, kita perlu mengadakan evaluasi yang jujur dan obyektif tentang visi misi, strategi dan program yang sudah dicanangkan dalam Arah Dasar itu. Evaluasai ini penting dan berguna untuk mengecek  sejauh mana visi misi dan program-program itu sudah direalisasikan;  bagaimana nilai-nilai, harapan dan sasaran yang termuat dalam Arah Dasar tersebut diimplementasikan secara konkrit, kontekstual dan aktual. Kita sepenuhnya sadar bahwa bukan teori yang membuat perubahan, tapi aksi konkrit.

Baca Juga:  Surat Gembala Prapaskah 2022: Gereja yang Memelihara dan Merawat Kehidupan

Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin 2015 -2024 merumuskan dengan jelas bahwa Visi Keuskupan Banjarmasin adalah sebagai berikut: “Umat Allah Keuskupan Banjarmasin adalah persekutuan umat beriman Katolik yang mengetahui, memahami, menghayati dan mewujudkan imannya dalam bimbingan Roh Kudus berziarah menuju Gereja yang konstekstual, berdialog, inklusif dan transformatif demi memacarkan kasih Allah di Kalimantan Selatan.” Visi yang besar, luas dan indah itu adalah buah refleksi yang dalam dan  sekaligus merupakan  kristalisasi dari cita-cita  luhur, harapan yang besar, komitmen yang penuh  serta tekad  membara yang hidup dalam Gereja Keuskupan Banjarmasin, yang ingin menjadi agen perubahan serta ingin membuat kehadirannya  terasa  dalam pelayanan sosial karitatif dan terlihat kesaksian hidup yang memancarkan cahaya kasih Tuhan di bumi Kalimantan Selatan ini.

Visi tersebut juga mengarahkan dan mengajak  kita untuk bergerak lebih maju, bersikap lebih solider, berkontribusi  lebih aktif dan siap berkerja sama  demi perkembangan  iman katolik, kemajuan Gereja sebagai Umat Allah dan kebaikan bersama. Singkat kata, Umat Keuskupan Banjarmasin mau menegaskan keberadaannya: tidak hanya asal ada, tidak hanya asal hidup, tidak pasif apalagi apatis dalam dalam hidup bermasyarakat dan bergereja. Umat Allah Keuskupan Banjarmasin ingin membuktikan dengan semangat yang bekobar-kobar kesungguhan iman, harapan kasih di antara umat manusia dan membuatnya  bercahaya di tengah dunia. Umat katolik Keuskupan Banjarmasin mau  menjadi Gereja yang berkualitas dan bermartabat baik dalam memperjuangkan kebenaran dan  keadilan, maupun dalam mengejar  kekudusan, kebahagian dan kehidupan kekal.  Visi yang besar dan inspiratif ini perlu terus direnungkan, dipahami dan diupayakan perwujudannya setiap hari, dalam semangat ecclesia semper reformanda, khususnya  pada masa Retret Agung yang penuh berkat dan rahmat Ilahi ini.

Sebagai penjabaran dari misi besar di atas, Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin juga menetapkan 7 misi penting yang harus dijalankan dalam kurun waktu 10 tahun terhitung dari tahun 2015 – 2024 ini, yaitu:

1. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan perwujudan iman umat Allah dalam hidup menggereja dan bermasyarakat.

2. Menjadikan Ekaristi sebagai sumber dan puncak hidup Kristiani

3. Meningkatkan keterlibatan umat Allah secara aktif untuk bersaksi dalam hidup menggereja dan bermasyarakat.

4. Memberdayakan Lembaga dan karya pelayanan Gereja kepada Masyarakat

5. Meningkatkan peran kelompok kategorial dalam kegiatan menggereja dan bermasyarakat

6. Meningkatkan solidaritas dan belarasa umat Allah dengan sesame dan lingkungan/alam ciptaan

7. Mengakarkan Gereja pada Masyarakat Asli Kalimantan Selatan.

Dengan dinobatkannya tahun 2024 sebagai Tahun Syukur dan Evaluasi, maka memang sudah pada tempatnya bahwa pada tahun ini  – lebih lebih dalam Masa Prapaskah ini – Umat Keuskupan Banjarmasin perlu melihat sejenak ke belakang sambil bertanya diri: sebesar apa usaha yang telah dibuat, baik  secara individu maupun secara bersama-sama, untuk mewujudkan visi dan misi yang dikumandangkan itu?  Apa efek yang terasa dan kelihatan dari visi dan misi tersebut dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat di Kalimantan Selatan ini. Apakah Gereja Keuskupan Banjarmasin sudah membuat  usaha-usaha yang signifikan dalam merealisasikan mimpinya menjadi agen perubahan dalam masyarakat?

Respon terhadap pertanyaan-pertanyaan itu dapat menimbulkan reaksi dan sentimen yang berbeda bagi setiap individu. Namun di atas segalanya itu,  capaian-capaian dan kesuksesan yang telah diraih kiranya tidak perlu membuat kita menjadi sombong atau berpuas diri. Prestasi-prestasi itu kita terima dengan hati yang penuh syukur dan berterima kasih kepada Tuhan, yang telah mengutus Roh-Nya dan mencurahkan berkat serta kekuatan-Nya kepada kita sehingga bisa menjalankan misi itu dengan baik. Prestasi itu juga  mestinya menambahkan keyakinan dan memacu semangat juang bahwa kita bisa, bahkan bisa lebih baik lagi di masa depan.

Baca Juga:  Misa Harian Jumat Pekan Biasa XVII, 30 Juli 2021

Sebaliknya, manakala berhadapan dengan kegagalan-kegagalan atau kekecewaan, entah disebabkan ketidakmampuan atau karna  keterbatasan prasarana atau bahkan mungkin karena kelalaian dan kurangnya motivasi/niat dalam merealisasikan visi misi itu,  maka Tahun Evaluasi ini membuka kesempatan yang luas dan baru untuk berbenah diri lebih serius  sambil memperbaharui  tekad dan  memulai hidup baru yang lebih baik. Menyikapi kekurangan  dan kelemahan itu, pertobatan hati dan perilaku itulah solusi yang paling jitu, bijak  dan cerdas untuk bangkit dari kegagalan dan kejatuhan. Meratapi kegagalan atau mengeluhkan kekurangan saja tentu bukanlah jalan yang efektif untuk mencapai kemajuan dan pembaharuan hidup yang lebih baik.

Tahun Evaluasi dan Syukur dan tema APPN 2024: “Mengembangkan Ekonomi Ekologis” pada prinsipnya berjalan serasi dan saling melengkapi. Oleh keduanya, pesan Masa Prapaskah menjadi lebih jelas dan luas, yakni: pertama, dipahami   bahwa aksi pertobatan  tidak  hanya terbatas pada rekonsiliasi  dengan Tuhan dan sesama manusia, pun juga tidak terbatas hanya doa, meditasi, karya amal kasih/ derma dan pantang dan puasa. Kedua, disadari bahwa aksi tobat itu  juga mencakup cara kita memandang dan bergaul dengan alam ciptaan ini: kita harus mulai bersahabat dengan alam dan peduli untuk kelestariannya; kita perlu lebih  peka mendengar jeritan alam yang sedang sakit dan berhenti merusak atau menyakitinya dengan menguras perut bumi secara rakus, serakah dan tamak.

Perlu dicamkan baik-baik bahwa merusak dan menyakiti alam ciptaan berarti  melawan dan  menghina Sang Penciptanya.  Lagi pula, adalah tidak adil, tidak bertanggungjawab, pun tidak etis, mewariskan bumi yang sudah rusak, dan tercemar bahan kimia berbahaya untuk generasi yang akan datang. Maka demi kebaikan bersama dan keutuhan alam ciptaan, kita perlu memulai aksi pertobatan ekologis selama masa tobat ini, dengan cara-cara yang  sederhana seperti :  menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan hidup dari serbuan sampah-sampah plastik atau bahan kimia beracun lainnya serta memelihara kelestarian lingkungan hidup dengan penanaman pohon-pohon di sekitar pekarangan atau kebun kita.

Masa Prapaskah adalah masa penuh rahmat dan menjadi kesempatan emas bagi manusia yang mengejar kekudusan dan mengusahakan pembaharuan hidup yang lebih baik di hadapan Tuhan dan sesama. Sebagai pengikut Tuhan Yesus, kita percaya bahwa jalan untuk  membuat silih dan mendapatkan pengampunan atas  dosa-dosa – yang tidak lain adalah buah-buah busuk dari ketegaran dan ketegaan hati manusia terhadap Allah, sesama dan  alam ciptaan –  terbuka lebih lebar dan terang selama masa tobat ini. Bahkan lebih dari itu, kitab suci mengajarkan bahwa  Allah Bapa yang Maharahim akan  mengampuni dan berpesta pora jika orang-orang lemah dan berdosa kembali kepada-Nya dan bertobat. Ketahuilah,  Tuhan Yesus datang ke dunia dan rela wafat di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita: bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Masa tobat ini adalah masa paling tepat untuk datang dan meminta kesembuhan dari dosa kepada Yesus.

Selamat menjalani Retret Agung menyongsong hari Kemenangan dan Kebangkitan Tuhan Yesus, Sang Penebus kita.

 

Banjarmasin, 15 Februari 2024

 

Mgr. Victorius Dwiardy OFMCap.

Uskup Keuskupan Banjarmasin