Tradisi Peranakan Tionghoa Banjar: Sembahyang Onde-Onde
oleh: Maria Roeslie
Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, barangkali ungkapan ini yang dulu dipakai oleh generasi nenek moyang Suku Tionghoa yang awal menetap di Banjarmasin. Sehingga tidak heran jika penyerapan budaya lokal Suku Banjar sangat besar pengaruhnya dalam melaksanaan tradisi leluhur suku Tionghoa.
Yang dimaksudkan penulis sebagai Peranakan Tionghoa Banjar adalah warga keturunan Tionghoa yang sudah beberapa generasi lahir dan besar serta membaur dengan penduduk asli baik dengan ikatan perkawinan ataupun dalam hal percampuran budaya dan bahasa dan telah menganggap Indonesia sebagai tanah tumpah darahnya namun tidak melupakan budaya asli nenek moyangnya.
Dalam edisi kali ini penulis mencoba mengangkat tema Tradisi Sembahyang Onde – Onde (Tang Yuan)
Perayaan ini dikenal juga sebagai perayaan festival musim dingin di negara asalnya, Tiongkok.
Diperingati setiap tahun pada tanggal 21 atau tanggal 22 bulan Desember penanggalan Masehi, dikenal juga dengan perayaan Dongzhi atau dalam bahasa Mandarin Hanzi (冬至). Peringatan di antara tanggal 21 atau 22 tergantung posisi matahari pada saat itu, dimana jika matahari berada pada posisi 23,5° Lintang Selatan dan bergerak menuju utara, maka saat itulah Dongzhi.
Dongzhi biasanya jatuh pada tanggal 22 Desember , namun bila tahun tersebut berada pada tahun kabisat atau di bawah pengaruh shio Tikus, Naga, dan Monyet, maka dirayakan pada tanggal 21 Desember 2021.
Perayaan ini termasuk 5 (lima) perayaan penting dalam kalender Tiongkok,
- Festival musim semi: tahun baru Imlek, tanggal 1 bulan 1 penanggalan Tionghoa
- Ceng Beng: ziarah makam, Pertengahan Maret sampai tanggal 5 April penanggalan Masehi
- Peh Cun : tanggal 5 bulan 5 penanggalan Lunar Imlek Tionghoa
- Festival musim gugur, Tiong Ciu Pia : tanggal 15 bulan 8 penanggalan Lunar Imlek Tionghoa
- Festival musim dingin: Dongzhi, tanggal 22 Desember penanggalan Masehi
Di Banjarmasin, perayaan Onde-Onde / Dongzhi dengan melakukan ritual sebagai berikut:
Ritual yang dilakukan adalah biasanya keluarga berkumpul satu hari sebelum hari perayaan, misal perayaan jatuh pada tanggal 22 Desember, maka pada tanggal 21 Desember anggota keluarga berkumpul untuk bersama-sama membuat onde-onde. Onde-onde terbuat dari tepung beras ketan. Cara membuatnya adalah tepung beras ketan diberi air secukupnya, lalu diaduk. Kemudian ambil air lagi untuk dididihkan, setelah mendidih disiramkan sedikit demi sedikit ke larutan tepung beras ketan tadi sampai mengental dan menjadi transparan seperti lem. Ambil secukupnya dan ditaburi tepung beras ketan dan pewarna makanan lalu diulen secukupnya. Adonan dibuat memanjang untuk dipotong-potong. Setelah itu potongan-potongan kecil berwarna warni. ditaruh diatas nyiru/ tampah bambu. Dibuat membentuk bulat-bulat, yang melambangkan keutuhan dan persatuan dalam keluarga. Membuatnya menggunakan nyiru adalah melambangkan keharmonisan, dimana potongan-potongan kecil dielus secara bersama di dalam nyiru menggunakan telapak tangan sehingga menjadi bulat secara bersama oleh anggota keluarga. Onde-onde umumnya dibuat warna merah muda, hijau dan warna putih original. Sebagian keluarga peranakan ada juga yang menyiapkan bungkus kertas merah berbentuk prisma segi tiga untuk meletakkan onde-onde di kusen kiri dan kanan pintu masuk rumah.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali adonan bulat-bulat direbus dalam panci sampai mengapung diangkat dan pindahkan dalam suatu wadah baskom yang berisi air matang. Sisihkan. Diambil dan tiriskan sesaat sebelum dimasukan dalam mangkok berisi air rebusan gula. Air gula melambangkan hubungan dalam keluarga yang manis. Ada juga yang memberi variasi jahe saat merebus air gula tersebut.
Onde-onde yang sudah masak warna merah dan putih langsung ditempelkan di kusen pintu bagian luar rumah bagian sisi kiri dan kanan pintu. Rumah Tionghoa Banjar pada zaman dulu biasa mempunyai tiga pintu keluar, yaitu pintu utama bagian depan rumah, pintu samping dan pintu belakang. Ada juga yang menempelkannya setelah membungkusnya dengan kertas merah berbentuk prisma segi tiga yang telah disiapkan malam sebelumnya tersebut. (seperti bungkusan kue siput).
Sebagian onde-onde disajikan sebagai persembahan di meja sembahyang leluhur, sebagian lagi untuk dimakan bersama anggota keluarga dan dilanjutkan dengan doa bersama untuk keutuhan dan keharmonisan dalam keluarga.
Dalam perkembangan nya onde-onde dibuat dengan bermacam variasi, ada yang membuat onde-onde dengan isian kacang tanah (seperti isian kue untuk-untuk Banjar), dan juga disajikan dengan air jahe dan gula merah, seperti ini dikenal juga dengan nama ronde.
Onde-onde yang berbentuk bulat melambangkan keutuhan, persatuan, harmonisasi keluarga, juga melambangkan keseimbangan alam yakni Yin dan Yang.
Legenda yang terkait dengan tradisi/ ritual ini ada berbagai versi, antara lain
Perayaan Dongzhi yang sebenarnya sudah ada sejak dinasti Zhou. Tapi karena pada masa Zhou memiliki sistem kalender yang berbeda ( cat: penempatan tahun baru ). Pada masa tersebut, Dongzhi dianggap tahun baru. Kemudian pada masa dinasti Han, dimana sistem kalender berubah lagi, barulah Dongzhi dirayakan secara meriah dan dengan cara yang berbeda pada masa dinasti Zhou. Perayaan Dongzhi yang sekarang ini bisa dikatakan berasal dari dinasti Han.
Dong ; berarti musim dingin, zhi ; berarti paling/sangat . Dongzhi adalah hari dengan siang terpendek (malam terpanjang) di bumi bagian utara. Matahari berada pada posisi paling selatan (23,5° LS). Dongzhi memiliki makna yang luas dan mengandung unsur kekeluargaan. Dan kita harus tahu bahwa keluarga merupakan salah satu pilar budaya Tionghoa. Selain itu dalam Dongzhi ada makanan yang melambangkan bentuk perlawanan terhadap mereka yang zalim. Tangyuan atau onde melambangkan persatuan dan keharmonisan keluarga. Yuan yang artinya bulat melambangkan kesempurnaan. Tangyuan kadang disebut tuanyuan yang artinya adalah reuni keluarga. Selain itu juga ada pepatah yang disebutkan pada saat Dongzhi, “Tidak memakan pil emas, tidak memakan pil perak, tidak bertambah satu tahun.” Maksudnya adalah mereka yang makan onde akan bertambah umurnya satu tahun, dan ini merupakan suatu doa atau harapan agar kita selalu panjang umur. Orang Tiongkok utara memakan Jiao’er atau Huntun. Ketika dinasti Han, banyak penduduk menderita penyakit akibat hawa dingin hingga telinganya membeku ( disebut jiaoer ). Seorang tabib Zhang Zhongjing (25-220 M) membuat ramuan obat yang terdiri dari daging, bumbu serta bahan obat, yang dibungkus menyerupai bentuk telinga. Zaman dinasti Han penduduk sering diganggu oleh orang Xiongnu yang dipimpin oleh dua orang yang bernama Hun dan Tun. Untuk mengekspresikan kejengkelan mereka, dibuatlah makanan yang dinamakan huntun. Sehingga memakan huntun diartikan memakan pemimpin Xiongnu: Hun dan Tun. Tradisi berkumpul bersama dan makan Tang Yuan mengawali musim dingin.
Di daerah Jiang Nan, pada Festival Dong Zhi, semua anggota keluarga berkumpul dan sama-sama menikmati makanan yang terbuat dari beras ketan dan Kacang Merah. Tradisi tersebut berasal dari cerita seorang yang bermarga Gong Gong [共工]. Dia memiliki seorang putra yang jahat, sering berbuat segala kejahatan yang menganggu keamanan masyarakat. Orang Jahat tersebut meninggal dunia di hari Dong Zhi dan menjadi Setan Penyakit yang masih tetap mengganggu masyarakat. Tetapi Setan Penyakit tersebut takut akan Kacang Merah sehingga Masyarakat saat itu memasak Nasi Kacang Merah dan memakannya untuk mengusir Setan Penyakit dan menghindari Penyakit.
Pada 2500 tahun yang lalu, ahli astrologi zaman Chun Qiu (zaman semi gugur) telah berhasil menetapkan hari Dong Zhi dengan akurat. Oleh karena itu, Hari Dong Zhi adalah hari yang paling awal ditetapkan sebagai salah satu Jie Qi dari 24 Jie Qi dalam Kalender Imlek.
24 Ji Qi atau posisi matahari. 1 posisi matahari adalah berjangka waktu 15 hari, ada 2 posisi matahari dalam 1 bulan. Posisi ini telah ada sejak zaman Huangdi (2697 SM, 4700 tahun lalu) didasarkan atas 12 cabang bumi yang diciptakan olehnya. ( Sumber : http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/1544-happy-dongzhi–tradisi-perayaan-dongzhi-dan-pilar-budaya-tionghoa )
Salam sehat dan bahagia, MARIA ROESLIE