Kamis (15/04/2021) Rekoleksi Keluarga seri keempat, yang diadakan oleh Komisi Keluarga Keuskupan Banjarmasin bekerjasama dengan Pusat Kerasulan Keluarga MSF Banjarbaru mengangkat tema Yesus Kristus Memimpin Kita dalam Iman. Kegiatan yang menghadirkan Narasumber Uskup Keuskupan Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang tersebut berlangsung selama dua jam dengan diikuti oleh 63 partisipan Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Pusat Pastoral Keuskupan Banjarmasin.

Bapak Uskup Keuskupan Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang menguraikan materi dalam empat bagian, yaitu: (1) Surat Apostolik Paus Benediktus XVI “Porta Fidei,” (2) Konstitusi Dogmatis “Dei Verbum,” (3) Iman Menurut Katekismus Gereja Katolik, (4) Yesus sebagai Pemimpin dalam Iman. Usai pemaparan, para peserta yang mengikuti melalui Zoom, diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau tanggapan dengan dipandu oleh Ketua Komisi Keluarga KEBAN, RP. Ignas Tari, MSF selaku Moderator dalam acara tersebut.

Surat Apostolik “Porta Fidei”

Porta Fidei merupakan Surat Apostolik Paus Benediktus XVI dalam bentuk motu proprio (dari persetujuannya sendiri) yang dikeluarkan di Basilika Santo Petrus Vatikan pada 11 Oktober 2011 dan sebagai pencanangan Tahun Iman (11 Oktober 2012 – 24 November 2013).

Salah satu bagian dalam Porta Fidei dinyatakan, “Sekarang ini kita harus tetap memandang Yesus Kristus, “yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan” (Ibr. 12:2): di dalam Dia, semua kekhawatiran dan semua kerinduan hati manusia mendapatkan pemenuhannya. Sukacita kasih, jawaban atas drama penderitaan dan kesakitan, kekuatan pengampunan di hadapan sebuah penghinaan yang diterima dan kemenangan hidup atas kehampaan kematian: semuanya itu mendapatkan kepenuhannya di dalam misteri Inkarnasi- Nya melalui kekuatan kebangkitan-Nya.”

Surat Apostolik Porta Fidei juga menguraikan teladan iman-kepercayaan yang telah menandai dua ribu tahun sejarah keselamatan manusia. Dengan iman, Maria menerima kata-kata Malaikat dan percaya kepada pesan bahwa dia akan menjadi Bunda Allah dalam ketaatan kesalehannya hingga wafat dan kebangkitan Yesus. Karena iman, para rasul telah meninggalkan semuanya dan mengikuti Tuhan mereka (bdk. Mat. 10:28) dan mewartakan Kabar Gembira kepada semua ciptaan (bdk. Mrk. 16:15) tanpa takut.

Baca Juga:  Digitalisasi Berkat Bagi Kebangkitan Nasional

Karena iman, para murid membentuk komunitas pertama,yang berhimpun di sekeliling ajaran para rasul, di dalam doa, di dalam perayaan Ekaristi, sambil mempertahankan kepunyaan mereka sebagai milik bersama, sehingga mereka memenuhi kebutuhan saudara- saudara (bdk. Kis. 2:42-47).

Karena iman, para martir menyerahkan hidup mereka, sambil memberi kesaksian pada kebenaran Injil yang telah mengubah hidup mereka dan membuat mereka mampu mendapatkan anugerah terbesar cinta kasih: yakni pengampunan kepada para penganiaya mereka.

Karena iman, sepanjang abad pria dan wanita dari segala usia, yang namanya tercatat di dalam Kitab Kehidupan (bdk. Why. 7:9; 13:8), telah mengakui keindahan mengikuti Tuhan Yesus, kemana pun mereka dipanggil, untuk memberi kesaksian pada kenyataan, bahwa  mereka adalah  orang-orang   kristiani: di dalam keluarga, di tempat kerja, dalam kehidupan publik, dalam  menjalankan  karisma dan pelayanan yang menjadi panggilan hidup mereka. Karena iman, kita juga hidup: dengan menghayati  pengakuan  kita kepada Tuhan Yesus, yang hadir di dalam hidup dan sejarah kita.

Konstitusi Dogmatis “Dei Verbum” (DV)

DV (3) menyatakan, Allah, yang menciptakan segala sesuatu melalui Sabda- Nya (lih. Yoh 1:3) serta melestarikannya, dalam makhluk-makhluk senantiasa memberikan kesaksian tentang diri-Nya kepada manusia (lih. Rom 1:19-20). Lagi pula  karena  Ia  bermaksud  membuka jalan menuju keselamatan di sorga,  Ia sejak awal mula telah menampakkan Diri kepada manusia pertama. Setelah mereka jatuh, dengan menjanjikan penebusan Ia mengangkat mereka untuk mengharapkan keselamatan (lih. Kej 3:15). Tiada putus- putusnya Ia memelihara umat manusia, untuk mengurniakan hidup kekal kepada semua, yang mencari keselamatan dengan bertekun melakukan apa yang baik (lih. Rom 2:6-7).

Kemudian dalam DV 4 diuraikan bahwa setelah berulang kali dan dengan pelbagai cara Allah bersabda dengan perantaraan para nabi, “akhirnya pada zaman  sekarang   Ia   bersabda   kepada kita dalam Putera” (Ibr 1:1-2). Sebab Ia mengutus Putera-Nya, yakni Sabda kekal, yang menyinari semua orang, supaya tinggal di tengah umat manusia dan menceritakan kepada mereka hidup Allah yang terdalam (lih. Yoh 5:36; 17:4). Maka Yesus Kristus, Sabda yang menjadi daging, diutus sebagai “manusia kepada manusia”, “menyampaikan sabda Allah” (Yoh 3:34), dan menyelesaikan karya penyelamatan, yang diserahkan oleh Bapa kepada-Nya (lih. Yoh 5:36; 17:4).

Baca Juga:  Ventimiglia Digital

Adapun tata keselamatan kristiani, sebagai perjanjian baru dan tetap, tidak pernah akan lampau; dan sama sekali tidak boleh dinantikan lagi wahyu umum yang baru, sebelum Tuhan Kita Yesus Kristus menampakkan Diri dalam kemuliaan-Nya (lih. 1Tim 6:14 dan Tit 2:13).

Kepada Allah yang menyampaikan wahyu, manusia wajib menyatakan “ketaatan iman” (Rom 16:26; lih. Rom 1:5 ; 2 Kor 10:5-6). Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan “kepatuhan akalbudi serta  kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan,” dan dengan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikurniakan oleh-Nya. Agar orang dapat beriman seperti itu, diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta menolong, pun juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan hati dan membalikkannya kepada Allah, membuka mata budi, dan menimbulkan “pada semua orang rasa manis dalam menyetujui dan mempercayai kebenaran”. Supaya semakin mendalamlah pengertian akan wahyu, Roh Kudus itu juga senantiasa menyempurnakan iman melalui kurnia-kurnia-Nya (DV 5).

Iman: Jawaban Manusia kepada Allah

Melalui iman, manusia menaklukkan seluruh pikiran dan kehendaknya kepada Allah. Dengan segenap pribadinya manusia menyetujui Allah yang mewahyukan diri. Kitab Suci menamakan jawaban manusia atas undangan Tuhan yang mewahyukan diri itu “ketaatan iman”. Taat ⟮ob-audire⟯ dalam iman berarti menaklukkan diri dengan sukarela kepada Sabda yang didengar, karena kebenarannya sudah dijamin oleh Allah, yang adalah kebenaran itu sendiri. Sebagai contoh ketaatan ini, Kitab Suci menempatkan Abraham di depan kita. Perawan Maria melaksanakannya atas cara yang paling sempurna.

Iman adalah ikatan pribadi manusia dengan Allah dan sekaligus, tidak terpisahkan dari itu, persetujuan secara bebas terhadap segala kebenaran yang diwahyukan Allah. Sebagai ikatan pribadi dengan Allah dan persetujuan terhadap kebenaran yang diwahyukan Allah, iman Kristen berbeda dengan kepercayaan yang diberikan kepada seorang manusia. Menyerahkan diri seluruhnya kepada Allah, dan mengimani secara absolut apa yang Ia katakan adalah tepat dan benar.

Baca Juga:  Talenta Anak Muda dan Budaya Gotong Royong

Yesus Pemimpin dalam Iman

Injil menyatakan bahwa Yesus adalah Pemimpin, Jalan, Pintu (bdk. Mat 2:6, 23:10, Yoh 10:9, Yoh 14:6) menuju keselamatan. Yesus juga menjadi Imam Besar agar manusia mendapatkan rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya” (bdk. Ibr 4:14-16). Yesus Kristus adalah tokoh keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.” Ia sempurna dalam ketaatan sampai wafat di salib.
Iman akan kebangkitan Yesus bertumbuh dalam komunitas atau persekutuan (Mat 28:10; Mrk 16:8; Luk
24:36-39;   Yoh   20:19-23;   Kis   2:41-47; 4:32-37). Untuk itu kita memerlukan orang lain atau  komunitas  agar  iman kita semakin kuat mengingat banyaknya hambatan-hambatan yang kita alami dalam menumbuhkan iman seperti: rasionalisme, empirisme (bdk Tomas: Yoh 20:25), egoisme – egosentrisme, ambisi pribadi, baper: cemas, takut, angkuh, serakah, martabat pribadi, kekuasaan.

Dalam menumbuhkan iman, sebagai murid Yesus, penganut jalan Tuhan, orang kristen (Kis 11:26), perlu semakin:

  • • Mengenal Yesus (mengetahui, memahami, menghayati, mewujudkan: ARDAS KEBAN): Nemo dat quod no habet,
    • Bekerja bersama Yesus (Yoh 15:5: ….”Di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa- apa”),
    • Bekerja seperti Yesus: mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Bapa (Yoh 9:4; 10:25).
  • Tujuannya ialah supaya kita semakin percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan oleh iman itu memperoleh hidup dalam nama-Nya (Yoh 20:30; penutup injil Yohanes; bdk. Yoh 3:36 “Barang siapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang  kekal,   tetapi   barangsiapa   tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada diatasnya”).Dengan demikian mereka mampu, berani, tekun, dan setia mewartakan kasih Allah kepada sekalian makhluk, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakan injil kepada segala makhluk” (Mrk 16:15). (smr)