Lima puluh tahun yang lalu, tepatnya 6 Oktober 1971 merupakan peristiwa bersejarah bagi Tarekat MSC Provinsi Indonesia.  Saat itu Tarekat yang memiliki spirit  “Semoga Hati Kudus  Yesus, dikasihi dimana-mana !” mulai hadir, mandiri dan eksis bersama umat, Gereja dan masyarakat. Kini, sebagai perayaan syukur atas 50 tahun kehadirannya di Indonesia, MSC Kalimantan Selatan menggelar aneka kegiatan yang dipusatkan di Paroki Santo Yosep Suriyan, Tabalong.

Webinar  “Generasi Muda: Tantangan  Beriman di tengah Dunia Modern”

Webinar dengan peserta anak-anak muda dan pemerhati anak muda tersebut  dilaksanakan pada hari Selasa, 19 Oktober 2021 pukul 19.00 sampai selesai, menghadirkan empat MSC Muda sebagai Narasumber, yaitu:  MSC Muda yang berkarya di Jepang, Equador, Seminari Menengah dan seorang dosen Filsafat  di Seminari Tinggi Hati Kudus Yesus  Pineleng Manado, RP. Dr. Barnabas Ohoiwutun,  MSC.

  1. Frits Ponomban, MSC mengisahkan situasi gereja di Jepang adalah Gereja kaum uzur. Karakter masyarakat Jepang pada umumnya berorientasi pada karir, kerja dan ekonomi sehingga juga berimbas pada generasi muda Gereja, orientasi hidup mereka adalah karir, kerja yang berpengaruh langsung pada ekonomi sehingga sulit untuk berkumpul dalam berbagai kegiatan menggereja.

Pastor Cardo, MSC yang bertugas di Equador menuturkan reksa Pastoral di tengah masyarakat Indian, terutama generasi mudanya, punya tantangan tersendiri. Mengapa? Ada fenomena yang terjadi bahwa, generasi mudanya memilih merantau ke AS untuk mengubah nasib hidup dan keluarganya, itu hal positif di satu sisi. Namun pada saat yang sama, pengalaman imannya juga bergeser dari Katolik beralih ke Gereja lain terutama Gereja yang beraliran Pentakosta. Dampaknya pada saat liburan, kembali ke kampung halamannya mereka membawa Agama baru; Gereja baru dengan segala macam pernak-pernik religiositasnya yang tidak ada dalam Gereja Katolik. Hal ini menjadi tantangan Gereja Katolik di Equador saat ini.

Baca Juga:  RP. Yohanes Sujono, MSC.: Berjuang dan Berkarya Hingga Ujung Waktu

Sedangkan P. Barnabas Ohoiwutun, MSC menekankan bahwa pemerintahan Gereja yang inklusif. Bukan eksklusif milik hirarki semata, tapi melibatkan pula kaum awam (kaum muda). Gereja harus bergerak ke pinggiran, dari altar ke pasar. Dari kekuasaan ke pelayanan kepada masyarakat. Kepemimpinan yang melayani: melibatkan sebanyak mungkin kaum awam (kaum muda), Imamat yang dibarui; Dari imamat elitis kepada imamat yang berbau domba,  dialog dengan budaya dan agama-agama lain.

Dalam pemaparannya,  RP. Dr. Barnabas Ohoiwutun, MSC juga menjelaskan tentang sejarah perkembangan Gereja awal  sampai dengan post modern, beserta dinamikanya. Pater Barnabas juga mengajak kaum muda untuk menyadari bahwa mereka mempunyai masa depan di dalam dan  bersama Gereja. Sementara itu dengan berbekal pengalaman masa lalunya, pemerhati kaum muda diajak untuk memberikan sumbangan besar dalam menemani  perjalanan generasi muda, di tengah “rimba”  dunia modern dengan semua dinamikanya.

Hadir untuk Mewartakan Hati Kudus Yesus

Dalam Perayaan Yubelium 50 tahun MSC Indonesia tersebut, Pimpinan MSC  Jawa Tengah – Kalimantan Selatan, RP. Ignasius Fransiskus Wong Sani  Saliwardaya, MSC mengatakan, “Pada akhirnya kami mau  mendengar harapan umat yang kami layani,  untuk mengukur sejauh mana kami hadir dalam  reksa pastoral yang tepat guna dan berdaya  guna. Ada banyak catatan yang patut kami  syukuri dan yang harus kami koreksi untuk  menjawab tantangan dan harapan umat, yaitu  seorang gembala harus berbau  domba!”

Lebih lanjut Pater Wong Sani memberi gambaran tentang Tarekat MSC atau dikenal sebagai Tarekat  Para Misionaris Hati Kudus Yesus. Kata “Para” dalam tarekat tersebut mengandung makna bahwa perutusan MSC selalu  bersama-sama atau berada dalam komunitas dan bukan sendiri-sendiri. Dengan demikian reksa pastoral di mana  seorang MSC diutus harus digodok bersama  dalam sebuah team work, dalam komunitas  MSC itu sendiri ataupun bersama mitra  kerjanya, seperti: DPP Paroki.

Baca Juga:  Aksi Sosial Donor Darah dalam Peringatan 90 Tahun Paroki Katedral Banjarmasin

Unsur lainnya dari nama MSC adalah “Misionaris.”  Ini berarti MSC tidak terikat dengan sebuah  tempat, orang atau karya namun selalu dinamis seperti Yesus yang berkeliling sambil berbuat  baik. Sedangkan “Hati  Kudus Yesus” adalah spiritualitas yang melekat dan  menjadi daya dorong seorang  MSC untuk hadir mewartakan Hati Kudus Yesus yang merupakan jawaban dari semua penyakit zaman. Itu artinya kehadiran seorang  MSC sungguh menjadi jawaban atas realitas  terkini. Kehadirannya tidak mengawang tetapi membumi.

Kehadiran MSC di Keuskupan Banjarmasin

RP. Albertus Jamlean MSC, Pimpinan Komunitas MSC Kalimantan Selatan dan  Pastor Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda, Kelayan, Banjarmasin  memaparkan secara singkat kehadiran MSC di  Keukupan Banjarmasin. Vikjen Keuskupan Banjarmasin ini menandaskan bahwa MSC berkomitmen  memberi perhatian khusus pada  Keuskupan Banjarmasin dengan menyiapkan  tenaga yang memadai untuk membangun  Gereja lokal dimana MSC berkarya. Bentuk  keseriusan ini diwujudkan dengan  menghadirkan 2 (dua) tenaga imam untuk  memperkuat Keuskupan Banjarmasin. Sementara ini, untuk penempatannya masih menunggu  penugasan dari Bapak Uskup.

Dalam mengisi  Yubileum MSC ini, Rabu, 20 Oktober 2021 dilaksanakan kegiatan Wawanhati antara Tarekat MSC bersama umat Paroki yang dilayani MSC,  pada acara tersebut wakil umat dari Paroki Kelayan, Tanjung dan  Suriyan serta perwakilan Generasi Muda dan  juga dari para Suster SPM (Tanjung), JMJ  (Warukin) dan PRR (Suriyan), diberikan kesempatan untuk berbagi cerita pengalamannya bersama Para MSC. Banyak catatan  yang patut disyukuri antara lain: pengalaman umat  Tanjung bersama almarhum RP. Fransiskus  Kabrahanubun, MSC yang telah  meletakkan dasar iman dan pengembalaan  pastoral hingga tutup  usia di Paroki Ave Maria Tanjung.

Generasi  Muda yang bekerjasama dengan para MSC di  Paroki Kelayan mengungkapkan bahwa para Pastor dan Frater MSC selalu siap menerima  permintaan umat, walau mereka tahu agenda  para MSC padat. Sementara itu umat dari paroki termuda di  wilayah pelayanan MSC, Paroki Santo Yosep  Suriyan mengungkapkan kebanggaaannya pada Pastor Parokinya, Pastor  Yohanes Susanto, MSC (Romo ndeso) yang masih muda tetapi sangat visioner.  Totalitasnya hanya untuk paroki.

Homili Bapak Uskup Petrus Timang saat Misa Perayaan Syukur 50 Tahun MSC di Indonesia

Perayaan Ekaristi dan Syukuran 50 tahun MSC Indonesia di Kalimantan Selatan

Baca Juga:  Kebangkitan OMK Maria Bunda Karmel dalam Tugas Liturgi Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus

Puncak perayaan syukur MSC Indonesia di Kalimantan Selatan diadakan pada 21 Oktober 2021,  bertepatan dengan hari wafatnya Bapak Pendiri  MSC, Pater Jules Chevalier. Perayaan syukur  ini dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Keuskupan Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang dan dihadiri oleh Pimpinan MSC  Jawa Tengah – Kalimantan Selatan, RP. Ignasius Fransiskus Wong Sani  Saliwardaya, MSC, Sekretaris Keuskupan Banjarmasin, RP. FX. Adisusanto, SJ, Para Pastor dan Frater MSC yang telah dan akan berkarya di Keuskupan Banjarmasin, Suster-Suster  SPM Tanjung, JMJ Warukin, PBHK  Uren dan PRR Suriyan. Puncak perayaan yang diadakan  di  Paroki Santo Yosep Suriyan, Tabalong tersebut juga  diikuti oleh seluruh umat Paroki Suriyan serta perwakilan umat ParokiTanjung dan Paroki Kelayan. (Yufina)