Kesan dan Pesan Pastor dan Suster yang Pernah Berkarya di Mandam

HEINZ STROH, MSF: PERINTIS MISI DI MANDAM

Pastor Heinrich Stroh MSF

Yth. Rm. Budi bersama umat di Mandam, saya mendengar dari Ibu Tieneke Parartini Abt bahwa pada tanggal 8 September mendatang Stasi Mandam menjadi paroki. Hati saya bergembira karena dulu waktu saya masih Pastor di Kota Baru/Pulau Laut sering saya turney ke seberang Batulicin dan daerah Trans, bukan saja trans Sebamban Blok I, II, III, IV, V, VI dekat Teluk Kepayang (dulu PT. Valgosons), tetapi juga ke Trans Batulicin “Kodeco” dekat Kampung Mandam, terutama saya melayani karyawan-karyawan PT. Kodeco itu. Tetapi saya pula kunjungi orang-orang Kampung Mandam untuk membantu orang sakit dengan obat dan menetapkan seorang guru dari Jawa berserta istrinya dari salah satu Yayasan Katolik di Jawa sebagai ahli pertanian. Sayang namanya saya sudah lupa. melalui Br. Yanlanslot, MSF, seorang Belanda, saya sudah layani Kotabaru/Pagatan, Teluk Kupayang, dan Batulicin sejak tahun 1969.

Pada tanggal 1 Januari 1981 Kotabaru diangkat menjadi paroki, saya memberinya pelindung Santo Yusup. Pada tada 1985 Rm. Sumarta Setyaka, MSF mengganti saya (beliau meninggal pada tanggal 26 Desember 2002 di Semarang). Saya dipindahkan ke Muara Teweh, Kalimantan Tengah. Sewaktu Rm. Sumarta di Kotabaru, beliau memindahkan patung Santa Maria dari Baneeux, dari gereja di Jalan Singgabana No. 94 ke Gua Maria Mandam diberkati dan diresmikan tanggal 8 September 1987, 35 tahun lalu. Pada tanggal yang sama saat ini, Stasi Mandam akan diangkat oleh Bapa Uskup Keuskupan Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang. Karena saya sudah berumur 86 tahun, tidak mungkin saya sekali lagi ke Indonesia. Semoga berkat Tuhan dengan berlimpah-limpah turun atas paroki yang baru di Kalimantan Selatan dan umat yang akan datang ke Pesta Besar itu, lagi pada masa depan, supaya bisa menikmati alam yang indah dan udara sejuk lagi air bening di daerah pegunungan dan gua-gua itu. Salam mesra dari Pater Heinz Stroh, MSF.

 

JACQUES GROS, CM

Pastor Jacques Gros, CM

Saya sampai ke Mandam pada Pekan Suci, tahun 2010, datang dari Papua Nugini (PNG). Setelah berkarya selama kurang lebih 9 tahun, saya berpindah dari Mandam pada bulan Oktober 2019. Saya dipanggil ke Batulicin untuk berkarya di dalam Misi Meratus, yang baru dimulai pada tahun 2008, dengan alasan bahwa dulu, dari 1976-1996, saya pernah bertugas di Kalimantan Barat, dengan orang Dayak.
Sampai di Batulicin, saya memilih tinggal di Mandam. Tetapi nyatanya, tugas utama saya adalah mengunjungi umat Katolik di perkebunan sawit, yaitu orang Flores, Sulawesi, pengungsi dari Timor Leste, dsb. Hanya sedikitlah kunjungan ke daerah dan orang Dayak, seperti di Magalau, di mana sudah ada Ibu Caesilia Bethan (yang baru meninggal di Flores pada tanggal 23 Juni 2022), di Kaar, di Guntung Tarap. Kemudian hari, sesudah kedatangan Suster-suster ALMA, di Napu. Lama kelamaan, Misi Meratus di daerah timur pegunungan Meratus hilang, karena kurang tenaga sebagai sukarelawan dan daerah seperti Magalau dianggap bukan lagi “misi” tetapi “stasi” satu “paroki”.

Karya bersama dengan karyawan-karyawan di perkebunan sawit menuntut banyak perjalanan (kadang-kadang untuk mengunjungi hanya 5 KK, tetapi mereka memerlukan kunjungan itu). Sebagai anggota Justice, Peace, and Integrity of Creation (JPIC), bersama dengan Bapak Hari (Lalapin), dan AMAN (Afiliasi Masyarakat Adat Nusantara), kami berusaha membela hak orang Dayak yang tanahnya dirampas oleh perusahaan sawit dan hak para karyawan yang, secara ilegal, masih ditugaskan sebagai buruh harian lepas (menolong mereka menciptakan serikat kaum buruh yang tidak didominasi oleh perusahaan, dsb). Gua Maria di Mandam jarang dikunjungi (sering kali peziarah adalah orang yang disuruh dating oleh Bapa Uskup), dan dengan adanya Gua Maria di Karang Liwar (dipinggir jalan raya), Gua Maria Mandam makin ditinggalkan.

Saya dipanggil pindah ke Surabaya pada tahun 2019 untuk mengisi tugas sebagai tukang perpustakaan CM, sebagai orang lanjut usia.
Saya memang dulu merasa senang bekerja di Mandam.Untuk kunjungan ke Mandam, saya akan tanya visitor saya.

Baca Juga:  Motivasi Paripurna Membaca Kitab Suci dari Umat Kotabaru

 

IGNATIUS PRIYAMBODHO WIDHI SANTOSO, CM

Romo Priyambodo, CM

Kesan:

  • Bapak Uskup penuh perhatian dan kasih sayang kepada kami dan semua umat. Kami sering dikunjung. Terima kasih Bapak uskup. Perhatian ini menguatkan kami. Semangat Deus Caritas Est hadir dalam hati dan penggembalaan Bapak Uskup.
  • Umat berataan, yang di Malangkayan, Hambawang dan di Gadang harat banar. Umat bahu membahi untuk menyelesaikan Gereja yang masih batu bata merah. Hanya dimulai dari Rp.10.000.000,-, maka umat berpartisipasi dengan kemampuan masing-masing. Terima kasih atas keindahan berbagi dari umat yang diberikan bagi Gereja Mandam. Banyak kontribusi dari umat internal saat melanjutkan pembangunan Gereja. Terima kasih juga atas kasih dan perhatian para donatur baik dari Batulicin, Kotabaru, Banjarmasin, maupun dari Jawa. Tuhan memberkati dan mengasihi selalu.
  • Umat di Mandam ringan tangan dalam kerja bakti bersama. Ciri Gereja perdana hadir di dalam hati dan nadi umat seberataan.
  • Umat sekalian sudah menjadi keluarga sendiri. Makasih banyaklah atas kasih kebaikan dan kebersamaan.

 

Pesan:

  • Teruslah menjadi cahaya kebaikan dan kasih dimanapun berada. Permisi saya menyebut stasi-stasi yang dulu menjadi wilayah pelayanan kami, waktu bersama dengan Rm. Jaques Gros, CM: Stasi Napu, Stasi Guntung Tarap, Stasi Karangliwar, Stasi SKPA, Stasi Blok B, Stasi Blok D, Stasi Blok A, Stasi Batulasung, Stasi Lalapin, Stasi Ringgu, Stasi Intan, Stasi Merah Delima, Stasi 26, Stasi Km 30, dan yang terakhir Stasi terbaru, Stasi Sampanahan Hulu. Tetap rukun saling menjaga, saling memelihara persaudaraan dan hidup sampai mati tetap setia mengenakan iman Katolik.
  • Terima kasih atas kebersamaan dan kebaikan hati semua pengurus umat stasi Seberataan. Bapak Ibu seberataan tetap terus menjadi gembala-gembala kecil di stasi masing-masing. Untuk mengajar dan menjadi perintis Stasi Sampanahan Hulu. Terima kasih kepada Eko dan Pak Ubaldus yang menemani dan mengantar ke Sampanahan Hulu untuk pertama kalinya secara resmi dari Mandam. Salam dan doa sahaya selalu.
  • Marilah kita semua mengenakan semangat MERATUS: Merasul Bersama Kristus.

 

ALEXANDER BANI SUATMADJI, CM

Romo Alexander Bani Suatmadji, CM

Puji syukur kepada Tuhan kita Yesus Kristus bahwa Stasi Mandam yang sudah berusia kurang lebih 38 tahun, hari ini 8 September 2022 diresmikan sebagai paroki oleh Yang Mulia Bapa Uskup Petrus Boddeng Timang.

Sejak 10 Oktober 2019 yang lalu saya bertugas di Stasi Mandam untuk menggantikan tugas pelayanan pastoral Rm. Jaques Gross, CM yang sudah hampir 9 tahun di Stasi Mandam.  Seminggu setelah berdomisili di Mandam, Bapa Uskup Mgr. Petrus Boddeng Timang mengunjungi Stasi Mandam seraya meninjau ruangan mulai dari kamar mandi, dapur, kamar Romo-romo yang sangat sederhana. Senyampang dengan itu, Bapa Uskup mengatakan, “Wah, Mandam ini layak jadi paroki”. Saya dan Rm. Yunus hanya tersenyum sembari menjawab, “Apa yang nggak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah”. Setelah lebih dari satu tahun saya tinggal dalam pelayanan tugas pastoral sebagai Imam di Mandam yang diperkuat oleh kunjungan Provinsial CM, Rm. Eddy Prasetyo, CM, saya merasa puas karena ada pemantapan perutusan di Mandam. Tak berselang lama 2 (dua) bulan setelah ada kunjungan dari Provinsial CM, Bapa Uskup telepon saya dengan berita: “Romo Bani, sebentar lagi ada seorang Romo dari Pulau Jawa akan merasakan tugas di pedalaman Kalsel tepatnya di Mandam”. Ternyata beliau Rm. Antonius Budi Wihandono, Pr bagaikan malaikat yang bisa membangunkan semangat umat Mandam. Setelah itu saya meninggalkan tugas di Mandam untuk memperkuat pelayanan penggembalaan di Paroki Santo Vinsensius a Paulo – Batulicin, Tanah Bumbu. Eih, ternyata Rm. Budi setelah saya sudah mulai bertugas di Batulicin, beliau sudah mulai mengembangkan sayapnya dengan penyelenggaraan Ilahi:

  • Memperluas tanah sekitar Gereja Stasi Mandam
  • Membuat Lapangan Volley samping gereja di Mandam
  • Memperindah Gua Maria Mandam
  • Menambah sarana transportasi pelayanan pastoral para pastor dan suster Alma yang ada di Mandam

Demikianlah sekilas kenangan saya selama tugas di Stasi Mandam antara tahun 2019-2020. Kesan saya selama bertugas di Mandam, umat secara keseluruhan ada tanggapan positif terhadap kehadiran Romo dan Suster sebagai pelayan iman. Untuk itu saya secara pribadi menyampaikan banyak terima kasih kepada para Romo yang sekarang ini tugas di Mandam, khususnya Rm. Antonius Budi Wihandono, Pr.

Baca Juga:  Digitalisasi Berkat Bagi Kebangkitan Nasional

Senyampang dengan keberhasilan Rm. Antonius Budi Wihandono, Pr merangkul seluruh umat sebelum dijadikan sebagai paroki ini, saya berharap umat yang dulunya sebagai stasi pusat Mandam, tetap bahu membahu melengkapi kebutuhan gereja ini sebagai paroki, dengan rela berbagi. Saya yakin bersama kita bisa.

 

YUNUS SIRILUS ANDRIANTO

RD. Yunus

Saya berada dan bertugas di Keuskupan Banjarmasin sejak tanggal 23 April 2018. Setelah itu saya membantu di Paroki Batulicin tepatnya di Stasi Mandam sejak tanggal 8 Maret 2019 – Juni 2022. Selama bertugas dan berkarya di keuskupan Banjarmasin secara khusus di stasi wilayah pelayanan Mandam kesan dan pesan yang bisa saya katakana, sebagai berikut:

Kesan:

Pertama saya sangat berkesan dengan medan pelayanan serta umat Allah yang ada di wilayah pelayanan Mandam selama di sana. Bagi saya umat di Mandam sangat unik dan menarik sehingga memang butuh banyak hati untuk bisa menyelami. Namun dari keunikan mereka ini akhirnya membuat saya jatuh hati. Hati yang coba saya patri saya ungkapkan dalam sebuah simbol hati yang coba saya sematkan di Gereja Santa Anastasia – Muara Napu. Saya bangga boleh ada bersama dengan umat Allah yang sederhana namun penuh semangat keguyupan, persaudaraan dan kehangatan serta rasa kekeluargaan.

Akhirnya untuk kalian umat Allah Wilayah Pelayanan mandam, saya haturkan limpah terima kasih karena saya boleh menjadi bagian dalam kehidupan kalian. Terimakasih saya boleh menghayati dan menghidupi rahmat imamat saya bersama kalian. Kalian luar biasa, kalian adalah penolong saya untuk bangkit. Berkat Allah senantiasa ada untuk keluarga dan kehidupan kalian.

Pesan:

Kalau boleh saya tinggalkan pesan untuk kalian, tetaplah bersemangat dalam kehidupan mengereja. Jangan kurang hati untuk selalu memberikan hati bagi Allah dan gereja, selama itu ada yang lain akan ditambahkan Allah untuk kalian. Dan Selamat Untuk kalian karena status paroki yang akan kita terima di tempat Kita. Semoga kita semakin boleh menjadi paroki yang hidup, guyup dan dewasa dalam beriman.

Akhirnya.

“Mandam tempat pelayanan penuh kenangan

Serasa tidak nendang tanpa cilok dan daun jelatang

Kini kita sudah berubah status dari wilayah pelayanan

Selamat semoga menjadi paroki yang semakin dewasa dalam iman”

 

YOHANES TJUANDI, PR

RD. Yohanes Tjuandi

Kesan:

Syukur kepada Allah karena saya boleh menjalani masa diakonat atau masa orientasi menjelang menerima tahbisan Imam di Stasi Maria Manikam Damai, Mandam. Tempat yang lumayan jauh dari kota Banjarmasin, namun penuh dengan kenangan pastoral karena ada banyak nilai rohani saya peroleh yang membuat saya semakin mantap menanggapi panggilan Tuhan sebagai imam diantaranya perjuangan untuk setia dalam pelayanan dari satu tempat ke tempat lain tanpa mengeluh tentang jarak, lalu kesabaran dalam melayani umat yang terkadang masih ada beberapa umat di beberapa komunitas/wilayah yang kurang memandang pentingnya ibadat/misa di hari Minggu.

Perjumpaan antar individu dalam hidup menggereja dan hidup bermasyarakat di desa Mandam semakin menyadarkan saya untuk setia melekatkan nilai gotong royong dan sukacita untuk hidup ramah serta sopan dalam kebersamaan. Bravo dan proficiat untuk Paroki Santa Maria Ratu Pencinta Damai – Mandam, jayalah terus memancarkan spiritualitas Deus Caritas Est (Allah adalah kasih).

Pesan:

Peralihan dari Stasi Maria Manikam Damai menjadi Paroki Santa Maria Ratu Pencinta Damai harapannya semakin menyatukan umat Allah khususnya di area teritorial pelayanan Mandam dan sekitarnya agar senantiasa terus bertumbuh dalam iman, harapan dan kasih seturut visi-misi Keuskupan Banjarmasin. Semoga dengan kelahiran paroki yang ke-16 di Kalimantan Selatan ini semakin mengokohkan iman umat agar hidup dalam kesalehan tertuju pada Allah dengan semakin memancarkan kasih Allah dalam kehidupan nyata dimulai dari keluarga, hidup bermasyarakat dan hidup menggereja. Semoga berkat Tuhan turun menyertai perjalanan seluruh umat di Paroki Santa Maria Ratu Pencinta Damai – Mandam agar sehati-sejiwa tertuju pada Allah.

Baca Juga:  OMK: Apa yang Membuat Bangga menjadi Katolik?

 

KATARINA SUHARTI, ALMA

Sr. Katarina Suharti, ALMA

Datang ke Banjarmasin berdasarkan perintah pimpinan ALMA Pusat dan Rm. Janssen, CM sebagai pendiri ALMA. Saya pikir Banjar dan Mandam sebentar saja, ternyata satu hari penuh, dari pagi sampai jam 19.00. Saya ketemu Rm. Antonius Wahyu Lestyana, CM. Dari Banjar langsung ke Mandam, diantar Sr. karti ALMA. Sampai di rumah misi Malangkayan, tidur tidak ada kasur. Kaki digigit tikus kecoa naik ke muka. Saya menangis, mencari kayu untuk tempat tidur. Berdoa dan melayani Tuhan.

 

Kenal dengan Rm. Gros diajak ke Guntung Tarap, Karangliwar, Batulasung, SKPA, Merah Delima, Gendang, Magalau, Bungkukan, Serongga A, Serongga C, ternyata itulah wilayah pelayanan saya. Kami juga heran waktu itu dengan membawa Tubuh Kristus naik motor bersama Sr. Mariance Io, ALMA. Karena saya jurusan pastoral, maka saya diminta untuk mengisi guru agama di SMA Hampang. Kami menjalankan tugas dengan setia. Yesus dan Roh Kudus pasti melindungi saya. Saya juga mengajar agama di Batulicin 7 (tujuh) sekolahan SD, SMP dan SMA, murid Katolik ada 56 anak.

Kami semangat dan maju terus. Memimpin ibadat di beberapa wilayah tanpa kenal lelah dan takut. Tahun 2021 saya mendapat perintah Bapa Uskup untuk konsentrasi wilayah pelayanan Mandam, karena Mandam akan dijadikan paroki. Saya menyerahkan tugas-tugas guru di Batulicin kepada Rm. Antonius Karyono, CM. Kami juga melayani anak-anak difabel, tambahan gizi, mencarikan sarana kebutuhan anak difabel (misalnya kursi roda), mencarikan dana untuk operasi anak difabel. Kami sebagai Suster ALMA menjangkau yang tak terjangkau. Selalu ingat pesan Pater Jansen. Selama 7 (tujuh) tahun di rumah misi, tahun 2019 masuk ke rumah baru di depan Gua Maria.  Di Susteran tinggal bersama dengan anak-anak asuh dan anak-anak yang sudah kami tangani ada sekitar 55 orang: fisioterapi, bisutuli, psikis spastik, reterdasi mental, autis, down syndrom, orthoterapi. Saat ini yang sedang kami tangani ada 9 (sembilan) anak. Kalau mengingat tahun-tahun awal saya di Mandam, puji syukur kepada Tuhan Yesus dan Roh Kudus bahwa Mandam menjadi seperti sekarang ini. Dulu saya sangat pesimis dengan Mandam yang umatnya tidak aktif. Umat tetap harus menjaga kerukunan dan kesadaran untuk semakin aktif dalam pelayanan gereja.

 

MARIANCE IO, ALMA

Sr Mariance ALMA

Datang ke Mandam pada Oktober 2021, ada 20 KK katolik tetapi yang datang ke gereja tidak sampai 20 orang. Membantu Rm. Gros di wilayah Mandam dan sekitarnya. Kami juga pelayanan sosial, banyak anak-anak yang difabel atau berkebutuhan khusus: fisioterapi, speak theraph, orthotherapy. Kami juga membantu Rm. Gros dalam administrasi, perkawinan, baptis, krisma, dan komuni. Membantu pemerintah desa juga untuk mengisi formulir akte kelahiran, kartu keluarga (kadang nama tidak sama atau ada dua nama, tanggal lahir berbeda, kerja sama dengan desa dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Yang tadinya anak dan ibu saja, tetapi juga dengan bapak).

Pelayanan di rumah misi selama 7 (tujuh) tahun. Pelayanan ke stasi-stasi, Rm. Gros dikagumi dan mencintai umat. Kadang umat sangat tergantung Rm. Gros sehingga lagu-lagu misa pun juga disiapkan oleh Rm. Gros sehingga umat menjadi tergantung.  Kami pelayanan sampai ke Napu, semua rencana Tuhan, kami menemukan banyak umat di Napu ada 36 KK.

Harapan untuk Mandam: Umat harus semakin aktif terlibat dalam kegiatan menggereja, harus peka dengan situasi yang ada di gereja, jangan hanya menunggu Romo. Kekuatan: Gotong royong setiap hari Jumat. Kelemahan: Kurang rasa memiliki yang sudah ada. Tantangan: Harus meningkatkan kerja sama antarumat , antarwilayah dan antarsuku. Peluang: Perlu pendampingan katekese umat agar umat semakin berkembang. Pengalaman yang paling mengesan: Pertama tidak ngerti bahasa Banjar akibatnya mis-komunikasi.  Paling membahagiakan: Mereka seperti orang tua sendiri, mereka merangkul, mencintai walau saya dari suku Flores. Mereka tidak cepat ambil hati, orangnya mudah memahami. Pengalaman menyedihkan: Jatuh dari motor dan berkali-kali. Jatuh seperti bola pingpong, semakin jatuh keras semakin melenting tinggi, semakin menjangkau yang tak terjangkau. Amin.